Berita

Jaya Suprana/Net

Jaya Suprana

Sudah Digusur Masih Dihujat

RABU, 05 OKTOBER 2016 | 11:46 WIB | OLEH: JAYA SUPRANA

SAYA bukan warga Bukit Duri. Saya bukan rakyat tergusur. Namun kebetulan saya bersahabat dengan pejuang kemanusiaan dari Jeneponto, Sandyawan Sumardi yang memang berada di gugus terdepan dalam membela warga Bukit Duri dari penggusuran.

Warga Bukit Duri yang memiliki surat bukti kepemilikan mengajukan gugatan class action ke Pengadilan Negeri Jakarta Pusat maka seharusnya Bukit Duri yang masih dalam proses hukum tidak boleh disentuh, apalagi digusur.

Namun pemerintah Jakarta tidak peduli hukum maka melakukan penggusuran terhadap Bukit Duri pada hari Minggu, 2 Oktober 2016. Dengan mata kepala sendiri saya menyaksikan warga Bukit Duri tanpa melakukan kekerasan mengikhlaskan diri digusur. Saya juga saksi hidup terhadap upaya Sandyawan Sumardi untuk meyakinkan warga Bukit Duri untuk tidak melakukan perlawanan dengan kekerasan ragawi meski tentu saja sulit menahan rasa duka dan kecewa ketika terpaksa harus menyaksikan bagaimana gubuk mereka dibongkar oleh Satpol PP kemudian dibumiratakan oleh monster alat berat dengan belalai baja.


Sebenarnya warga Bukit Duri sudah menyerah kalah dalam hal gubuk mereka dibongkar dan dibumiratakan. Namun entah kenapa, setelah penggusuran terlaksana ternyata mereka masih diteror lebih lanjut. Gudang yang disewa swadaya warga untuk menampung warga yang terlantar akibat tidak mau dipaksa pindah ke rumah susun dengan uang sewa di luar jangkauan kemampuan ekonomis mereka, diteror dengan cara meneror sang pemilik gudang untuk membatalkan perjanjian yang sudah terjalin dengan warga tergusur. Tenda yang didirikan di atas puing sebagai posko kesehatan untuk melayani warga Bukit Duri tergusur , juga tanpa ampun dibongkar lalu para relawan kesehatan diusir dari kawasan Bukit Duri sebagai para persona non grata.

Janji yang dinyatakan Gubernur Jakarta bahwa gubuk yang memiliki sertifikat kepemilikan tidak akan digusur bahkan akan dibeli oleh Pemprov Jakarta ternyata tidak diwujudkan pada kenyataan penggusuran yang tidak pandang bulu terhadap semua bangunan yang secara teknis bisa digusur. Musholla yang dijanjikan tidak akan dirobohkan, ternyata akhirnya dirobohkan juga! Bahkan terjadi kericuhan dengan para warga yang telah diyakinkan oleh Pak Lurah bahwa gubuknya tidak masuk peta penggusuran maka berarti akan selamat dari penggusuran. Ternyata peta penggusuran yang dimiliiki kelurahan beda dari peta penggusuran yang dimiliki pihak penggusur namun penggusuran tetap dilaksanakan.

Rakyat tergusur ternyata masih harus dihajar dengan bully-bully mulai dari manja, tidak tahu diri, pemberontak, anti pembangunan, penjahat perampas tanah bahkan komunis. Seolah mereka yang sudah menderita akibat digusur secara paksa bahkan melanggar hukum itu masih belum cukup menderita maka masih harus ditambah dengan hujatan cacimaki, cemooh bahkan fitnah.

Yang paling parah dihantam hujatan adalah Sandyawan Sumardi yang dihujat sebagai tengkulak tanah, spekulan properti, antek asing pelestari kemiskinan, penjual kemiskinan, provokator sampai PKI . Terkesan bahwa membela rakyat miskin tertindas di masa kini dianggap sebagai perilaku kriminal yang membahayakan negara dan bangsa. Kemiskinan adalah sejenis penyakit maka warga Bukit Duri adalah kuman-kuman pembawa wabah kemiskinan yang harus dibasmi habis sampai ke akar-akar terdalam sebelum menularkan penyakit kemiskinan ke segenap pelosok kota Jakarta. Bukit Duri dianggap semacam duri bagi kota Jakarta yang potensial menimbulkan infeksi yang rawan berkembang menjadi penyakit kanker yang akan menggerogoti sendi-sendi peradaban kota Jakarta.

Bagi yang meragukan kebenaran kisah yang terbeber di dalam naskah ini, silakan berkunjung ke sekretariat Ciliwung Merdeka di jalan Kebun Pala II untuk menemui Sandyawan Sumardi yang memiliki bukti-bukti sertifikat kepemilikan warga, dokumen proses hukum yang sedang berlangsung di PN Jakpus dan PTUN Jaksel di samping kisah tentang apa yang nyata terjadi di Bukit Duri berdasar pengalaman diri sendiri. Ibarat roti, maka kisah Sandyawan Sumardi adalah benar-benar masih fresh from the oven. [***]

Populer

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

Tamparan bagi Negara: WNA China Ilegal Berani Serang Prajurit TNI di Ketapang

Sabtu, 20 Desember 2025 | 09:26

Kejagung Ancam Tak Perpanjang Tugas Jaksa di KPK

Sabtu, 20 Desember 2025 | 16:35

Tunjuk Ara di Depan Luhut

Senin, 15 Desember 2025 | 21:49

UPDATE

Perbankan Nasional Didorong Lebih Sehat dan Tangguh di 2026

Senin, 22 Desember 2025 | 08:06

Paus Leo XIV Panggil Kardinal di Seluruh Dunia ke Vatikan

Senin, 22 Desember 2025 | 08:00

Implementasi KHL dalam Perspektif Konstitusi: Sinergi Pekerja, Pengusaha, dan Negara

Senin, 22 Desember 2025 | 07:45

FLPP Pecah Rekor, Ribuan MBR Miliki Rumah

Senin, 22 Desember 2025 | 07:24

Jaksa Yadyn Soal Tarik Jaksa dari KPK: Fitnah!

Senin, 22 Desember 2025 | 07:15

Sanad Tarekat PUI

Senin, 22 Desember 2025 | 07:10

Kemenkop–DJP Bangun Ekosistem Data untuk Percepatan Digitalisasi Koperasi

Senin, 22 Desember 2025 | 07:00

FDII 2025 Angkat Kisah Rempah Kenang Kejayaan Nusantara

Senin, 22 Desember 2025 | 06:56

Polemik Homebase Dosen di Indonesia

Senin, 22 Desember 2025 | 06:30

KKP Bidik 35 Titik Pesisir Indonesia Buat KNMP Tahap Dua

Senin, 22 Desember 2025 | 05:59

Selengkapnya