Berita

Foto/Net

Nusantara

Polisi Harus Jamin Kondusifitas Pilkada Aceh

JUMAT, 05 AGUSTUS 2016 | 07:10 WIB | LAPORAN: RUSLAN TAMBAK

. Kompetisi Pilkada Aceh Tahun 2017 masih didominasi oleh dua partai lokal (parlok), Partai Aceh (PA) dan Partai Nasional Aceh (PNA).

Demikian diungkapkan peneliti Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem), Kholilullah P di Jakarta, Jumat (5/8).

Jelas Kholil, kedua partai tampaknya telah mengupayakan langkah-langkah politik yang elitis untuk memenangkan pasangan calonnya. Misalnya melakukan komunikasi politik demi mendapatkan dukungan partai nasional (parnas).


"Upaya tersebut merupakan langkah yang patut didukung dan dipertahankan karena menggambarkan perbaikan perilaku politik di Aceh yang lebih elegan," sebut Kholil.

Hanya saja, kata dia, langkah tersebut juga dibarengi dengan seruan-seruan provokatif dari pendukung kedua belah pihak melalui media sosial. Situasi ini mengakibatkan potensi konflik kekerasan di Pilkada Aceh tidak menurun.

Belajar dari pengalaman pilkada sebelumnya, trend kekerasan dan korban di Pilkada Aceh sebenarnya meningkat serta memusat pada aktor-aktor tertentu. Pascakonflik, Aceh telah melaksanakan dua kali gelombang Pilkada; tahun 2006 dan tahun 2012. Pilkada yang pertama cenderung dirasa lebih tenang kendati mencekam. Memang tidak ditemukan data resmi yang dirilis oleh Panwaslu Aceh menyangkut laporan peristiwa kekerasan pada Pilkada 2006. Namun dari catatan berbagai pihak, tingkat kekerasan pada saat itu cukup rendah dengan berbagai alasan. Sedangkan Pilkada yang kedua dirasa jauh lebih kasar, dan laporan kekerasan yang diterima Panwaslu Aceh dianggap cukup tinggi, hingga 57 kasus.

"Namun angka-angka ini eskalasinya masih lebih rendah dari temuan yang disampaikan oleh LSM maupun NGO pada saat itu. Laporan yang dipublikasikan oleh The Asia Foundation (TAF) menyebutkan bahwa terdapat hanya 11 kasus kekerasan sepanjang Pilkada 2006. Peristiwa kekerasan meningkat sebanyak 167 kasus di Pilkada 2012. Hanya saja, baik laporan Panwaslu Aceh maupun LSM-NGO tidak merinci para pelaku serta tidak pula meramaikannya di media lokal. Alasan yang disampaikan cukup sederhana, yaitu demi menjaga stabilitas keamanan saat itu," papar Kholil.

Ia menambahkan, sasaran korban kekerasan pun sejatinya beralih. Jika pada Pilkada 2006 sasarannya adalah masyarakat umum atau aktor politik yang berelasi ke parnas, maka pada Pilkada 2012 sasarannya adalah pihak-pihak yang berhubungan dengan parlok.

"Contoh, penyerangan rombongan calon kepala daerah Humam Hamid dan Hasbi Abdullah (2006); pembunuhan Saiful Husen alias Pon Cagee (2011), mantan kombatan yang merupakan tim sukses calon gubernur Irwandi Yusuf; pembunuhan T. Muhammad alias Cek Gu (2012), yang juga mantan kombatan pendukung calon gubernur Irwandi Yusuf; dan lain-lain. Ini terjadi karena kompetisi politik semakin mengkristal diantara sesama mantan kombatan yang terpecah ke dua partai; PA dan PNA. Sampai saat ini, kedua kasus masih menggantung di penegak hukum dan Kepolisian Daerah Aceh dianggap melakukan pembiaran," bebernya.

Oleh karena itu, kata Kholil, demi meningkatkan kualitas perpolitikan di Aceh dan menjamin kesuksesan penyelenggaraan pilkada, Perludem mendesak pihak Kepolisian Daerah Aceh agar menindak tegas terhadap segala macam bentuk kekerasan sepanjang pelaksanaan Pilkada Aceh 2017. Polisi harus menghindari langkah-langkah politis dalam menghadapi perilaku politik yang mengancam integritas proses Pilkada.

"Penegakkan hukum adalah solusi terkini untuk mencegah berulangnya kasus kekerasan yang menjatuhkan korban jiwa di Pilkada Aceh. Ini juga merupakan cara yang paling tepat untuk mengembalikan citra polisi di masyarakat Aceh," tukasnya. [rus]

Populer

Mantan Jubir KPK Tessa Mahardhika Lolos Tiga Besar Calon Direktur Penyelidikan KPK

Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

Sarjan Diduga Terima Proyek Ratusan Miliar dari Bupati Bekasi Sebelum Ade Kuswara

Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06

Kejagung Copot Kajari Kabupaten Tangerang Afrillyanna Purba, Diganti Fajar Gurindro

Kamis, 25 Desember 2025 | 21:48

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

8 Jenderal TNI AD Pensiun Jelang Pergantian Tahun 2026, Ini Daftarnya

Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

UPDATE

Investigasi Kecelakaan Jeju Air Mandek, Keluarga Korban Geram ? ?

Sabtu, 27 Desember 2025 | 17:52

Legislator Nasdem Dukung Pengembalian Dana Korupsi untuk Kesejahteraan Rakyat

Sabtu, 27 Desember 2025 | 17:43

Ledakan Masjid di Suriah Tuai Kecaman PBB

Sabtu, 27 Desember 2025 | 16:32

Presiden Partai Buruh: Tidak Mungkin Biaya Hidup Jakarta Lebih Rendah dari Karawang

Sabtu, 27 Desember 2025 | 16:13

Dunia Usaha Diharapkan Terapkan Upah Sesuai Produktivitas

Sabtu, 27 Desember 2025 | 15:26

Rehabilitasi Hutan: Strategi Mitigasi Bencana di Sumatera dan Wilayah Lain

Sabtu, 27 Desember 2025 | 15:07

Pergub dan Perda APBD DKI 2026 Disahkan, Ini Alokasinya

Sabtu, 27 Desember 2025 | 14:52

Gebrakan Sony-Honda: Ciptakan Mobil untuk Main PlayStation

Sabtu, 27 Desember 2025 | 14:24

Kebijakan Purbaya Tak Jauh Beda dengan Sri Mulyani, Reshuffle Menkeu Hanya Ganti Figur

Sabtu, 27 Desember 2025 | 14:07

PAN Dorong Perlindungan dan Kesejahteraan Tenaga Administratif Sekolah

Sabtu, 27 Desember 2025 | 13:41

Selengkapnya