SEBENARNYA jadwal berbicara DR. Rizal Ramli (RR) di acara Indonesia Lawyer Club (ILC) TV One pada 26 Juli 2016 belum lagi usai, namun dirinya terpaksa tinggalkan acara tersebut karena dipanggil ke Istana Negara oleh Presiden Joko Widodo. Tak dinyana, si "Rajawali Kepret" masuk gerbong reshuffle kabinet tanggal 27 Juli 2016.
Berikut adalah beberapa liputan terkait acara debat malam itu:
http://nasional.news.viva.co.id/news/read/801449-rizal-ramli-pengembang-reklamasi-nurut-atau-saya-sikat, http://www.portalpiyungan.com/2016/07/video-rizal-ramli-sikat-ahok-pengembang.html
Seorang politisi PDI Perjuangan, partai pengusung kemenangan Jokowi di 2014, dr. RibkaTjiptaning, menyesalkan proses politik dicopotnya RR ini dengan menyampaikan:
Seorang politisi PDI Perjuangan, partai pengusung kemenangan Jokowi di 2014, dr. RibkaTjiptaning, menyesalkan proses politik dicopotnya RR ini dengan menyampaikan:
"Revolusi itu butuh orang yang revolusioner, wadah yang revolusioner, wadah Pak Jokowi, orangnya revolusioner dong, ini antek neolib semua,… Sayang banget Bang Rizal kembali lagi ke jalan,". http://nasional.sindonews.com/read/1126887/12/ribka-tjiptaning-sebut-kabinet-jokowi-representasi-orba-dan-neolib-1469684898
Seorang petinggi PDI Perjuangan lainnya (anonim), malah mengirimkan pesan:
"Bang RR, perjuangan Bang Rizal luar biasa dlm menegakkan Indonesia yang berdaulat dan berdikari. Bang Rizal tercatat sbg sosok yang berkarakter dan obyektif. Jadi kami bela Bang RR dgn cara kami. Keadilan akan ditegakkan. Merdeka!!"
RR sendiri tidak banyak komentar menanggapi proses pencopotan dirinya dari Kabinet, ia malah membacakan penggalan puisi karya WS. Rendra -rekan seperjuangan RR sejak masa melawan Orde Baru- yang berjudul Hai Ma!. https://bisnis.tempo.co/read/news/2016/07/28/090791282/dicopot-sebagai-menteri-rizal-ramli-baca-puisi-w-s-rendra
Artinya, RR tidak menyesal karena keberpihakan posisi politiknya kepada rakyat banyak. Toh juga, rakyat pun -yang mengatasnamakan Koalisi Selamatkan Teluk Jakarta- mengapresiasi resiko politik yang menimpa RR ini dengan berencana menggelar konferensi pers pada hari ini, 29 Juli 2016. http://www.rmol.co/read/2016/07/29/254949/Koalisi-Selamatkan-Teluk-Jakarta-Gelar-Diskusi-Menyikapi-Reshuffle-Menko-Maritim-
Bukankah sebelas bulan lalu juga di Istana Bogor, menurut informasi yang beredar, Jokowi sendiri yang merayu RR masuk kabinet dengan mengatakan, "Mas Rizal, ini yang minta (menerima jabatan Menko Maritim) bukan Jokowi Presiden, tapi yang minta ini adalah rakyat Indonesia."
Sehingga saat itu RR luluh, padahal sebelumnya nyaris menolak tawaran jabatan dari Jokowi tersebut. Kini saat Jokowi mengambil kembali kepercayaan tersebut dari RR, maka seharusnya tiada penyesalan. Dan memang betul bahwa yang harus diberi terimakasih untuk 11 bulan yang revolusioner ini adalah rakyat Indonesia, bukan siapapun. http://politik.news.viva.co.id/news/read/801506-rizal-ramli-terima-kasih-rakyat-indonesia.
HoaxitSangat aneh memang tentang susunan reshuffle jlid kedua ini. Dulu sewaktu memulai pemerintahan, katanya pemerintahan ini akan mewujudkan Trisakti dan Nawacita, tapi yang sekarang dimasukkan ke dalam Kabinet jelas adalah orang-orang yang rekam jejaknya berseberangan dengan kedua visi besar tersebut. Seperti misalnya Sri Mulyani, ekonom yang secara ideologi bertentangan dengan RR: http://www.tribunnews.com/bisnis/2016/07/28/dradjad-wibowo-sebut-sri-mulyani-neoliberalisme-yang-mazhabnya-konsensus-washington.
Dan juga Sri Mulyani pulalah yang memiliki rekam jejak bertanggung jawab atas Skandal Bank Century, skandal keuangan yang sempat mengguncang pemerintahan SBY beberapa tahun lalu. Opini politik yang juga didukung oleh PDI Perjuangan saat itu: http://www.merdeka.com/peristiwa/mereka-dulu-mencibir-sekarang-puja-puji-sri-mulyani.html
Lalu, apakah cita-cita Trisakti dan Nawacita hanya merupakan pepesan kosong, alias hoax? Segala pidato yang berbusa-busa itu, yang menyatakan Indonesia akan kembali mengusung cita-cita Bung Karno, hanya hoax? Boleh jadi. Karena yang paling teringat dalam kalbu adalah kenaikan Jokowi sebagai tokoh walikota yang fenomenal karena memunculkan ide membangun mobil nasional karya anak sekolah kejuruan: ESEMKA.
Kini setelah dua tahun pemerintahan, tanda-tanda ke arah sana, pembangunan mobil nasional, belum lagi terlihat.
Atau tentang, cita-cita Jokowi hendak memberantas kartel impor pangan seperti sering disampaikannya pada 2014, sudah dua tahun berlalu tidak kunjung juga terlihat seperti apa cara memberantasnya. Dulu katanya mau menyelesaikan persoalan pelanggaran HAM di masa lalu (seperti tertuang di Nawacita), kini malah mengangkat pelanggar HAM menjadi Menko Polhukam.
Dulu juga, bersamaAhok, katanya mau bangun Kampung Deret di DKI Jakarta, setelah dua tahun jadi Gubernur tidak terwujud, setelah wakilnya, Ahok, jadi Gubernur pun hingga saat ini menjelang Pilkada 2017, kampung deret tidak terlihat batang hidungnya. Jangan sampai rakyat kita diberi hoax terus. Para pejabat yang selalu memberi hoax kepada rakyat harus dikeluarkan dari pemerintahan melalui pintu exit, maka untuk mereka ini dapat kita sebut sebagai para hoaxit. Harus segera diakhiri ini, eranya para hoaxit. [***]
Penulis adalah Sekjen Liga Pemuda Indonesia (LPI)