Berita

Recep Tayyip Erdogan/net

Dunia

Erdogan Remehkan Uni Eropa, Curigai Negara Lain Terlibat Usaha Kudeta

KAMIS, 21 JULI 2016 | 05:41 WIB | LAPORAN: ALDI GULTOM

Sambil menyampingkan Uni Eropa, Presiden Recep Tayyip Erdogan bersikeras melaksanakan hukuman mati bagi komplotan yang berusaha mengkudeta pemerintahannya pada 15 Juli lalu.

Pemerintah Turki sempat menghapus hukuman mati pada 2004 untuk memuluskan perundingan negaranya masuk dalam keanggotaan Uni Eropa.

Rencana menerapkan kembali hukuman mati langsung mendapat reaksi keras dari negara-negara utama di Uni Eropa, salah satunya Jerman. Jurubicara pemerintahan Angela Merkel menyebut rencana Erdogan itu tidak proporsional. Jerman mendesak Erdogan tidak menghidupkan lagi aturan hukuman mati. Jika Turki tetap melakukannya, semakin besar kemungkinan mereka gagal menjadi bagian Uni Eropa (UE)


Dalam wawancara terbaru dengan Al Jazeera di Ankara, Erdogan tampak tidak peduli dengan ancaman UE. Ia tegaskan, hukuman mati akan dilaksanakan hanya dengan persetujuan parlemen Turki.

"Dunia ini tidak hanya dengan Uni Eropa. Negara-negara seperti Amerika Serikat, Rusia dan China, mereka semua menerapkan hukuman mati. Ini adalah hak orang-orang Turki dan parlemen untuk memutuskan hukuman mati atau tidak," ujar Erdogan.

Erdogan juga menyebut ada kemungkinan bahwa negara-negara lain terlibat dalam upaya menjatuhkan pemerintahannya.

"Mungkin ada negara lain yang terlibat dalam upaya kudeta. Proses yudisial akan mengungkapnya," tuduh Erdogan.

Selama ini, Erdogan dan lingkaran dekatnya menyebut ulama kharismatik, Fethullah Gulen, dan para pengikutnya sebagai dalang usaha kudeta yang dilakukan sebagian kelompok militer. Sejak 1999, Gulen berdomisili di Saylorsburg, Pennsylvania, AS.

Erdogan mengatakan, pemerintahannya telah mengirim permintaan resmi ke AS untuk ekstradisi Fethullah Gulen. Pihaknya juga telah mengirimkan bukti-bukti keterlibatan Gulen dalam usaha kudeta sebagai syarat yang diminta AS.

"Saya berharap mereka (AS) akan mengambil langkah sesegera mungkin," ucap Erdogan. [ald]

Populer

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

Kejagung Ancam Tak Perpanjang Tugas Jaksa di KPK

Sabtu, 20 Desember 2025 | 16:35

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

Tamparan bagi Negara: WNA China Ilegal Berani Serang Prajurit TNI di Ketapang

Sabtu, 20 Desember 2025 | 09:26

UPDATE

DAMRI dan Mantan Jaksa KPK Berhasil Selamatkan Piutang dari BUMD Bekasi

Selasa, 23 Desember 2025 | 14:12

Oggy Kosasih Tersangka Baru Korupsi Aluminium Alloy Inalum

Selasa, 23 Desember 2025 | 14:09

Gotong Royong Penting untuk Bangkitkan Wilayah Terdampak Bencana

Selasa, 23 Desember 2025 | 14:08

Wamenkum: Restorative Justice Bisa Diterapkan Sejak Penyelidikan hingga Penuntutan

Selasa, 23 Desember 2025 | 14:04

BNI Siapkan Rp19,51 Triliun Tunai Hadapi Libur Nataru

Selasa, 23 Desember 2025 | 13:58

Gus Dur Pernah Menangis Melihat Kerusakan Moral PBNU

Selasa, 23 Desember 2025 | 13:57

Sinergi Lintas Institusi Perkuat Ekosistem Koperasi

Selasa, 23 Desember 2025 | 13:38

Wamenkum: Pengaturan SKCK dalam KUHP dan KUHAP Baru Tak Halangi Eks Napi Kembali ke Masyarakat

Selasa, 23 Desember 2025 | 13:33

Baret ICMI Serahkan Starlink ke TNI di Bener Meriah Setelah 15 Jam Tempuh Medan Ekstrim

Selasa, 23 Desember 2025 | 13:33

Pemerintah Siapkan Paket Diskon Transportasi Nataru

Selasa, 23 Desember 2025 | 13:31

Selengkapnya