Berita

Chappy Hakim/Net

Tokoh Papua Kecewa, Bos Freeport Bukan Putra Daerah

SELASA, 22 NOVEMBER 2016 | 09:47 WIB | HARIAN RAKYAT MERDEKA

Ditunjuknya bekas Kepala Staf TNI AU Marsekal TNI (Purn) Chappy Hakim sebagai Presiden Direktur PT Free­port Indonesia (PTFI) ternyata mendapat penolakan dari tokoh masyarakat Papua.
 
Kebijakan Jokowi mengakomodasi eks militer ke PTFI diyakini demi menarik loyalitas kalangan militer terhadap penguasa. Hal ini diungkap kata Ketua Umum Forum Masyarakat Sipil (Formasi) Papua, Pdt Phil Erari.

"Saya memang belum terlalu kenal dengan beliau (Chappy Hakim, red), tapi sebagai akade­misi yang paham kondisi sosial, ekonomi dan budaya di Papua, siapapun yang jadi Presiden Direktur Freeport, kalau tidak diberi­kan kepada putra Papua, akan mendapat penolakan," ujarnya.


Phil menilai, penunjukkan presdir baru ini jelas tidak mem­perhatikan aspirasi masyarakat Papua. Apalagi sejak bergulirnya kasus 'Papa Minta Saham', masyarakat Papua sudah menghendaki agar putra Papua menjadi orang nomor satu di Perusahaan tambang raksasa Amerika Serikat ini.

Nama-nama yang layak pun sudah diserahkan ke Jokowi termasuk saat Dubes Amerika Serikat berkunjung ke Papua. "Jadi saya sebagai Ketua Umum Formasi sangat kecewa dengan pilihan ini," katanya.

Chappy yang dikonfirmasi tidak merespons telepon dan SMS yang dikirim Rakyat Merdeka.

Diketahui, Freeport McMoRan Copper & Gold Inc menunjuk bekas Kepala Staf TNI Angkatan Udara Marsekal (Purn) Chappy Hakim menjadi Presiden Direktur PT Freeport Indonesia.

Phil meyakini, ditunjuknya Chappy Hakim sebagai Presdir Freeport tidak akan membawa perubahan signifikan atas be­beradaan Freeport di Tanah Papua. Meski Chappy dari kabar yang diketahuinya termasuk salah satu figur yang cukup vokal terhadap penguasaan as­ing di Indonesia, namun be­gitu masuk lingkaran kekuasaan Freeport, Phil yakin Chappy akan ikut kemauan Amerika.

"Amien Rais saja bungkam setelah jadi komisaris. Pokoknya, siapapun jadi presdir, akan bekerja di bawah kepentingan Amerika. Jadi lupakanlah. Kami dari tokoh agama juga memper­tanyakan kenapa bukan orang Papua yang diprioritaskan," tambah dia.

Setali dengan Phil Erari, politisi Partai Demokrat asal Papua Willem Wandijk juga me­nyayangkan penunjukan Chappy sebagai presdir. Dia pun me­nilai janji-janji yang diberikan PTFI untuk menempatkan orang Papua sebagai presdir cuma janji manis.

Dijelaskannya, penentu ke­bijakan Presdir PT Freeport Indonesia berada pada dua pihak. Pertama pihak pemerintah Indonesia yang dalam hal ini memiliki saham 9,36 persen. Kedua, pihak Mc Moran yang memiliki saham 90,64 persen.

"Sehingga janji pihak manaje­men PTFI yang diberikan be­berapa bulan lalu dengan menempatkan putra asli Papua masuk penjaringan sebagai nominator Presdir PTFI, hanya strategi mere­dam gejolak di tanah Papua yang sedang mendorong kepemilikan saham bagi rakyat dan bangsa Papua," katanya.

"Itu kebijakan yang serupa alias kopi paste rezim Orba. Penunjukan ini juga mendeskripsikan kebijakan Jokowi yang tidak mempercayai rakyat­nya sendiri di daerah untuk memimpin unit bisnis/korporasi yang dipandang strategis bagi pemerintah pusat sehingga ser­ingkali disebut sebagai projek strategis nasional," sambung Willem.

Tokoh Papua yang juga poli­tisi senior Partai Golkar, Yorrys Raweyai menjelaskan, Chappy merupakan orang yang tepat menduduki posisi vital di PT Freeport. "Presiden Direktur PT Freeport Indonesia ini dipilih untuk mewakili presiden, tentu dipilih yang terbaik mewakili negara, bukan mewakili Papua saja," katanya.

Ditegaskan Yorrys, masalah Freepor agak unik karena pabrik raksasa ini berdiri bukan dilatari perjanjian dagang tapi kompen­sasi. Yorrys yakin tidak akan ada gejolak di Papua dengan ditun­juknya Chappy Hakim sebagai Presdir. "Jadi harus pahami politiknya, justru kalau yang dipilih orang Papua lebih ribut lagi karena di sana ada tujuh suku. Pilih salah satu orang dari suku tersebut akan lebih ribut lagi," katanya. ***

Populer

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

Terlibat TPPU, Gus Yazid Ditangkap dan Ditahan Kejati Jawa Tengah

Rabu, 24 Desember 2025 | 14:13

UPDATE

Bank Mandiri Berikan Relaksasi Kredit Nasabah Terdampak Bencana Sumatera

Jumat, 26 Desember 2025 | 12:12

UMP Jakarta 2026 Naik Jadi Rp5,72 Juta, Begini Respon Pengusaha

Jumat, 26 Desember 2025 | 12:05

Pemerintah Imbau Warga Pantau Peringatan BMKG Selama Nataru

Jumat, 26 Desember 2025 | 11:56

PMI Jaksel Salurkan Bantuan untuk Korban Bencana di Sumatera

Jumat, 26 Desember 2025 | 11:54

Trump Selipkan Sindiran untuk Oposisi dalam Pesan Natal

Jumat, 26 Desember 2025 | 11:48

Pemerintah Kejar Pembangunan Huntara dan Huntap bagi Korban Bencana di Aceh

Jumat, 26 Desember 2025 | 11:15

Akhir Pelarian Tigran Denre, Suami Selebgram Donna Fabiola yang Terjerat Kasus Narkoba

Jumat, 26 Desember 2025 | 11:00

Puan Serukan Natal dan Tahun Baru Penuh Empati bagi Korban Bencana

Jumat, 26 Desember 2025 | 10:49

Emas Antam Naik, Buyback Nyaris Tembus Rp2,5 Juta per Gram

Jumat, 26 Desember 2025 | 10:35

Sekolah di Sumut dan Sumbar Pulih 90 Persen, Aceh Menyusul

Jumat, 26 Desember 2025 | 10:30

Selengkapnya