Data yang diterima Presiden Joko Widodo (Jokowi) seputar masalah harga daging sapi diduga ngawur alias sesat.
Hal itu seperti disampaikan Dewan Pengawas Jaringan Kemandirian Nasional (Jaman), Daniel Johan, yang juga Wakil Komisi IV DPR RI.
Ia mengkritik keras permintaan Jokowi untuk menurunkan harga daging sapi di bawah Rp 80 ribu/kg sebelum Lebaran.
"Saya pertanyakan itu data dari mana yang diterima oleh Presiden Jokowi," kata Daniel.
Politisi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) itu menilai, bila pemerintah menurunkan harga daging sapi sampai di bawah Rp 80 ribu per kilogram, pasti berdampak kepada para peternak. Dia mengkhawatirkan para peternak akan kehilangan lapangan pekerjaan karena pasti mengalami kerugian akibat harga yang diminta presiden.
"Kalau dipaksakan peternak menurunkan harga daging sapi, itu sama saja mematikan para peternak," ujarnya.
Ia juga pertanyakan data Presiden Jokowi bahwa harga daging di negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura hanya di kisaran Rp 50 ribu-an per kilogram. Dikatakannya, harga daging di dua negara yang berdekatan dengan Indonesia itu juga dipatok Rp 80 ribu-an per kilogram.
"Saya sudah cek harga daging di Malaysia dan Singapura, itu harganya sama dengan Indonesia," katanya.
Menurut Daniel, jika pemerintah bisa menurunkan harga daging di bawah Rp 100 ribu saja sudah prestasi luar biasa.
Sebelumnya dalam sebuah diskusi akhir pekan lalu di bilangan Cikini Jakarta, Daniel juga menyinggung soal data yang salah ini. Dia bilang, kalau data stok pangan benar tapi masih terjadi kenaikan tak wajar, berarti perencanaan pangan ngawur.
"Bisa ngawur karena bodoh enggak tahu persoalan, tapi bisa juga korup. Misalnya, seharusnya enggak perlu impor tapi malah impor. Itu korup," tegas politisi PKB ini lagi.
Terkait itu, Daniel minta pemerintah memperbaiki data stok pangan. Dengan data yang baik, pemerintah bisa lakukan perencanaan baik.
[ald]