ALKISAH di Kerajaan Adil-Makmur ada seorang raja arif bijaksana yang sangat mencintai dan dicintai rakyatnya.
Raja ini memberikan pelayanan kesehatan dan pendidikan gratis kepada rakyatnya. Raja yang selalu bertutur-kata santun dan tidak pernah melukai perasaan orang lain ini sangat peduli nasib rakyat miskin. Kampung rakyat miskin tidak digusur namun ditata sehingga menjadi kampung deret tanpa merusak lingkungan sosial dan budaya rakyat miskin yang sudah puluhan tahun bermukim di kampung kerajaan.
Sang Raja melaksanakan program pembangunan berjudul Kerajaan Baru dengan slogan Pro-Rakyat Miskin, Berbasis Pelayanan dan Partisipasi Warga. Warga selalu dilibatkan dalam Penyusunan RTRW (Rencana Tata Ruang Wilayah), Penyusunan APBK (Anggaran Pendapatan Belanja Kerajaan), Perencanaan dan pengawasan program pembangunan kerajaan. Pemenuhan dan perlindungan hak-hak warga kerajaan , meliputi kampung yang sudah ditempati warga selama 20 tahun dan tanahnya tidak dalam sengketa maka akan diakui haknya dalam bentuk sertifikat hak milik.
Pemukiman Kumuh tidak digusur tapi ditata. Pemukiman kumuh yang berada di atas tanah milik swasta atau Badan Usaha Milik Kerajaan (BUMK) dilakukan negosiasi dengan pemilik lahan.
Raja menjadi mediator supaya warga tidak kehilangan haknya, pembangunan Kerajaan akan dimulai dari kampung-kampung miskin, Perlindungan dan penataan ekonomi informal: PKL, becak, nelayan tradisional, pekerja rumah tangga, asongan, pedagang kecil, dan pasar tradisional. Keterbukaan dan penyebarluasan informasi pembangunan kerajaan kepada segenap warga kerajaan.
Para Dewa di Swargaloka selalu mengamati segala sesuatu yang terjadi di Kerajaan Adil-Makmur maka pada suatu hari Dewan Dewa mengundang Raja arif-bijaksana dan merakyat ini untuk menjadi Kepala Dewa di Swargaloka. Dengan berat hari sang Raja memenuhi undangan dan mengangkasa ke Swargaloka untuk menjadi Kepala Dewa.
Tahta singgasana kerajaan diserahkan ke Wakil Raja. Ternyata Raja yang baru tidak kalah arif bijaksana dan merakyat ketimbang Raja yang lama. Tutur kata Raja yang baru juga selalu santun tanpa pernah kasar apalagi melukai perasaan orang lain. Raja yang baru secara konsekuen dan konsisten melanjutkan program pembangunan Kerajaan Baru dengan slogan Pro-Rakyat Miskin, Berbasis Pelayanan dan Partisipasi Warga yang dirancang oleh Raja yang lama.
Raja yang baru tidak mengkhianati kontrak politik Raja yang lama dengan rakyat miskin. Di masa kepemimpinan Raja yang baru sama sekali tidak ada penggusuran apalagi secara melanggar HAM dan hukum. Karena benar-benar taat hukum maka sang Raja tidak pernah menyentuh bangunan dan lahan masih dalam proses hukum di pengadilan kerajaan. Sang Raja benar-benar menganut madzhab Pembangunan Berkelanjutan maka tidak pernah menatalaksana program pembangunan dengan mengorbankan lingkungan alam, sosial, budaya apalagi rakyat miskin.
Dalam membangun kerajaan Sang Raja selalu menjaga keseimbangan antara kepentingan pengembang dan rakyat. Tidak ada korupsi di kerajaan sebab sepak-terjang sang Raja sendiri secara pribadi sama sekali bebas dari indikasi korupsi. Kehidupan masyarakat kerajaan senantiasa damai dan tenteram tanpa kecurigaan dan kebencian akibat sang Raja tidak memiliki laskar
buzzer untuk menghujat para pengkritik Raja, sebab memang sama sekali tidak ada alasan untuk mengkritik sang Raja.
Bagi sang Raja, sejuta teman masih kurang sementara satu musuh saja sudah terlalu banyak. Sang Raja tidak pernah mengeluarkan pernyataan-pernyataan bersifat SARA dan tidak pernah mengadu-domba antar golongan, parpol apalagi agama. Kerukunan umat beragama terjalin secara tulus tanpa indoktrinasi dipaksakan sehingga menjadi suri teladan bagi segenap kerajaan di alam semesta . Kepada para pegawai kerajaan, sang Raja juga senantiasa bersikap bijak dengan tidak pernah begitu saja memecat pegawai kerajaan tanpa melalui proses peraturan ketenaga kerjaan kerajaan.
Sang Raja memang benar-benar tulus mencintai dan dicintai rakyatnya maka bersama rakyat berhasil menghadirkan suasana kehidupan
Gemah Ripah Loh Jinawi Tata Tenteram Kerta Raharja di Kerajaan Adil-Makmur. [***]
Penulis adalah budayawan