Di tengah teriknya matahari, beberapa petugas Suku Dinas Pertamanan dan Pemakaman (Sudintamkam) berkumpul di area Blok AA1 Unit Islam Tempat Pemakaman Umum (TPU) Pondok Ranggon, Cipayung, Jakarta Timur.
Dengan membawa cangkul dan besi panjang, mereka berÂjalan pelan sambil mencermati satu per satu tulisan yang berada di batu nisan. Mereka sesekali berhenti pada makam tertentu, kemudian menusukkan besi panjang ke makam tersebut.
Para petugas tersebut berÂhenti di makam yang dicurigai fiktif. Hal itu diketahui dari berbagai pemeriksaan, mulai dari pengecekan di database hingga melakukan identifikasi ke makam-makam tersebut. Sementara itu, menusuk makam menggunakan besi untuk meÂmastikan, makam tersebut terisi atau tidak.
"Kalau makamnya asli, diÂtusuk pakai besi panjang pasti tembus sampai bawah. Kalau yang fiktif, tidak tembus samÂpai bawah," ujar Kepala TPU Pondok Ranggon yang baru, Jasmin Rifa'i Siregar di TPU Pondok Ranggon, kemarin.
Menurutnya, langkah tersebut supaya tidak merusak makam yang ada. Selain itu, lebih prakÂtis. "Kalau ada jasad di dalamÂnya, kondisi tanahnya empuk. Kalau kosong, tanahnya keras," ucapnya.
Jasmin menyatakan, cara lain mengenali makam fiktif, yakni berdasarkan keterangan yang ditulis di nisan. Jika makam itu asli, maka akan tertulis lengkap nama, tanggal lahir dan tanggal meninggal. Jika makam tersebut fiktif, maka keterangan yang tertera hanya nama. "Makam yang fiktif, batu nisannya juga masih ditulis pakai spidol. Selain itu, akar rumput yang tumbuh di atas nisan juga sudah panjang," sambungnya.
Benar saja, di salah satu makam yang tidak ada tanggal kelahiran dan kematiannya, besi yang ditusukkan tidak tembus dalam. Besi tersebut hanya meÂlesak ke tanah beberapa centimeÂter. Seperti ada benda keras yang menahan besi tersebut untuk menancap lebih dalam.
Kemudian, giliran Petugas Harian Lepas (PHL) yang beÂraksi. Berbekal cangkul, dia menggali makam tersebut. Petugas Sudintamkam juga tidak berdiam diri. Mereka ikut memÂbantu dengan berusaha mencoÂpot batu nisan.
Sekitar 15 menit kemudian, terbongkarlah seluruh makam ini. Tidak ada liang lahat di balik rumput yang tadinya tumbuh di atas makam itu. Yang berada di baliknya hanya tanah datar beruÂkuran 1x1 meter persegi.
Hal serupa ditemui ketika para PHL membongkar satu makam lainnya. Di balik rumput yang sebelumnya tumbuh di atasnya, hanya ada tanah datar. Tidak ada liang lahat atau jenazah di makam tersebut.
Jasmin mengatakan, pemÂbongkaran ini merupakan tindak lanjut atas temuan sebelumÂnya. Sejauh ini, baru ada 28 makam fiktif yang teridentiÂfikasi pihaknya. Tapi yang digali hingga kemarin, baru 10 makam fiktif.
"Senin kemarin ada delapan makam dan hari ini hanya dua makam yang dibongkar. Sisanya dibongkar menyusul nanti, samÂbil dilakukan identifikasi ulang," terang Jasmin.
Dia menuturkan, pembongÂkaran makam ini diprioritaskan terhadap makam yang sudah tidak memiliki ahli waris sama sekali. Hal itu diketahui dari data administrasi pemakaman yang dimiliki pihaknya. "Karena tidak ada ahli warisnya, maka kami bongkar. Lagi pula binÂgung juga manggilnya ke mana karena tidak ada ahli warisnya," tuturnya.
Kendati demikian, Jasmin meminta agar ahli waris 18 makam fiktif lain yang telah diidentifikasi, mendatangi kanÂtor pengelola. Tujuannya, agar petugas bisa membongkar siapa saja yang terlibat. "Masalahnya, sejak pembongkaran dilakukan, belum ada satu pun ahli waris yang datang," sesalnya.
Padahal, ucap Jasmin, apaÂbila pemilik makam datang, pihaknya bisa mengetahui siapa saja oknum yang terlibat dan membongkar mafia makam fikÂtif. Sehingga, praktik jual beli makam di TPU Pondok Ranggon bisa diberantas.
"Apabila si pemilik makam ke TPU, maka tidak tertutup kemungkinan uang booking itu bisa dikembalikan. Sedangkan oknum yang bersangkutan bisa diberikan sanksi," tegasnya.
Menurut Jasmin, para perawat makam mengaku tidak ada yang tahu tentang jual beli makam tersebut. Kalaupun tahu, kata dia, mereka memilih tutup muÂlut. Oleh sebab itu, pihaknya meminta kepada ahli waris makam fiktif agar segera meÂlapor. "Makanya, kami berharap agar si pemilik makam segera datang ke sini," katanya.
Jasmin menduga, ada dua motif utama pemesan makam fiktif ini. Pertama, ahli waris ingin jenazah keluarganya diÂmakamkan dekat dengan keluÂarga. Kedua, pemesan khawatir tidak mendapatkan lahan di TPU tersebut, sehingga memesan makam fiktif. "Paling mungkin dua itu," tandasnya
Namun, pria yang baru tiga bulan menjabat sebagai Kepala TPU Pondok Ranggon ini, menÂgaku belum tahu berapa tarif yang dikenakan dan bagaimana rantai pemesanannya. Dia menyatakan masih mendalami masalah ini. "Oknum yang melakukan belum diketahui, karena dari internal pengurus TPU ngakunya tidak tahu," sambungnya.
Jasmin pun berjanji, pihaknya akan terus melakukan pemerikÂsaan terhadap makam-makam yang dicurigai fiktif di TPU Pondok Ranggon. Pihaknya juga akan tetap menggunakan besi pancang untuk mengetahui apakah di dalamnya ada jasad atau tidak. "Intinya kami masih terus melakukan pemeriksaan di makam-makam untuk menemuÂkan yang fiktif," tandasnya.
Kasudin Pertamanan dan Pemakaman (Sudintamkam) Jakarta Timur, Christian Tamora Hutagalung menambahkan, pihaknya hanya memakai pandÂuan dari Dinas Pertamanan dan Pemakaman untuk mengidentiÂfikasi makam fiktif. Misalnya, makam tersebut ada gundukan tapi tidak ada nisan, atau ada nisan tapi tidak ada gundukan, dan dicek menggunakan alat. "Kami pakai besi, kalau ditusuk keras atau sampai besinya bengÂkok, berarti fiktif. Kalau besinya masuk dalam, berarti benar ada makamnya," jelasnya. ***