Warga Cengkareng Barat geger. Penyebabnya, seorang ibu bernama Mutmainah (28) tega menghabisi nyawa anaknya, Arjuna (1), dan memutilasinya menjadi beberapa bagian.
Peristiwa tersebut terjadi di rumah kontrakan yang ditingÂgali Mutmainah dan keluargÂanya. Letaknya di Jalan Jaya 24, Nomor 24, RT 004, RW 10, Cengkareng Barat, Cengkareng, Jakarta Barat.
Kemarin,
Rakyat Merdeka mendatangi tempat kejadian perkara. Kontrakan Mutmainah berada di tengah-tengah, terletak di antara dua kontrakan yang lain. Ukurannya kira-kira 3x6 meter.
Kondisi lingkungan di sekitar kontrakan tersebut terasa pengap. Pintu kontrakan yang ditempati Mutmainah terbuat dari triplek. Untuk menuju kontrakan itu, harus melalui gang sempit.
Tiga ventilasi udara kontraÂkan terlihat kotor penuh debu. Jendela kontrakan hanya dituÂtupi selimut bekas kain kasur berwarna biru. Cat tembok konÂtrakan yang berwarna hijau juga sudah mulai memudar. Kalau malam, lingkungan ini amat gelap karena tidak terlihat lampu di luar bangunan.
Saat ini, suasana di lokasi sudah cukup sepi. Di rumah kontrakan tempat Mutmainah menghabisi nyawa putranya, hanya terlihat garis polisi terpasang membenÂtengi bagian depan rumah.
Berdasarkan informasi warga sekitar, tidak ada tanda-tanda aneh dari Mutmainah hingga teÂga memutilasi anak kandungnya sendiri. "Tidak pernah kelihatan ada yang janggal," kata seorang tetangga yang menolak disebut namanya saat berbincang.
Menurutnya, selama ini tingkah laku Mutmainah dan keluarganya terlihat biasa-biasa saja. Tidak ada gejala-gejala bahwa Mutmainah bakal melakukan tindakan sekeji itu. Dia menduga, tindakan nekat Mutmainah muncul secara menÂdadak. Pria yang bersepeda ini pun heran jika Mutmainah dibilang depresi.
Lebih lanjut, menurut pria paruh baya ini, pintu rumah petak Nomor 24 itu jarang terbuka. Dia mengetahuinya lantaran sehari-hari melewati rumah tersangka jika ingin beraktivitas di luar rumah.
"Pagi dan malam hari saya leÂwat sini. Saya dengar, suaminya dua hari sekali pulang ke ruÂmah," ujarnya.
Suyadi, Ketua RT setempat, juga mengaku tidak melihat keÂjanggalan terhadap warganya itu. "Setahu saya, tidak ada masalah. Setahu saya lho. Tapi kalau dari pihak keluarga, saya tidak tahu," ujar dia.
Menurut Suyadi, tersangka dan suami beserta dua anaknya, baru menempati rumah kontraÂkan itu sekira dua bulan. Warga baru ini, menurut Suyadi, belum melapor. Sebelumnya, tersangka dan keluarga menetap di rumah orangtua suaminya di kawasan Tegal Alur.
"Saya bilang harus melapor. Saya bukan minta uang lho, tapi minta identitas. Tapi sebelum melapor, sudah ada kejadian seperti ini," terangnya.
Yuniar, tetangga yang lain menilai, Mutmainah pendiam. Hanya bicara seperlunya saja. Warga sekitar sangat jarang mengobrol dengan Mutmainah. Pasalnya, wanita itu jarang berbaur dengan warga sekitar.
"Dia cuma kelihatan sering duduk sama anaknya yang kecil di depan gang masuk itu. Tapi, tak ada yang mencurigakan," jelasnya. Anak itulah yang keÂmudian dimutilasi Mutmainah.
Penjaga warung yang berada di depan rumah Mutmainah pun tak melihat ada tanda-tanda gangguan jiwa pada diri Mutmainah. "Dia baru tinggal di sini, rumah orangtuanya juga tidak jauh, cuma sekitar 300 meter dari sini," ucap penjaga warung yang menolak disebutÂkan namanya.
Lastri, tetangga yang melihat anak Mutmainah telah dimuÂtilasi, menceritakan apa yang dilihatnya. Suami pelaku, cerita Lastri, polisi Aipda Deni Siregar kemudian mengamankan anaknya yang lain.
Sebelumnya, kata Lastri, Deni tidak bisa masuk ke rumah karena dikunci. Deni kemudian mendoÂbrak pintu. Saat Deni mendobrak pintu, Lastri yang rumahnya tepat di samping rumah Deni, lantas melihat ke arah rumah itu.
Tak lama kemudian terdengar suara keributan. Lastri mendekat. Dia mendapati Deni pergi keluar rumah membawa anaknya yang berusia dua tahun. Lastri yang masuk ke dalam rumah, lanÂtas melihat Mutmainah dalam keadaan telanjang bulat.
Lastri berinisiatif menutupi badan Mutmainah dengan sprei. "Pas saya mau nutup tubuh Mutmainah menggunakan sprei, saat itu saya lihat badan anaknya terpotong. Pas ditanya, cuma seÂnyum saja," kata Lastri.
Lastri kemudian berlari ke luar rumah dan melaporkan hal tersebut ke Ketua RT Suyadi. Kejadian ini terungkap pada Minggu malam lalu, sekira pukul 20.00 WIB. Suami terÂsangka, Deni kaget saat pulang, pintu tidak kunjung dibuka. Sehingga, Deni pun mendobrak dan menemukan anaknya tidak bernyawa, sementara istrinya tidak mengenakan busana.
Menurut Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Awi Setiyono, pelaku diduga mengalami depresi berat dalam beberapa hari terakhir. Wajahnya pucat dan sering berdiam diri. Mutmainah ditetapkan sebagai tersangka. Dia dijerat dengan Pasal 338 KUHP dan ancamanÂnya 10 tahun penjara. ***