Berita

Foto/Net

Politik

Demokrat Geram Kalau Presiden Tak Sebut Nama

Soal Aktor Politik Aksi 411
SELASA, 08 NOVEMBER 2016 | 10:00 WIB | HARIAN RAKYAT MERDEKA

Partai Demokrat terus mendesak Presiden Jokowi men­gungkap siapa aktor politik yang ditudingny biang kerok dalam demo 4 November lalu.

Siapa aktor politik yang disebut Jokowi sebagai dalang kerusuhan demo 4 November lalu masih belum jelas. Namun, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) memastikan Jokowi sudah mengantongi siapa nama yang disebutnya.

Wakil Ketua Umum Partai Demokrat (PD) Syarief Hasan menilai, Jokowi bisa di-impeachment atau dimakzulkan jika mel­ontarkan pernyataan tanpa men­gantongi bukti-bukti yang kuat. Baginya, pernyataan Jokowi tersebut telah menimbulkan kegaduhan baru.


"Kalau tokoh yang dimaksud tidak terbukti di pengadilan, itu berarti Pak Jokowi bisa dika­takan mencemarkan nama baik. Kalau itu terjadi, bisa masuk di pasal impeachment," jelas Syarief di Kompleks Parlemen, Jakarta, kemarin.

Sebagai seorang kepala negara, harusnya Jokowi tidak boleh mengucapkan ada aktor poli­tik sebab menimbulkan saling curiga antar sesama elite. Lebih elok jika aktor-aktor yang ter­libat dalam aksi demo tersebut langsung diproses hukum.

"Kita lihat kalau memang terbukti ya dihukum, kalau tidak presiden harus siap menerima konsekuensi," ucapnya.

Menyebutkan ada aktor poli­tik dalam demo 4 November lalu, menurut Syarief adalah pencemaran nama baik. "Tercela itu! Jadi sebaiknya menurut saya, harus diungkapkan ini kan presiden kita sama-sama. Presiden rakyat Indonesia, 250 juta rakyat Indonesia, itu presi­den kita," katanya.

Politisi Demokrat lainnya, Didi Irawadi Syamsuddin juga geram dengan tudingan tersebut. Dia memint bekas Gubernur DKI Jakarta itu tidak asal ngomong, dan berani mengungkapnya.

"Pernyataan Presiden tentang ada aktor politik bisa menim­bulkan persepsi liar. Pernyataan Presiden Jokowi tentang ada aktor-aktor politik di belakang demo harus clear dan terang benderang, sebut saja langsung siapa aktor-aktor politik di bela­kang demo kemarin," tegasnya.

Namun politisi PDIP Masinton Pasaribu mengaku telah menge­tahui siapa aktor politik yang disebut Jokowi. Lagian sebagai presiden, tentunya Jokowi tidak asal ucap tanpa ada data dan fakta yang kuat.

"Presiden tidak asal ucap, kita tahu sebelum pra aksi 4 November dan saat 4 Novemberkita bisa melihat semua. Sebelum aksi 4 November kita tahu ada yang tiba-tiba merasa dirinya korban fitnah, lagu lama," katanya.

Kata Masinton, Presiden Jokowi menyampaikan berdasar­kan fakta yang terjadi sebe­lum dan sesudah aksi demo 4 November berlangsung. Meski demikian, Masinton tidak men­jelaskan secara gamblang siapa aktor politik yang dimaksud.

"Kita ketahui semua pada saat pra, tiba-tiba menjadi korban fit­nah nggak ada badai dan angin. Saat 4 November ada aktor-aktor politik, bahkan ada juga peserta yang pidatonya sudah di luar kewajaran tidak menampakkan keadaban," terangnya.

Dukungan terhadap Jokowi juga datang dari Ketua Umum Partai Golkar Setya Novanto. Politisi yang disebut Setnov ini setuju dengan pernyataan Jokowi bahwa ada aktor politik yang bermain dalam demo 4 November 2016.

"Apa yang dikatakan presiden tentu sudah melalui evaluasi dan didukung data-data yang akurat dari aparat yang bertugas," katanya.

Sementara itu, Direktur Lingkar Madani (Lima) Indonesia, Ray Rangkuti menilai Jokowi tidak perlu mengungkapkan siapa aktor politik yang disebut­nya. Tuduhan ada aktor politik biarkan diselesaikan dari sesi politik.

"Jokowi tidak perlu sebut nama langsung. Biarkan diselesai­kan secara politik," kata Ray.

Menurutnya, penyebutan aktor politik tidak harus dijawab den­gan penegakan hukum berupa penangkapan terhadap yang di­curigai. Tindakan seperti itu bisa membahayakan Jokowi. Apalagi ada anggota koalisi yang tidak loyal terhadap pemerintah.

"Penyebutan aktor politik itu dalam konteks politik. Bukan dalam rangka penegakan hukum. Saya tolak kalau caranya seperti itu. Lawan saja secara politik. Banyak cara yang bisa dilakukan untuk itu," tuturnya. ***

Populer

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

Terlibat TPPU, Gus Yazid Ditangkap dan Ditahan Kejati Jawa Tengah

Rabu, 24 Desember 2025 | 14:13

UPDATE

Kepala Daerah Dipilih DPRD Bikin Lemah Legitimasi Kepemimpinan

Jumat, 26 Desember 2025 | 01:59

Jalan Terjal Distribusi BBM

Jumat, 26 Desember 2025 | 01:39

Usulan Tanam Sawit Skala Besar di Papua Abaikan Hak Masyarakat Adat

Jumat, 26 Desember 2025 | 01:16

Peraih Adhyaksa Award 2025 Didapuk jadi Kajari Tanah Datar

Jumat, 26 Desember 2025 | 00:55

Pengesahan RUU Pengelolaan Perubahan Iklim Sangat Mendesak

Jumat, 26 Desember 2025 | 00:36

Konser Jazz Natal Dibatalkan Gegara Pemasangan Nama Trump

Jumat, 26 Desember 2025 | 00:16

ALFI Sulselbar Protes Penerbitan KBLI 2025 yang Sulitkan Pengusaha JPT

Kamis, 25 Desember 2025 | 23:58

Pengendali Pertahanan Laut di Tarakan Kini Diemban Peraih Adhi Makayasa

Kamis, 25 Desember 2025 | 23:32

Teknologi Arsinum BRIN Bantu Kebutuhan Air Bersih Korban Bencana

Kamis, 25 Desember 2025 | 23:15

35 Kajari Dimutasi, 17 Kajari hanya Pindah Wilayah

Kamis, 25 Desember 2025 | 22:52

Selengkapnya