Berita

Foto/Net

Bisnis

Industri Baja Cuma Jadi Penonton Aja

Investor Asing Bawa Bahan Bangunan Sendiri
SELASA, 27 SEPTEMBER 2016 | 08:00 WIB | HARIAN RAKYAT MERDEKA

Pengusaha baja mengeluhkan banyak investor asing yang lebih senang membangun pabrik menggunakan bahan baku dari negaranya. Padahal industri nasional sudah bisa membuatnya. Pemerintah harus menindaknya dengan tegas.

Direktur Eksekutif Asosiasi Industri Besi dan Baja Indonesia (IISIA), Hidayat Tri Saputro mengatakan, saat ini banyak investor asing yang mengakali untuk menggunakan baja dari negaranya dalam membangun pabriknya. Padahal, kata dia, aturannya sudah tegas investor harus menggunakan baja lokal.

"Mereka banyak mengakali dengan speknya. Mereka cuma membedakannya sedikit supaya baja negaranya bisa masuk," ujarnya kepada Rakyat Merdeka.


Karena itu, kata dia, maraknya investor yang masuk untuk melakukan pabrik dan pembangunan infrastruktur tidak begitu berdampak pada pertum­buhan industri baja. Ini bisa dili­hat dari kinerja semester I-2016. "Dengan jumlah investasi yang masuk, harusnya kita naik juga permintaan," katanya.

Menurut dia, sebenarnya pemerintah sudah mempunyai kebijakan Peningkatan Peng­gunaan Produksi Dalam Negeri (P3DN) untuk menggenjot penggunaan baja lokal. Na­mun, praktik di lapangan sulit karena banyak alasan kontrak­tor untuk tidak menggunakan produk lokal.

"Pemerintah harus melaku­kan pengawasan lebih tegas penerapan aturan P3DN itu di lapangan. Dan, memberikan sanksi tegas," tukasnya.

Hal senada dikatakan oleh Wakil Sekretaris Jenderal II Gabungan Pelaksana Konstruksi Indonesia (Gapensi) Erika Fer­dinata. Menurut dia, pemerintah harus lebih tegas membatasi kontraktor asing yang membawa langsung pekerja dan bahan baku dari negaranya sendiri. Hal itu demi melindungi perusahaan dan pekerja lokal yang saat ini posisinya mulai terpinggirkan.

Jika dibiarkan saja, perusa­haan dan pekerja lokal hanya akan jadi penonton. "Kalau gitu tamatlah kita," ujarnya kepada Rakyat Merdeka.

Seharusnya, kata dia, pemerintah memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi perusahaan dan pekerja lokal untuk mem­bangun infrastruktur. "Kontrak­tor lokal bisa kok diberi keper­cayaan lebih untuk mengerjakan proyek konstruksi," katanya.

RUU Jasa Konstruksi

Saat ini, Gapensi juga masih menunggu pengesahan Rancangan Undang-Undang (RUU) Jasa Konstruksi. Salah satu substansi RUU tersebut yakni terkait pemberian izin kerja kepada tenaga kerja konstruksi asing.

"Dengan menggunakan UU Jasa Konstruksi kalau sudah disahkan nanti, kontraktor asing bisa dibatasi. Tidak ada kesem­patan untuk kontraktor asing yang membawa pekerjanya sendiri," katanya.

Selain itu, dia juga meminta agar pemerintah tidak terlalu mendewakan kontraktor-kon­traktor Badan Usaha Milik Negara (BUMN). "Kami ber­harap agar pemerintah me­merhatikan kontraktor kecil menengah," ungkapnya.

Ia melihat, selama ini pemerintah terlalu memberikan keistimewaan kepada kontraktor BUMN dalam hal penyeleng­garaan jasa konstruksi. Sekitar 90 persen proyek konstruksi jatuh ke tangan kontraktor BUMNyang jumlahnya tidak seberapa.

"Kontraktor BUMN yang dibawah Rp 50 miliar saja disikat. Ini kan nggak adil. Kon­traktor BUMN yang harusnya jadi lokomotif supaya kontraktor kecil bisa bergerak gak jalan," tambahnya.

Ia berharap, RUU Jasa Kon­struksi benar-benar bisa membawa angin segar untuk perusa­haan dan kontraktor kecil. "Kami harap disahkan sebagaimana harapan kami selama ini, yakni mengutamakan potensi domestik dan mengedepankan kontraktor kecil," tukasnya.

Sebelumnya, Dirjen Bina Konstruksi Kementerian Peker­jaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Yusid Toyib mengatakan, pembahasan soal pekerja asing dalam RUU Jasa Konstruksi sudah selesai. "Nantinya perusahaan dan kon­traktor asing yang membawa pekerja akan dibatasi," ujarnya.

Ia menjelaskan, RUU Jasa Konstruksi mewajibkan pemberi kerja tenaga kerja konstruksi asing memiliki rencana peng­gunaan tenaga kerja dan izin mempekerjakan tenaga kerja tersebut. "Tenaga kerja asing juga disyaratkan wajib bekerja pada jabatan atau ahli tertentu," ungkapnya. ***

Populer

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

Kejagung Ancam Tak Perpanjang Tugas Jaksa di KPK

Sabtu, 20 Desember 2025 | 16:35

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

UPDATE

KPK Siap Telusuri Dugaan Aliran Dana Rp400 Juta ke Kajari Kabupaten Bekasi

Rabu, 24 Desember 2025 | 00:10

150 Ojol dan Keluarga Bisa Kuliah Berkat Tambahan Beasiswa GoTo

Rabu, 24 Desember 2025 | 00:01

Tim Medis Unhas Tembus Daerah Terisolir Aceh Bantu Kesehatan Warga

Selasa, 23 Desember 2025 | 23:51

Polri Tidak Beri Izin Pesta Kembang Api Malam Tahun Baru

Selasa, 23 Desember 2025 | 23:40

Penyaluran BBM ke Aceh Tidak Boleh Terhenti

Selasa, 23 Desember 2025 | 23:26

PAN Ajak Semua Pihak Bantu Pemulihan Pascabencana Sumatera

Selasa, 23 Desember 2025 | 23:07

Refleksi Program MBG: UPF Makanan yang Telah Berizin BPOM

Selasa, 23 Desember 2025 | 23:01

Lima Tuntutan Masyumi Luruskan Kiblat Ekonomi Bangsa

Selasa, 23 Desember 2025 | 22:54

Bawaslu Diminta Awasi Pilkades

Selasa, 23 Desember 2025 | 22:31

Ini yang Diamankan KPK saat Geledah Rumah Bupati Bekasi dan Perusahaan Haji Kunang

Selasa, 23 Desember 2025 | 22:10

Selengkapnya