Hartono Prabowo, Mignonne Maramis Akiyama, dan Reza Andreanto/FSC Indonesia
Pemahaman dan kesadaran konsumen di Indonesia untuk mengkonsumsi produk-produk ramah lingkungan masih minim sehinga perlu ditingkatkan. Terlebih mengingat konsumen dapat menarik produsen untuk beroperasi dan bekerja secara ramah lingkungan dan bertanggung jawab.
Demikian dikatakan Hartono Prabowo dari FSC Indonesia Representative melalui siaran pers, Senin (3/10).
Seperti diketahui, hutan merupakan sumber bagi barang dan jasa yang beraneka ragam serta dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan hidup manusia. Meskipun pada saat ini pemanfaatan hutan lebih terfokus pada hasil hutan berupa kayu, yang dinilai memiliki nilai usaha yang tinggi meskipun memberikan dampak negative yang lebih besar.
Sedangkan hasil hutan bukan kayu dan jasa lingkungan masih belum dianggap bernilai ekonomis dalam skala besar.
Dalam kurun waktu dua dekade, papar Hartono, luas hutan produksi yang produktif di Indonesia menurun secara signifikan. Pada tahun 1993, terdapat 575 konsesi Hak Pengusahaan Hutan (alam) atau HPH dengan luas areal konsesi seluruhnya mencapai 60,1 juta hektar (ha). Namun pada tahun 2013, ada 274 konsesi HPH dengan luas hanya 20,89 juta ha, ditambah 10,1 juta ha Hutan Tanaman Industri (HTI) dengan jumlah konsesi 254 HTI .
Kondisi ini menjadikan indikasi kesenjangan antara kebutuhan industri pengolahan kayu dan kayu yang dihasilkan oleh HPH dan HTI. HPH diklaim hanya mampu menghasilkan 2,5 juta m3/tahun dari target 9,1 jt m3/tahun, sedangkan pada HTI targetnya 25 juta m3/tahun hanya mencapai 6,9 juta m3/tahun (APHI, 2012).
Hartono menjelaskan, kecenderungan ketidaklestarian pasokan bahan baku industri berbasis kayu di Indonesia menunjukkan terjadinya degradasi hutan dan deforestasi yang cukup besar. Dengan kata lain, laju kehilangan hutan alam di Indonesia tinggi dan target produksi tidak tercapai.
Skema Sertifikasi FSC telah digunakan di 190 juta hektar hutan di seluruh dunia. Sejak tahun 2010 dan 26 persen pengguna sertifikasi FSC adalah industri di Asia, sedangkan Eropa 52 persen (Market Info Pack, 2015).
"FSC Indonesia perlu secara aktif memperkenalkan skema sertifikasi FSC bagi industri yang berkaitan dengan penggunaan hasil hutan, untuk memastikan bahwa pengelolaan hutan dan proses produksi ramah lingkungan, bertanggung jawab, berkelanjutan dan dapat ditelusuri asal-usulny," ujarnya.
Selain itu target pengenalan sertifiksi FSC tidak hanya menyasar kepada produsen, tetapi perlu juga konsumen agar menggunakan produk-produk yang baik serta ramah lingkungan. Apalagi mengingat bahwa penduduk Indonesia yang telah mencapai 250 juta jiwa merupakan pasar yang besar dan berpotensi menjadi penyebab tidak langsung kerusakan dan kehilangan hutan yang pada akhirnya mengganggu kelestarian hutan dan hasil hutan.
Dalam skema sertifikasi, konsumen diberikan kemudahan dalam mengenali produk yang dimaksud. Karena setiap produk yang diproduksi oleh produsen yang telah mengantongi sertifikasi FSC maka dapat memberikan label FSC di setiap kemasan produknyaâ€.
Global Market Survey FSC 2014 menunjukkan bahwa 82 persen pemegang sertifikat FSC mengaku nilai produknya bertambah, 85 persen terbantu mengkomunikasikan strategi CSR mereka kepada public, sedangkan 90 persen mendapatkan image yang positif.
Menurut survei yang dilakukan oleh Paper Impact pada tahun 2007, 9 dari 10 konsumen di Eropa lebih memilih kemasan dari kertas karena dipandang lebih ramah lingkungan. Saat ini supermarket besar di Eropa sudah melarang penggunaan kantong plastik belanja, bahkan dikenai pajak. Di Indonesia, kebijakan mengurangi kantong plastik baru diterapkan sejak tahun 2015.
Kondisi ini dapat menjadikan kertas menjadi alternatif yang baik. Kemasan kertas memiliki keunggulan kompetitif, terlebih bila memiliki label FSC yang menyatakan kejelasan asal usul bahan baku yang digunakan serta nilai ramah lingkungan dan ramah sosial.
Terkait upaya meningkatkan kesadaran konsumen akan produk yang ramah lingkungan dan bertanggung jawab, menurut Hartono, perlu adanya upaya kegiatan edukasi dan komunikasi kepada masyarakat.
Momentum FSC Friday merupakan bentuk perayaan produk ramah lingkungan dan bertanggung jawab yang diselenggarakan setiap tahun secara serentak di seluruh dunia.
Di Indonesia acara FSC Friday 2016 diadakan di Grand Indoesia Moulin Rouge �" Skybridge Level 5 Jakarta, yang diisi dengan berbagai macam kegiatan seperti pameran dari produk-produk ramah lingkungan, lomba mewarnai bagi anak-anak,
story telling, talk show terkait hutan dan pohon, hiburan musik dari musisi ternama, Pasto dan masih banyak lagi.
"Kami berharap dengan perhelatan tahunan FSC Friday ini dapat memberikan edukasi kepada masyarakat dalam format yang ringan dan mudah dicerna sehingga masyarakat lebih mudah untuk memahami apa dan bagaimana memilih produk ramah lingkungan," pungkas Hartono.
[wid]