Menyambut hari pahlawan yang jatuh setiap tanggal 10 November, Universitas Halu Oleo Kendari, Sulawesi Tenggara bersama Asosiasi Tradisi Lisan (ATL) dan Puskat Picture mempersembahkan sebuah film karya anak bangsa berjudul 'Mengejar Embun ke Eropa.'
Meskipun dihadirkan mendekati hari Pahlawan, film karya sutradara Haryo Sentanu Murti ini cenderung menonjolkan perjuangan seseorang dalam usahanya memperbaiki etos kerja para dosen dan memberantas manipulasi nilai yang terjadi dalam sebuah kampus di Universitas Delapan Penjuru Angin (UDPA) Kendari.
Adalah Prof. Dr. Ir. Puro, M.S, mantan Kepala Jurusan Sosial Ekonomi yang dicopot jabatannya karena terus menerus melawan anarkisme di dalam kampus, konflik berbau SARA, kebersihan lingkungan, dan pihak eksternal kampus yang memaksa meminta proyek.
"Pada intinya, Prof. Dr. Ir. Puro, M.S, berusaha memperbaiki perfoma kampus sebagai center pendidikan karena selama ini kampus dikuasai oleh mentalitas preman," tutur Haryo.
Puro adalah salah satu anak laki-laki pulau Muna yang masa kecilnya hanya bisa mandi kalau ada air embun. Demikian juga Ani anak perempuan Muna yang juga mengalami mandi embun. Mereka berlarian di antara tanaman singkong untuk mendapatkan embun pagi. Mereka adalah anak-anak para peladang yang hidupnya sederhana.
Saat dewasa, dalam suatu acara tarian adat perayaan syukuran mereka bertemu. Cinta mereka akhirnya berpadu dalam sebuah pernikahan. Sebuah keluarga yang harmonis penuh kemesraan.
Nasib mengantarkan Puro menuju Eropa. Di Roma, Vatikan, Padua, Napoly, Pompeii, dan Leiden, selain menemukan kekayaan budaya yang indah, Ir.Puro, M.S juga bertemu Roberta gadis Belanda yang cantik. Namun Puro tetap menjaga kesetiaan pada Dra. Ani, istrinya yang tinggal di Kendari.
Sepulang dari Eropa, Puro bekerja di Universitas Delapan Penjuru Angin (UDPA) Kendari. Namun, usaha memperbaiki etos kerja para dosen dan memberantas manipulasi nilai berujung pada pencopotan jabatan Kepala Jurusan Sosial Ekonomi. Walau begitu, loyalitas dan dedikasi Puro kepada UDPA dan atasan tidak pernah surut.
Tanggung jawab Prof. Puro menjadi semakin berat ketika jabatan rektor dipikulnya. Kampus ini sempat menonjol sebagai kampus tukang demo. Perlawanan terhadap premanisme di kampus akhirnya dilakukan dengan melibatkan seluruh potensi kampus serta membangun jaringan dengan pihak luar.
Pada akhirnya, perubahan demi perubahan terjadi, dan kesuksesan SDM di kampus UDPA mengingatkan kembali pada kebiasaan mandi dengan cara mengejar embun di dedaunan pagi hari.
"Dunia dosen itu ternyata sama
kayak politik, ada kepentingan-kepentingan di belakangnya ternyata, ini proyek yang buka mata," tutur Rizky Hanggono pemeran Puro.
Filim ini, selain dibintangi Rizky Hanggono juga tampil Putri Ayudya sebagai Ani serta Roberta Salzano sebagai Roberta, Irma Magara, Danin Dharma perwira, Nazarudin, La Ode Kamaluddin, Rendra Bagus Pamungkas, Yuyun Andriani, Ardih Ansah, dan Maulana Abdul Qadri.
Lokasi syuting film di Kendari dan Pulau Muna, Sulawesi Tenggara, serta beberapa kota di Italia dan Belanda
.[wid]