KPK mulai menggeber kasus suap impor gula yang menyeret Ketua DPD (nonaktif) Irman Gusman. Kemarin, KPK menggarap Dirut Bulog Djarot Kusumayakti. 10 jam diperiksa penyidik komisi antirasuah, Djarot mengaku menindaklanjuti telepon dari Irman Gusman terkait persediaan gula di daerah Sumatera Barat.
Djarot tiba di gedung KPK pukul 09.45 WIB. Dia lekas masuk ke dalam lobi gedung KPK. Plh Kabiro Humas KPK Yuyuk Andriati menyebut, Djarot yang diperiksa sebagai saksi untuk tersangka Irman Gusman bakal dicecar seputar kewenangannya sebagai bos Bulog. "Seputar tata niaga gula, kewenangan-kewenangannya, dan kaitannya dengan kasus kuota gula impor," ungkap Yuyuk.
Djarot keluar dari lobi gedung KPK pukul 19.36 WIB. Begitu keluar dari pintu lobi, Djarot yang mengenakan kemeja batik coklat lengan panjang langsung mewanti-wanti wartawan. "Jangan tanya materi ya. Silakan tanya penyidik," ujar Djarot sambil tersenyum lebar.
Berbeda dengan pejabat pada umumnya, usai pemeriksaan, Djarot tak dijemput mobilnya di pelataran gedung KPK. Mobil itu menunggu di depan pintu gerbang KPK. Djarot pun berjalan kaki menuju ke sana. Ketika lampu kamera pewarta menyorotnya, dia mengeluh. "Duh, silau nih," selorohnya. Sesuai apa yang dikatakannya tadi, Djarot tak mau membeberkan pemeriksaan yang dijalani. Dia hanya membenarkan, Irman pernah meneleponnya. Hanya sekali. "Cuma sekali itu."
Apa yang dibicarakan? "Yang saya tangkap, beliau cuma mengabarkan kalau di sana (Padang) harga gula mahal," jawabnya. Tapi dia menegaskan, itu bukan rekomendasi. "Oh nggak ada rekomendasi," tegasnya. Kepada Irman dalam telepon, Djarot menyatakan, akan menindaklanjutinya. "Ya saya akan segera tindaklanjuti. Nanti kalau saya punya barang (gula), saya akan kirim. Sudah 1.000 ton dari total 3 ribu ton," bebernya.
Dikonfirmasi apakah jatah gula yang dikirim itu adalah seharusnya milik DKI Jakarta, Djarot membantah. Informasi yang beredar, dalam percakapan telepon, Djarot mengalihkan jatah gula DKI ke Sumatera Barat. Menurut dia, gula impor milik Bulog itu untuk didistribusikan ke seluruh daerah Indonesia, bukan Sumatera Barat. "Oh nggak ada, nggak ada, alokasi daerah nggak ada," elaknya, sambil menggerakkan telapak tangan kirinya.
Sepanjang perjalanan menuju mobil, Djarot tak henti-hentinya tersenyum. Sesekali, dia nyeletuk lagi soal lampu pewarta yang menyilaukan matanya. "Wow, silau betul nih," ujarnya, sambil menyipitkan matanya. Tapi, masih dengan senyum.
Beberapa meter sebelum sampai mobil, Djarot menegaskan tak kenal dengan Xaveriandy Sutanto, Dirut CV Semesta Berjaya yang menyuap Irman dengan uang Rp 100 juta terkait rekomendasi penambahan kuota distribusi gula impor wilayah Sumatera Barat tahun 2016. "Nggak, nggak, nggak kenal. Sama sekali nggak tau," tegasnya, sembari memasuki mobil Toyota Harrier hitam nopol B 1945 RFS setelah 3 menit berjalan kaki.
Ketika sudah duduk di dalam mobilnya pun, dia masih meladeni pertanyaan wartawan yang berdiri di depan pintunya yang terbuka. Djarot juga nurut saja saat disuruh membuka kaca mobilnya untuk diabadikan pewarta foto.
KPK sendiri telah memperoleh bukti berupa sadapan percakapan antara Irman dan Djarot dan sedang didalami. "Bagian percakapan yang didapat oleh KPK akan diperiksa," kata Wakil Ketua KPK Laode M Syarif di kantornya, Jumat (23/9).
Menurut dia, keterangan bos Bulog itu dibutuhkan buat membongkar sengkarut kasus suap terkait distribusi gula impor. ***