Berita

Jaya Suprana/Net

Jaya Suprana

Fenomena Virus Amnesia Di Tahta Kekuasaan

JUMAT, 19 AGUSTUS 2016 | 12:24 WIB | OLEH: JAYA SUPRANA

MENJELANG batas garis-mati masa pendaftaran para calon calon kepala daerah sebelum bertarung sebagai calon kepala daerah memperebutkan suara rakyat, terjadi fenomena yang menarik untuk disimak.

Yang diperebutkan adalah suara rakyat namun menjelang garis-akhir masa pendaftaran para cacakada (calon calon kepala daerah) terkesan malah rakyat sama sekali tidak dipedulikan.

Fenomena itu sebenarnya secara politis wajar sebab logis. Akibat untuk menjadi cakada dibutuhkan suara bukan rakyat namun suara partai politik maka para cacakada sebelum bisa menjadi cakada harus sengit memperebutkan bukan suara rakyat tetapi suara parpol.


Jadi sebelum Pilkada ternyata ada Pilcakada dan di Pilcakada memang yang berperan sebagai penentu adalah bukan rakyat tetapi parpol. Memang sebenarnya tersedia jalur alternatif bisa ditempuh cacakada yaitu apa yang disebut sebagai jalur independen. Maka mereka yang menempuh jalur independen dianggap sebagai para pemberani sebab berani menempuh jalur bukan parpol.

Namun setelah berulang kali terbukti bahwa cakada jalur independen kalah  melawan cakada parpol ditambah kekuatiran di masa berkuasa tidak didukung parpol maka tampaknya jalur independen menjadi tidak populer bagi para cacakada pilkada 2016. Sampai ada cacakada yang semula gagah-berani menempuh jalur independen mendadak berbalik pikiran untuk menempuh jalur parpol tanpa segan apalagi malu mengkhianati rakyat yang sudah berkorban jiwaraga mendukung lewat jalur independen.

Memang apa artinya rakyat dibanding kekuasaan bagi para pemburu kekuasaan penganut paham utilitarianisme yang memang tidak segan mengorbankan segala-galanya demi meraih kekuasaan. Terhanyut di dalam arus utilitarianisme maka para cacakada siap mengorbankan segala-galanya mulai dari harta sampai harga diri demi merayu parpol yang dianggap mampu mengusung dirinya masuk ke gelanggang pertempuran pilkada secara terjamin menang.

Menarik adalah menyimak bagaimana kadar rayuan terus bergerak secara terbalik terhadap daya-tawar-menawar. Makin rendah daya-tawar-menawar sang cacakada maka makin tinggi pula kadar rayuan yang wajib dilakukan sang cacakada sambil mempersetan apa yang disebut sebagai harga diri. Pada hakikatnya semua itu absah belaka selama kekuasaan memang menjadi tujuan utama  perjuangan.

Dalam pilkada memang rakyat memiliki hak untuk memilih namun hak rakyat tamat pada saat yang dipilih oleh rakyat sudah berhasil duduk di tahta kekuasaan. Sudah terbukti secara empiris bahwa tahta kekuasaan selalu dipadati dengan virus amnesia.

Siapa pun terpilih oleh rakyat untuk duduk di tahta kekuasaan apabila dirinya belum divaksin amnesia dan daya kekebalan batin memang rendah maka lazimnya akan menderita penyakit amnesia alias lupa segala-galanya terutama janji-janji kepada rakyat di masa kampanye.

Fenomena virus amnesia di tahta kekuasaan memang secara empiris sudah terbukti sejak para penguasa mulai sibuk mengobral janji demi memikat sanubari rakyat agar sudi memilih dirinya menjadi penguasa. Setiap kali di masa kampanye para cawal, cabup, cagub dan para wakil masing-masing sibuk bersaing mengobral janji kepada rakyat. Setiap kali setelah berhasil menjadi walikota, bupati, gubernur dan wakil yang belum tervaksin amnesia dan berdaya kekebalan batin rendah , lazimnya langsung terserang virus amnesia.

Akibat amnesia maka wajar bahwa para kepala daerah sibuk mempertahankan kekuasaan yang telah berhasil diperoleh tanpa teringat kepada janji-janji yang di masa kampanye mereka obral kepada rakyat yang memilih mereka sehingga berhasil menjadi kepala daerah.

Memang rakyat selalu harus selalu siap untuk terpaksa mengikhlaskan diri diingkari oleh para penderita penyakit amnesia

Penulis adalah peneliti virus amnesia di tahta kekuasaan.

Populer

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

Tamparan bagi Negara: WNA China Ilegal Berani Serang Prajurit TNI di Ketapang

Sabtu, 20 Desember 2025 | 09:26

Kejagung Ancam Tak Perpanjang Tugas Jaksa di KPK

Sabtu, 20 Desember 2025 | 16:35

Tunjuk Ara di Depan Luhut

Senin, 15 Desember 2025 | 21:49

UPDATE

Perbankan Nasional Didorong Lebih Sehat dan Tangguh di 2026

Senin, 22 Desember 2025 | 08:06

Paus Leo XIV Panggil Kardinal di Seluruh Dunia ke Vatikan

Senin, 22 Desember 2025 | 08:00

Implementasi KHL dalam Perspektif Konstitusi: Sinergi Pekerja, Pengusaha, dan Negara

Senin, 22 Desember 2025 | 07:45

FLPP Pecah Rekor, Ribuan MBR Miliki Rumah

Senin, 22 Desember 2025 | 07:24

Jaksa Yadyn Soal Tarik Jaksa dari KPK: Fitnah!

Senin, 22 Desember 2025 | 07:15

Sanad Tarekat PUI

Senin, 22 Desember 2025 | 07:10

Kemenkop–DJP Bangun Ekosistem Data untuk Percepatan Digitalisasi Koperasi

Senin, 22 Desember 2025 | 07:00

FDII 2025 Angkat Kisah Rempah Kenang Kejayaan Nusantara

Senin, 22 Desember 2025 | 06:56

Polemik Homebase Dosen di Indonesia

Senin, 22 Desember 2025 | 06:30

KKP Bidik 35 Titik Pesisir Indonesia Buat KNMP Tahap Dua

Senin, 22 Desember 2025 | 05:59

Selengkapnya