Berita

Ilustrasi/Net

Bisnis

LIPI: Bambu Lebih Efektif Atasi Banjir Ketimbang Betonisasi

RABU, 23 NOVEMBER 2016 | 21:36 WIB | LAPORAN:

Menanam bambu lebih efektif untuk solusi jitu atasi banjir bandang, dibanding teknik betonisasi. Hal ini bisa diimplementasikan di Indonesia yang kerap dilanda banjir.

Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Hayati LIPI, Enny Sudarmonowati menjelaskan, pada hakekatnya, bambu merupakan salah satu tanaman yang cocok untuk memperbaiki kondisi hulu dan sempadan sungai yang saat ini telah banyak mengalami kerusakan akibat banjir bandang dan tanah longsor.

Bambu memiliki sifat perakaran yang serabut sehingga akarnya mampu menstabilkan tanah dan menanggulangi erosi.

Sedangkan pembetonan di sempadan sungai, kata dia, hanya menstabilkan tanah secara kinetik dan sebenarnya tanah sempadan tetap tidak stabil. Akibatnya ketika air datang maka sempadan tidak mampu menahan erosi.

"Di sisi lain, betonisasi juga berdampak buruk pada sumber mata air di sekitar sungai. Mata air ini akan hilang," kata Enny, Rabu (23/11)

Enny menambahkan, penanaman bambu juga mampu mencegah agar sumber mata air tidak hilang karena tanaman ini mampu mengonservasi air. Batangnya dapat menghisap dan menampung air karena bersifat kapiler sehingga dapat dialirkan ke bawah dan menimbulkan mata air saat musim kemarau.

Dalam jangka panjang, kelangsungan air pun dapat terjaga walau terjadi kemarau yang lama.

Elizabeth A Widjaja, selaku peneliti bambu dari Pusat Penelitian Biologi LIPI menambahkan, selain mencegah bahaya banjir dan tanah longsor, bambu juga bernilai ekonomi untuk masyarakat setempat terutama bila ada pemberdayaan industrinya.

"Tak hanya itu, bambu juga mampu menjaga kebersihan udara karena menghasilkan 30 persen oksigen lebih besar ketimbang pohon lainnya," kata Elizabeth.

Adapun jenis bambu yang cocok ditanam di hulu dan sempadan sungai tidaklah sembarangan. Jenis-jenis ini biasanya adalah Bambusa vulgaris (bambu ampel, haur) atau Bambusa vulgaris varian striata (bambu ampel kuning, bambu kuning) untuk daerah yang terendam air hingga lima bulan. Kemudian, ada lagi Schizostachyum iraten (buluh suling, buluh tamiang), Schizostachyum silicatum (buluh suling), Schizostachyum lima (butuh toi).

Jenis lain adalah Neololeba atra (loleba) digunakan di Indonesia yaitu Sulawesi Utara, Maluku, dan Papua. [sam]

Populer

Prabowo Perintahkan Sri Mulyani Pangkas Anggaran Seremonial

Kamis, 24 Oktober 2024 | 01:39

Karangan Bunga untuk Ferry Juliantono Terus Berdatangan

Selasa, 22 Oktober 2024 | 12:24

Jejak S1 dan S2 Bahlil Lahadalia Tidak Terdaftar di PDDikti

Sabtu, 19 Oktober 2024 | 14:30

KPK Usut Keterlibatan Rachland Nashidik dalam Kasus Suap MA

Jumat, 25 Oktober 2024 | 23:11

UI Buka Suara soal Gelar Doktor Kilat Bahlil Lahadalia

Senin, 21 Oktober 2024 | 16:21

Hikmah Heboh Fufufafa

Minggu, 20 Oktober 2024 | 19:22

Begini Kata PKS Soal Tidak Ada Kader di Kabinet Prabowo-Gibran

Minggu, 20 Oktober 2024 | 15:45

UPDATE

DPR Sambut Baik Upaya Indonesia Ingin Gabung BRICS Plus

Senin, 28 Oktober 2024 | 05:53

Divonis 20 Tahun Penjara, Pelaku Pembunuhan di Subang Ajukan Kasasi

Senin, 28 Oktober 2024 | 05:37

Asupan Protein Ikan Pegang Peran Penting Gizi Rakyat

Senin, 28 Oktober 2024 | 05:15

Fraksi PKS Dukung Visi Swasembada Pangan dan Energi Prabowo

Senin, 28 Oktober 2024 | 04:58

Aksi Heroik Kapal Bakamla

Senin, 28 Oktober 2024 | 04:46

Lahan Tembakau Blora Berkembang Pesat, Petani Sejahtera

Senin, 28 Oktober 2024 | 04:03

Bermain Imbang 0-0 Lawan Australia, Timnas U-17 Pastikan Lolos Piala Asia

Senin, 28 Oktober 2024 | 03:50

Bukit Tidar yang Penuh Kenangan

Senin, 28 Oktober 2024 | 03:24

DPD Dorong Lemhanas Bikin Film Bertema Patriotisme

Senin, 28 Oktober 2024 | 03:08

Pakar Hukum Endus Ada Pengkondisian Kasus Denny Indrayana

Senin, 28 Oktober 2024 | 02:29

Selengkapnya