RABU siang 26 Oktober 2016, Kapolda Metro & Pangdam Jaya serta Stafnya datang ke Pondok Pesantren AgriKultural pimpinan Habib Rizieq di Mega Mendung Bogor.
Mereka datang untuk diskusi terkait situasi keamanan Jakarta. Habib Rizieq didampingi Ketua Syura FPI KH Syeikh Misbahul Anam dan Waketum FPI KH Ja'far Shiddiq serta Bedum FPI Ust. Haris Ubaidillah.
Dalam diskusi tersebut ditegaskan bahwa Aksi Bela Islam tetap akan berjalan sesuai jadwal tgl 4 November 2016, dan sesuai rute Istiqlal ke Istana, serta sesuai tujuan Penjarakan Ahok. Ditegaskan bahwa Aksi Bela Islam adalah Jihad Konstitusional yang merupakan murni Aksi penegakan hukum, bukan aksi SARA atau pun aksi politik terkait Pilkada.
Kunjungan Kapolda Metro dan Pangdam Jaya menemui Habib Rizieq di Mega Mendung merupakan suatu kebijakan yang layak dihormati dan dihargai. 4 November 2016 memang merupakan hari yang penting untuk diperhatikan sebagai kelanjutan dari kasus dugaan penistaan agama yang telah menghebohkan persada Nusantara. Dikuatirkan meski ada jaminan dari Habib Rizieq mengenai tidak adanya kekerasan aksi unjuk rasa skala besar pada tanggal 4 November 2016 bisa lepas kendali menjadi aksi anarkis yang tentu saja tidak dikehendaki bangsa Indonesia yang cinta damai dan taat hukum.
Berbagai pihak telah merasa begitu panik bahwa huru hara Mei 1998 kembali terulang di Ibukota Republik Indonesia sehingga tak segan menganjurkan instruksi tembak di tempat terhadap para unjukrasawan yang melakukan kekerasan. Di tengah suasana kelabu berhias kemelut rasa harap-harap-cemas atau cemas-cemas-harap, Pos-Metro. Com 29 Oktober 2016 memberitakan dengan judul berita profokatif:
"Panglima TNI: Jangan Tembak Pendemo 4 November, Memang Dipikir Rakyat yang Demo Teroris !?†Terberitakan bahwa Panglima TNI sudah memberikan perintah langsung kepada Pangdam Jaya agar pada saat pelaksanaan pengamanan demo tanggal 4 November jangan ada tindakan kekerasan terhadap para pendemo apalagi tindakan penembakan itu tidak dibenarkan. "Memang dipikir rakyat yang demo teroris. Teroris aja kalau bisa jangan dimatiin," kata panglima TNI, Sabtu (29/10/2016).
Menurut panglima, sejatinya unjuk rasa merupakan hal yang wajar dalam berdemokrasi. Bahkan, kebebasan menyampaikan pendapat itu sudah diatur dalam Undang-undang. "Aksi unjuk rasa umat muslim yang rencananya digelar 4 November mendatang akan berlangsung aman dan damai," tandasnya.
Penghargaan layak diberikan kepada pihak pemberita yang bukan memanaskan namun menyejukkan suasana politik yang sudah terlanjur memanas. Pihak pemberita terbukti bukan penganut paham
Bad News is Good News sebab ternyata mewujudkan paham
Good News is Good News. Jelas penghargaan dan penghormatan layak diberikan kepada Jenderal Gatot Nurmantyo sebagai Panglima TNI sebagai pihak yang paling berwenang dan berwajib terhadap keamanan negara, bangsa dan rakyat Indonesia.
Panglima TNI membuktikan dirinya bukan sekadar seorang perajurit namun juga seorang negarawan yang merakyat dengan senantiasa niscaya menjunjung tinggi harkat dan martabat rakyat di atas segala-galanya. Dengan semangat kerakyatan, Panglima TNI benar-benar mengejawantahkan kemanunggalan TNI dengan rakyat menjadi kenyataan sikap dan perilaku seorang tentara nasional Indonesia sejati. Jenderal Gatot Nurmantyo bukan hanya di satu sisi secara sepihak TIDAK membenarkan para pengunjuk-rasa melakukan kekerasan namun di sisi lain juga TIDAK membenarkan tindakan kekerasan apalagi tindakan penembakan terhadap para pengunjuk-rasa.
Di sini, Panglima TNI konsekuen dan konsisten menjabarkan sila Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab sebagai kenyataan akhlak dan budi-pekerti bangsa Indonesia nan adiluhur.
Insya Allah, aksi penegakan hukum 4 November 2016 akan terselenggara sesuai dengan apa yang diarahkan oleh Panglima TNI, Jenderal Gatot Nurmantyo yaitu berlangsung aman dan damai.
[***]
*Penulis adalah budayawan pendamba damai