Berita

al chaidar/net

Pertahanan

Kebiasaan Menyandera WNI Karena Menghasilkan Uang

SELASA, 12 JULI 2016 | 09:50 WIB | LAPORAN:

Kasus penyanderaan di perairan negara tetangga yang menimpa warga negara Indonesia mengindikasikan bahwa para pelaku memiliki target prioritas dalam memilih korban.

Dalam kasus penyanderaan terakhir pada Sabtu lalu (9/7), dari tujuh kru kapal nelayan berbendera Malaysia, hanya tiga ABK berkewarganegaraan Indonesia yang disandera kelompok yang sudah dipastikan bagian dari separatis Abu Sayyaf itu.

Pengamat terorisme, Al Chaidar, mengatakan, kejadian terakhir itu menandakan selama ini WNI yang berkali-kali jadi korban penyanderaan telah ditebus dengan sejumlah uang.


Tak heran jika para penyandera "menyortir" sanderanya khusus warga negara Indonesia, setelah mengecek paspor mereka.

"Mereka (penyandera) jadi kebiasaan biar dapat uang," ujar Al Chaidar, Selasa (12/7).

Penyanderaan itu terjadi Sabtu malam ketika Kapal Pukat Tunda dibajak lima orang bersenjata api jenis M 16, M 14, dan M4 Carbine Launcher. Saat itu mereka sedang menangkap ikan di perairan Lahad Datu, Malaysia.

Dari tujuh ABK tersebut, tiga WNI, Emanuel, Lorens Koten dan Teodorus Kopong diculik. Sementara empat lainnya dibebaskan karena tidak memiliki dokumen identitas atau paspor.

Saat ini, TNI masih melacak  posisi ketiga WNI tersebut dan terus melakukan komunikasi dengan pemerintah Malaysia dan Filipina. Bahkan, TNI juga telah siap untuk melakukan operasi militer.

Sebelum penyanderaan terakhir ini, pada Juni lalu, tujuh ABK WNI lebih dulu disandera kelompok Abu Sayyaf di perairan Sulu, Filipina Selatan. Penyanderaan itu terjadi pada Senin 20 Juni .

Jauh sebelumnya, ada 14 WNI yang disandera Abu Sayaaf dalam kejadian dan waktu terpisah ketika berlayar di perairan Filipina. Mereka dibebaskan pada awal dan pertengahan Mei yang lalu. [ald]

Populer

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

Terlibat TPPU, Gus Yazid Ditangkap dan Ditahan Kejati Jawa Tengah

Rabu, 24 Desember 2025 | 14:13

UPDATE

Bank Mandiri Berikan Relaksasi Kredit Nasabah Terdampak Bencana Sumatera

Jumat, 26 Desember 2025 | 12:12

UMP Jakarta 2026 Naik Jadi Rp5,72 Juta, Begini Respon Pengusaha

Jumat, 26 Desember 2025 | 12:05

Pemerintah Imbau Warga Pantau Peringatan BMKG Selama Nataru

Jumat, 26 Desember 2025 | 11:56

PMI Jaksel Salurkan Bantuan untuk Korban Bencana di Sumatera

Jumat, 26 Desember 2025 | 11:54

Trump Selipkan Sindiran untuk Oposisi dalam Pesan Natal

Jumat, 26 Desember 2025 | 11:48

Pemerintah Kejar Pembangunan Huntara dan Huntap bagi Korban Bencana di Aceh

Jumat, 26 Desember 2025 | 11:15

Akhir Pelarian Tigran Denre, Suami Selebgram Donna Fabiola yang Terjerat Kasus Narkoba

Jumat, 26 Desember 2025 | 11:00

Puan Serukan Natal dan Tahun Baru Penuh Empati bagi Korban Bencana

Jumat, 26 Desember 2025 | 10:49

Emas Antam Naik, Buyback Nyaris Tembus Rp2,5 Juta per Gram

Jumat, 26 Desember 2025 | 10:35

Sekolah di Sumut dan Sumbar Pulih 90 Persen, Aceh Menyusul

Jumat, 26 Desember 2025 | 10:30

Selengkapnya