Berita

Net

Hukum

PP-AGRA Desak Pembebasan Petani Tulang Bawang

SELASA, 04 OKTOBER 2016 | 04:30 WIB | LAPORAN: ZULHIDAYAT SIREGAR

Pimpinan Pusat Aliansi Gerakan Reforma Agraria (PP-AGRA) mengecam tindakan kekerasan dan penangkapan terhadap petani yang tergabung dalam Serikat Tani Korban Gusuran BNIL (STKGB). Selain itu, menuntut penghentian tindakan kekerasan dan segera melakukan penyelidikan.

Sekjend AGRA Moch. Ali menjelaskan, kronologi kejadian bahwa sejak 8 September kaum tani dari dua desa yaitu Desa Bujuk Agung dan Desa Indraloka menduduki lahan perkebunan PT. BNIL sebagai bentuk ketidakpercayaan kepada pemerintah lantaran tidak kunjung menyelesaikan konflik lahan yang sudah berlangsung puluhan tahun.

Bentrokan berawal dari adanya mobilisasi preman pada 1 Oktober setelah pagi harinya aparat Polri dan TNI yang selama ini melakukan penjagaan pendudukan lahan ditarik. Di lokasi hanya menyisakan satu orang personel polisi dan lima anggota TNI. Penarikan aparat kepolisian dan TNI dari lokasi sebelum terjadi bentrokan diindikasikan sengaja direncanakan karena dilakukan sebelum kedatangan para preman yang melakukan penyerangan terhadap petani.


Kemudian pada pukul 10.00 WIB datang sepuluh orang yang mengaku sebagai preman. Tidak berselang lama, datang menyusul rombongan dengan jumlah lebih besar yaitu kurang lebih 160 orang dengan menggunakan dua truk. Rombongan preman yang datang menemui warga diketahui membawa senjata tajam dan senjata api.

Preman bayaran tersebut langsung bergabung dengan 400 orang pam swakarsa yang sebelumnya sudah berjaga dan mendirikan tenda di dekat tenda petani. Gabungan massa preman dan pam swakarsa tersebut meminta portal dibuka secara paksa dan langsung menyerang dan membubarkan massa petani. Atas tindakan ini kemudian terjadi bentrok yang mengakibatkan dua unit mobil PT. BNIL dan 37 unit sepeda motor dibakar. Kemudia lima unit lainnya dibuang ke sungai.

"Kami berpendapat bahwa pihak aparat kepolisian harusnya dapat mencegah terjadinya bentrok yang mengakibatkan kerugian dan seharusnya pihak kepolisian melakukan pememeriksaan terhadap penangung jawab pihak yang memobilisasi preman," ujar Ali kepada wartawan, Selasa (4/10).

Ironisnya kejadian tersebut terjadi satu hari pasca kedatangan bupati Tulang Bawang yang menyampaikan bahwa permasalahan sengketa lahan antara masyarakat dengan perusahaan akan diselesaikan dengan pembentukan satgas yang berisikan Polda Lampung, Pemkab Tulang Bawang, PT. BNIL dan perwakilan masyarakat. Namun, fakta penyelesaian konflik agraria yang disampaikan bupati berbanding terbalik dengan kenyataan di lapangan.

Terbukti tindakan kekerasan dan intimidasi yang kedua terjadi pada 2 Oktober. Di mana, ribuan aparat bersenjata lengkap, water canon sampai dua helikopter serta pam swakarsa merangsek masuk ke tenda-tenda petani. Mereka merobohkan tenda serta menangkap tujuh petani dan mengusir dengan kekerasan.

Petani yang terdesak akhirnya membubarkan diri dari lokasi dan menyingkir ke desa-desa sebelah. Belum cukup dengan tindakan kekerasan, aparat kepolisian masih mengejar petani hingga ke kampung tempat tinggal. Karena terus dikejar akhirnya massa kaum tani berkumpul dan memblokir jalan lintas timur.

"Hingga petang kaum tani masih bertahan ditengah tembakan yang terus dan lontaran gas air mata. Menjelang malam situasi bentrok masih berlangsung, 15 kaum tani sudah ditangkap dan dua orang tertembak oleh aparat keamanan," beber Ali.

Untuk itu, PP-AGRA menuntut aparat agar segera menghentikan tindakan kekerasan dan penangkapan terhadap kaum tani di areal PT BNIL serta membebaskannya tanpa syarat, menuntut kepada pemerintah provinsi dan kabupaten agar segera dilakukan penyelidikan dan penyelesaian menyeluruh dan tuntas tentang tindakan kekerasan. [wah]

Populer

Mantan Jubir KPK Tessa Mahardhika Lolos Tiga Besar Calon Direktur Penyelidikan KPK

Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

Sarjan Diduga Terima Proyek Ratusan Miliar dari Bupati Bekasi Sebelum Ade Kuswara

Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06

Kejagung Copot Kajari Kabupaten Tangerang Afrillyanna Purba, Diganti Fajar Gurindro

Kamis, 25 Desember 2025 | 21:48

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

8 Jenderal TNI AD Pensiun Jelang Pergantian Tahun 2026, Ini Daftarnya

Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

UPDATE

Pertunjukan ‘Ada Apa dengan Srimulat’ Sukses Kocok Perut Penonton

Minggu, 28 Desember 2025 | 03:57

Peran Indonesia dalam Meredam Konflik Thailand-Kamboja

Minggu, 28 Desember 2025 | 03:33

Truk Pengangkut Keramik Alami Rem Blong Hantam Sejumlah Sepeda Motor

Minggu, 28 Desember 2025 | 03:13

Berdoa dalam Misi Kemanusiaan

Minggu, 28 Desember 2025 | 02:59

Mualem Didoakan Banyak Netizen: Calon Presiden NKRI

Minggu, 28 Desember 2025 | 02:36

TNI AL Amankan Kapal Niaga Tanpa Awak Terdampar di Kabupaten Lingga

Minggu, 28 Desember 2025 | 02:24

Proyek Melaka-Dumai untuk Rakyat atau Oligarki?

Minggu, 28 Desember 2025 | 01:58

Wagub Sumbar Apresiasi Kiprah Karang Taruna Membangun Masyarakat

Minggu, 28 Desember 2025 | 01:34

Kinerja Polri di Bawah Listyo Sigit Dinilai Moncer Sepanjang 2025

Minggu, 28 Desember 2025 | 01:19

Dugaan Korupsi Tambang Nikel di Sultra Mulai Tercium Kejagung

Minggu, 28 Desember 2025 | 00:54

Selengkapnya