Berita

Politik

Luhut: Awalnya Prabowo Tidak Setuju Jokowi Menghadap Ke Hambalang

SELASA, 01 NOVEMBER 2016 | 17:01 WIB | LAPORAN: ALDI GULTOM

Menko Maritim, Luhut Pandjaitan, salah satu pejabat negara yang diajak Presiden Joko Widodo berkunjung ke rumah Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto, kemarin, mengungkapkan suasana pertemuan kedua tokoh nasional tersebut yang sangat cair.

Lewat akun facebook-nya, Luhut Pandjaitan lebih dulu menceritakan soal persahabatannya dengan Prabowo yang telah berlangsung lebih dari 30 tahun sejak Prabowo masih berpangkat Letnan.

"Sudah lebih dari 30 tahun kami berteman, walaupun kadang kami berbeda pendapat. Tapi kalau kami sudah bicara tentang NKRI, kami jadi sepakat, kami jadi satu dan kokoh. Kami tidak mau ditawar soal itu," jelas Luhut.


Luhut mengakui sempat ada perbedaan pendapat ketika menyampaikan maksud Jokowi untuk memenuhi janji yang diucapkan 2014 silam, yakni untuk mengunjungi kediaman Prabowo di Hambalang. Rencana Jokowi itu ia sampaikan dalam kesempatan makan siang bersama Prabowo beberapa waktu sebelum kunjungan Jokowi ke Hambalang. Prabowo keberatan jika Jokowi yang menghadap ke Hambalang.

"Karena humble dan sangat menghargai sistem, Pak Prabowo awalnya menyampaikan kesanggupannya untuk menghadap ke Istana Negara. Tapi akhirnya beliau sepakat juga bahwa Pak Jokowi yang akan pergi ke Hambalang," kata dia.

Luhut mengungkapkan bahwa pertemuan kedua tokoh nasional di Hambalang, kemarin, berlangsung dalam suasana sangat cair, meskipun mereka merupakan rival ketat pada saat Pilpres 2014.

"Banyak guyonan di sana-sini meski tetap ada diskusi-diskusi serius. Topik pembicaraan adalah seputar masalah keamanan, ekonomi nasional, sampai tentang berkuda," beber Luhut.

"Ada satu titik di mana mereka bersepakat bahwa negara ini harus dikelola dengan demokrasi yang baik, tanpa perpecahan. Boleh saja kita berbeda pendapat, tapi jangan sampai kita saling mengeluarkan sumpah serapah," lanjutnya.

Menurut Luhut pertemuan Prabowo dan Jokowi kemarin merupakan contoh kematangan berdemokrasi. Rivalitas boleh terjadi, tapi persahabatan harus tetap dipegang sehingga tidak melahirkan perasaan dendam.

"Yang paling penting, pada pertemuan kemarin mereka memberikan contoh kepada elite-elite Indonesia tentang bagaimana seharusnya menjadi pemimpin yang benar. Jangan lupa bahwa kita hidup di negara yang majemuk," tutup Luhut. [ald]

Populer

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

Tamparan bagi Negara: WNA China Ilegal Berani Serang Prajurit TNI di Ketapang

Sabtu, 20 Desember 2025 | 09:26

Kejagung Ancam Tak Perpanjang Tugas Jaksa di KPK

Sabtu, 20 Desember 2025 | 16:35

Tunjuk Ara di Depan Luhut

Senin, 15 Desember 2025 | 21:49

UPDATE

Kuasa Hukum: Nadiem Makarim Tidak Terima Sepeserpun

Minggu, 21 Desember 2025 | 22:09

China-AS Intervensi Konflik Kamboja-Thailand

Minggu, 21 Desember 2025 | 21:51

Prabowo Setuju Terbitkan PP agar Perpol 10/2025 Tidak Melebar

Minggu, 21 Desember 2025 | 21:35

Kejagung Tegaskan Tidak Ada Ruang bagi Pelanggar Hukum

Minggu, 21 Desember 2025 | 21:12

Kapolri Komitmen Hadirkan Layanan Terbaik selama Nataru

Minggu, 21 Desember 2025 | 20:54

Kasus WN China Vs TNI Ketapang Butuh Atensi Prabowo

Minggu, 21 Desember 2025 | 20:25

Dino Patti Djalal Kritik Kinerja Menlu Sugiono Selama Setahun

Minggu, 21 Desember 2025 | 19:45

Alarm-Alam dan Kekacauan Sistemik

Minggu, 21 Desember 2025 | 19:39

Musyawarah Kubro Alim Ulama NU Sepakati MLB

Minggu, 21 Desember 2025 | 19:09

Kepala BRIN Tinjau Korban Bencana di Aceh Tamiang

Minggu, 21 Desember 2025 | 19:00

Selengkapnya