Berita

ilustrasi/net

Politik

Hasil UUD 2002, Indonesia Negara Demokrasi Impor Tergantung Uang

SELASA, 12 JULI 2016 | 14:54 WIB | LAPORAN: ALDI GULTOM

Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, telah terjadi situasi salah arah yang semakin menjauh dari cita-cita proklamasi kemerdekaan Indonesia.

Hal ini dijabarkan lebih luas dalam Komunike Bersama Tokoh Nasional untuk Selamatkan NKRI. Komunike ini adalah hasil garapan Tim Perumus dari kegiatan silaturahmi para anggota WhatsApp Group Peduli Negara 1 pada 15 Juni lalu di Grand Sahid Jakarta.

Komunike tersebut menyatakan Indonesia berada dalam situasi konstitusional yang diarahkan oleh UUD 45 Amandemen atau UUD 2002, di mana, selama belasan tahun ini membuat Indonesia menuju negara super liberal, yakni, negara yang ditata berdasarkan demokrasi impor. Demokrasi impor ini telah meninggalkan asas musyawarah dan mufakat, dan meninggalkan sistem perekonomian kekeluargaan.


Selama arah bangsa Indonesia dikendalikan oleh UUD 45 Amandemen, perekonomian nasional semakin terjebak dengan kepentingan kapitalisme global, yang bukan hanya menyedot kekayaan alam dan "return to capital" yang semakin timpang, tapi juga menyisakan persoalan kemiskinan, pengangguran, rasio gini, dan berbagai fenomena ketidak adilan lainnya, baik antara wilayah maupun antar sektoral.

Situasi salah arah ini pada akhirnya memberikan kehidupan pengelolaan negara yang dikendalikan pemilik modal (plutokrasi) dan bahkan dikendalikan kepentingan perusahaan (corporatocracy).

Pengendalian ini terjadi karena sistem demokrasi liberal sangat tergantung pada ketersediaan uang bagi kontestasi dalam perebutan pemimpin negara pada semua level.

Uang ini, ternyata, menjadi pintu masuk pemilik modal mengendalikan negara dan instrumen politik bahkan institusi sosial yang terkait dengan sistem dan hirarki politik kekuasaan.

Tim Perumus Komunike ini terdiri dari Ichsanuddin Noorsy, Syahganda Nainggolan, Buni Yani, Ferdinand Hutahaean, Samuel Lengkey, Tumpal Daniel, Djoko Edhie Abdurachman, dan M.Hatta Taliwang. [ald]

Populer

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

Kejagung Ancam Tak Perpanjang Tugas Jaksa di KPK

Sabtu, 20 Desember 2025 | 16:35

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

Tamparan bagi Negara: WNA China Ilegal Berani Serang Prajurit TNI di Ketapang

Sabtu, 20 Desember 2025 | 09:26

UPDATE

DAMRI dan Mantan Jaksa KPK Berhasil Selamatkan Piutang dari BUMD Bekasi

Selasa, 23 Desember 2025 | 14:12

Oggy Kosasih Tersangka Baru Korupsi Aluminium Alloy Inalum

Selasa, 23 Desember 2025 | 14:09

Gotong Royong Penting untuk Bangkitkan Wilayah Terdampak Bencana

Selasa, 23 Desember 2025 | 14:08

Wamenkum: Restorative Justice Bisa Diterapkan Sejak Penyelidikan hingga Penuntutan

Selasa, 23 Desember 2025 | 14:04

BNI Siapkan Rp19,51 Triliun Tunai Hadapi Libur Nataru

Selasa, 23 Desember 2025 | 13:58

Gus Dur Pernah Menangis Melihat Kerusakan Moral PBNU

Selasa, 23 Desember 2025 | 13:57

Sinergi Lintas Institusi Perkuat Ekosistem Koperasi

Selasa, 23 Desember 2025 | 13:38

Wamenkum: Pengaturan SKCK dalam KUHP dan KUHAP Baru Tak Halangi Eks Napi Kembali ke Masyarakat

Selasa, 23 Desember 2025 | 13:33

Baret ICMI Serahkan Starlink ke TNI di Bener Meriah Setelah 15 Jam Tempuh Medan Ekstrim

Selasa, 23 Desember 2025 | 13:33

Pemerintah Siapkan Paket Diskon Transportasi Nataru

Selasa, 23 Desember 2025 | 13:31

Selengkapnya