Berita

Politik

Inilah Cerita Pahit Para Korban di Balik Aksi Damai 4 November

SELASA, 08 NOVEMBER 2016 | 12:49 WIB | LAPORAN:

Aksi massa dalam dugaan kasus penistaan agama yang dilakukan Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok pada 4 November lalu dinilai banyak kalangan berjalan kondusif. Meskipun di akhir aksi sempat dinodai oleh tindakan massa yang menolak membubarkan diri hingga lewat batas waktu unjuk rasa yang diatur undang-undang, yaitu pukul 18.00 wib.

Akibatnya, aksi damai yang semula berjalan kondusif tersebut diakhiri dengan kericuhan. Korban jatuh tidak saja dari massa pengunjuk rasa, Namun juga dari kalangan jurnalis dan polisi.

Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Indonesia menyebut ada berbagai peristiwa kekerasan verbal maupun nonverbal di berbagai daerah dalam rangkaian demo 4 November 2016.


Di Jakarta, setidaknya ada tiga jurnalis televisi menjadi korban kekerasan. Rombongan kru dari sebuah stasiun televisi juga diusir dari Masjid Istiqlal karena dianggap membela kelompok tertentu. Ketika terjadi bentrokan antara aparat keamanan dan pengunjuk rasa, lemparan batu juga mengarah pada kelompok jurnalis yang meliput peristiwa itu.

"Semua pihak harus memahami kerja jurnalis sebagai mata dan telinga publik. Jurnalis bekerja dilindungi undang-undang. Oleh karena itu, stop menjadikan jurnalis sebagai sasaran kemarahan," ujar Ketua Umum AJI Indonesia Suwarjono, Selasa (8/11).

Sementara itu, AJI Jakarta mengecam sejumlah pengunjuk rasa yang mengintimidasi, memukul, menghapus gambar, dan merampas memori card jurnalis Kompas TV tersebut. Pihaknya mendesak polisi untuk segera mengusut pelaku kekerasan yang menimpa jurnalis Kompas TV, Muhammad Guntur.

"Kekerasan dan intimidasi tersebut tidak bisa dibenarkan. Tindakan-tindakan anti kebebasan pers itu tidak bisa dibiarkan. Harus dilawan. Kami mendesak polisi untuk mengusut pelakunya sampai diajukan ke pengadilan," kata Ketua AJI Jakarta, Ahmad Nurhasim dalam keterangan tertulisnya di Jakarta.

Saat ini, Guntur telah melaporkan tindakan para pengunjuk rasa tersebut ke Kepolisian Resor Jakarta Pusat. Tindakan para pengunjuk rasa itu bukan hanya merupakan tindakan pidana sebagaimana diatur dalam KUHP, tapi juga melanggar Undang-Undang Pers.

Selain dari jurnalis, puluhan personel kepolisian mengalami luka-luka akibat terlibat bentrokan dengan pelaku kerusuhan. Selain dilempari batu, beberapa diantaranya bahkan terluka cukup parah karena tertusuk bambu yang dilakukan pendemo. Totalnya ada 79 polisi yang cedera. Sebelas orang diopname. Celakanya, massa pendemo juga membakar sedikitnya tiga mobil polisi, termasuk truk pengangkut pasukan.

Di media sosial, sejumlah keluh kesah dan perjuangan yang dialami oleh mereka yang bertugas saat demo menarik perhatian netizen. Berikut ungkapan personel kepolisian yang cukup membuat hati terenyuh dan menjadi viral di dunia maya.

Inilah kami anggota POLRI…dalam keterbatasan dan kekurangan kami…
Kami tinggalkan istri dan anak-anak kami…
Mengemban tugas sebagai Abdi Negara…
Tak surut langkah kami…
Walau kami tak pernah tahu, siapa lawan kami…
Tak gentar jiwa kami walau hujan batu melukai kami...
Kami hanya tahu melindungi, menjaga, mengamankan…
Kami tak pernah hitung, berapa jam kami bisa tidur, yang penting masyarakat bisa tidur tenang dan bermimpi indah...
Yang kami tahu…
Inilah kami, anggota POLRI…
Tekad kami pengabdian terbaik…
Kami tegar karena doa-doa istri dan anak-anak kami…
Kami bisa tersenyum walau  NYAWA taruhan kami…

Tapi tahukah kalian…
Kami juga manusia biasa…
Banyak salah dalam tindakan…
Tapi tolong jangan hina dan caci seragam kami…
Apalagi keluarga kami...
Kami manusia biasa juga bisa teriaaak…
Maraaaah dan emosi…

Keberhasilan kami, tidak untuk dipuji, jika kami salah sedikit, dicaci maki…
Jika kami luka cacat dan mati, HAM tidak melekat pada kami…
Kami hanya punya kaki dan tangan yang dapat kami infaq-kan untukmu Ibu Pertiwi…
Inilah kami dalam keterbatasan dan kekurangan kami…
Kami Tetap Mengabdi…
Bagimu Negeri Jiwa Raga Kami…
[did]

Populer

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

Terlibat TPPU, Gus Yazid Ditangkap dan Ditahan Kejati Jawa Tengah

Rabu, 24 Desember 2025 | 14:13

UPDATE

Kepala Daerah Dipilih DPRD Bikin Lemah Legitimasi Kepemimpinan

Jumat, 26 Desember 2025 | 01:59

Jalan Terjal Distribusi BBM

Jumat, 26 Desember 2025 | 01:39

Usulan Tanam Sawit Skala Besar di Papua Abaikan Hak Masyarakat Adat

Jumat, 26 Desember 2025 | 01:16

Peraih Adhyaksa Award 2025 Didapuk jadi Kajari Tanah Datar

Jumat, 26 Desember 2025 | 00:55

Pengesahan RUU Pengelolaan Perubahan Iklim Sangat Mendesak

Jumat, 26 Desember 2025 | 00:36

Konser Jazz Natal Dibatalkan Gegara Pemasangan Nama Trump

Jumat, 26 Desember 2025 | 00:16

ALFI Sulselbar Protes Penerbitan KBLI 2025 yang Sulitkan Pengusaha JPT

Kamis, 25 Desember 2025 | 23:58

Pengendali Pertahanan Laut di Tarakan Kini Diemban Peraih Adhi Makayasa

Kamis, 25 Desember 2025 | 23:32

Teknologi Arsinum BRIN Bantu Kebutuhan Air Bersih Korban Bencana

Kamis, 25 Desember 2025 | 23:15

35 Kajari Dimutasi, 17 Kajari hanya Pindah Wilayah

Kamis, 25 Desember 2025 | 22:52

Selengkapnya