PEMRAKARSA Parade Bhineka Tunggal Ika, Nong Darol Mahmada menegaskan bahwa Parade Bhineka Tunggal Ika yang diselenggarakan di kawasan Bundaran Bank Indonesia Patung Kuda 19 November 2016 , sama sekali bukan merupakan aksi untuk menandingi aksi-damai 411 yang digelar pada 4 November lalu.
Sejak awal panitia Parade Bhinnea Tunggal Ika melihat bagaimana rentetan kejadian yang dianggap bisa membahayakan kebhinekaan di Indonesia. Misalnya teror bom yang terjadi di sebuah Gereja di Kalimantan Timur, ada pula teror caci maki kepada tokoh seperti Buya Syafii Maarif dan lain lain. Panitia Parade Bhinne Tunggal Ika merasa prihatin bahwa orang yang beda pendapat dicaci maki, kelompok minoritas dibom dan mereka yang beda pendapat dikucilkan.
Sepenuhnya saya dapat mengerti keprihatinan Panitia Parade Bhinneka Tunggal Ika akibat kebetulan keprihatinan yang sama juga menghantui lubuk sanubari diri saya pribadi ketika saya dihujani hujatan cacimaki akibat berpihak kepada rakyat miskin yang digusur dengan cara melanggar HAM bahkan hukum seperti yang nyata terjadi sebagai tragedi Penistaan Kemanusiaan di Bukit Duri 28 September 2016. Bahkan para warga miskin yang menjadi korban kebengisan penggusuran juga dihujat sebagai para warga liar, perampas tanah, pemberontak, profokator bahkan kriminal. Bayangkan bagaimana berat derita warga miskin yang sudah miskin malah digusur kemudian masih dihujat.
Politisi PDI Perjuangan Budiman Sudjatmiko yang pernah menjadi korban kebengisan rezim Orba tampak ikut bersama diatas panggung utama Parade Bhineka Tunggal Ika. Budiman juga menegaskan bahwa Parade Bhineka Tunggal Ika tidak bermaksud untuk menandingi siapa pun sebab Bhinekka Tunggal Ika, Pancasila, UUD 45 dan NKRI bukan untuk ditandingi oleh siapapun juga. Agama Islam, Kristen, Hindu, Budha dan semua agama dilindungi dalam Undang Undang Dasar (UUD) 1945.
Undang-undang anti diskriminasi ras prakarsa Gus Dur telah resmi dihadirkan di persada Nusantara. Maka samasekali tidak ada alasan untuk menyelenggarakan Parade Bhineka Tunggal Ika demi menandingi apalagi melawan apapun. Yang membanggakan dan membahagiakan adalah kenyataan bahwa Parade Bhinneka Tunggal Ika telah terbukti terselenggara secara tertib, damai, beradab tanpa kekerasan.
Memang manusia mustahil sempurna maka dapat dimahfumi bahwa senantiasa niscaya hadir bercak-bercak ketidaksempurnaan pada suatu aksi yang melibatkan massa. Yang penting adalah secara kelirumologis, setiap insan selalu berupaya menyempurnakan diri masing-masing sesuai dengan makna indah yang terkandung di dalam mashab Jihad al-Nafs yang gigih berjuang bukan orang lain namun justru diri sendiri.
Maka dalam kesempatan ini secara khusus dengan penuh kerendahan hati saya menyampaikan ungkapa rasa terima kasih, penghargaan dan penghormatan kepada para peserta Parade Bhinneka Tunggal Ika 19/11 yang sama halnya dengan semangat para peserta Aksi Damai 4/11 telah benar-benar tulus berupaya menjunjung tinggi harkat-martabat peradaban bangsa Indonesia.
Saya merasa bangga dan bahagia menjadi warga bangsa Indonesia.
[***]
Penulis adalah pendukung semangat Bhinneka Tunggal Ika