Di Pulau Jeju, Korea Selatan, ada sekitar 200 objek wisata. Dari jumlah itu, sekitar 80 di antaranya adalah museum. Berbagai macam museum.
Sudah barang tentu ada Museum Nasional Jeju, juga ada Museum Rakyat dan Alam, serta Museum Haenyeo, sebutan untuk perempuan Jeju yang mencari ikan dan cumi-cumi di laut.
Ada juga Museum Teseum yang dipenuhi boneka-boneka beruang berbagai ukuran, atau Maze Land tempat yang pas bagi orang yang ingin tersesat di tengah labirin. Nexon Computer Museum juga menarik, begitu pun dengan Museum Seni Kontemporer.
Museum lain yang kerap direkomendasikan kepada para pelancong adalah Museum Perang dan Perdamaian, juga Museum Mitologi Yunani dan Museum Bintang Gemintang.
Ada museum yang unik di Jeju, tetapi jarang dibicarakan walaupun banyak pengunjungnya. Museum ini diberi nama Loveland, Tanah Cinta. Atau, lebih tepat disebut museum yang memamerkan alat reproduksi dan aktivitas seksual.
Di museum seluas 40 ribu meter persegi ini terdapat lebih dari 140 patung yang memperlihatkan alat kelamin dan menggambarkan adegan hubungan badan. Hampir semuanya dalam bentuk yang realistis. Hanya sedikit yang abstrak dan humoris.
Dibuka pada November yang hangat di tahun 2004, museum ini dipenuhi karya sekitar 20 artis lulusan Universitas Hongik, salah satu sekolah seni yang terkenal di Korea Selatan.
Selain patung-patung yang tersebar di taman terbuka, di museum ini juga ada dua galeri yang juga berisi benda-benda yang terkait dengan kelamin dan aktivitas seksual.
Anak kecil di bawah usia yang pantas, tidak diperkenankan masuk ke museum ini. Bagi mereka disedian taman bermain di luar pintu masuk. Sementara untuk mencegah pengunjung di bawah umur, KTP pengunjung diperiksa oleh pengelola.
Tingkah laku pengunjung museum ini beragam. Ada yang memperhatikan dengan sangat serius, ada yang tampak biasa-biasa saja. Juga ada yang tertawa terbahak.
Ada juga pengunjung yang menggeleng-gelengkan kepala dan kemudian balik badan meninggalkan museum. Mereka menganggap hal ihwal kelamin dan senggama tidak pantas untuk dilihat apalagi dipamerkan.
Menurut seniman Melayu asal Batam, Kepulauan Riau, Ramon Damora, yang mengunjungi museum itu beberapa hari lalu, koleksi di dalam museum itu memang bisa dilihat dari beragam sudut pandang dan multi tafsir.
Kalau orang mengartikan seni sebagai sesuatu yang hanya berkaitan dengan hal-hal normatif secara umum, tentu patung-patung telanjang dan adegan berhubungan badan yang ditampakkannya dianggap janggal dan tidak pada tempatnya.
"Tetapi, ada juga yang melihat seni untuk seni, maka patung-patung itu dianggap sebagai sesuatu yang indah, dan memenuhi kaidah-kaidah seni," sambungnya.
Ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Kepri itu mengatakan, yang pasti pengunjung Loveland tidak boleh berpikir ngeres atau cabul saat berada di dalam museum ini.
Koleksi-koleksi patung telanjang di Loveland juga bisa didekati dari sudut pandang yang ilmiah.
"Saya jadi tertarik untuk meneliti apakah dalam konstruksi budaya masyarakat Korea memang ada tradisi yang memungkinkan hal seperti ini ditampilkan secara blak-blakan tanpa tedeng aling-aling," demikian Ramon Damora.
[guh]