Nasaruddin Umar/Net
Nasaruddin Umar/Net
UJUNG dari perjuangan Nabi Muhammad Saw ialah untuk mengangkat manusia yang tercebur di bumi menuju ke kampung asalnya di langit. Dalam drama kosmos sudah diperkenalkan manuÂsia sesungguhnya pada muÂlanya makhluk langit (surga) tetapi karena kekhilafannya maka ia jatuh ke bumi. Kehadiran manusia di bumi sudah melalui proses panjang. ManuÂsia semula berasal dari langit kemudian turun (tanazul) ke bumi. Selanjutnya akan menempuh proses kembali naik (taraqqi) ke langit. Inilah yang dimaksud firman Allah: "Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun' (Q.S. al-Baqarah/2:156). Drama kosmos turunnya manusia dari langit ke bumi dijelaskan dalam Q.S. al-Baqarah/2: 30-39. Sedangkan proses manusia kembali ke langit dijelaskan dalam beberapa ayat secara terpisah, antara lain: "Dia mengatur urusan dari langit ke bumi, kemudian (urusan) itu naik keÂpada-Nya" (Q.S al-Sajadah/32:5).
Para Nabi, termasuk Nabi Muhammad Saw, berusaha mengembalikan posisi manusia di langit dengan berbagai petunjuk yang dibawanÂya. Manusia bumi (al-insan al-ardhy) masih berkutat untuk memikirkan secara mikro wujud keberadaan yang ada di sekitarnya. Berbeda dengan manusia langit (al-isan al-samawy) sudah sampai kepada ma’rifah bahwa yang tampil dalam berbagai bentuk dalam alam raya ini ternyata tidak lain adalah manivestasi (tajalÂli) Sang Maha Satu (al-Wahid) dan Sang Maha Esa (al-Ahad).
Ciri-ciri manusia bumi ialah mereka yang masih terperangah dengan pluralitas alam seÂmesta. Mereka sibuk mengidentifikasi dan mendefinisikan pluralitas alam semesta. MereÂka yang masih banyak tersedot energinya untuk melakukan penyesuaian diri dengan pluralitas dan corak kehidupan yang ada di sekitarnya. Bahkan sebagian lainnya sibuk mengejar bayang-bayang fatamorgana kehidupan. IdenÂtitas dari berbagai entitas begitu banyak rupa dan coraknya, maka mereka sibuk mencari di mana posisi terbaik untuk menjalani kehidupan ini. Mereka yang dihadapkan dengan berbagai pilihan yang sulit untuk dipilih. Mereka sering dibingungkan oleh berbagai nilai yang berhÂadap-hadapan satau sama lain. Mereka sering kecewa ketika mereka salah pilih dan pilihanÂnya berujung dengan kejatuhan atau kekeceÂwaan. Terlalu banyak hal yang harus dipikirkan dalam waktu bersamaan sehingga mereka sepÂerti tidak pernah merasakan ketenangan hidup. Di antara mereka ada yang merasa 24 jam seÂhari, tujuh hari seminggu, dan 12 bulan setahun terlalu cepat, begitu padatnya program yang sudah disetting ke dalam kepala mereka. SeÂmentara yang lain ada yang merasakan kebaliÂkannya, roda perputaran waktu ini terlalu lama baginya. Ada yang meraih keuntungan dengan cara-cara yang wajar, sebagian lainnya dengan menghalalkan segala cara. Inilah hiruk-pikuk kehidupan di bumi.
Populer
Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26
Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01
Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16
Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06
Senin, 22 Desember 2025 | 17:57
Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17
Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33
UPDATE
Sabtu, 27 Desember 2025 | 17:52
Sabtu, 27 Desember 2025 | 17:43
Sabtu, 27 Desember 2025 | 16:32
Sabtu, 27 Desember 2025 | 16:13
Sabtu, 27 Desember 2025 | 15:26
Sabtu, 27 Desember 2025 | 15:07
Sabtu, 27 Desember 2025 | 14:52
Sabtu, 27 Desember 2025 | 14:24
Sabtu, 27 Desember 2025 | 14:07
Sabtu, 27 Desember 2025 | 13:41