Berita

joko widodo/net

Politik

Jokowi, Masihkah Kompromi Dengan Mafia Pangan?

SABTU, 04 JUNI 2016 | 13:18 WIB | LAPORAN: ALDI GULTOM

Dalam mengatasi kenaikan harga yang luar biasa, Presiden Joko Widodo diminta tidak cuma sibuk menjaga citra. Jokowi dituntut bersikap tegas menindak para aktor mafia pangan.

"Presiden harus bikin langkah politik tegas. Masih kompromi dengan mafia pangan atau tidak? Kalau tidak, penjarakan mereka dan elite-elite politik di belakangnya," ujar Ketua Himpunan Pengusaha Pribumi Indonesia, Ismed Hasan Putro, dalam diskusi  "De Javu Harga Sembako" di Cikini, Jakarta, Sabtu (4/6).

Menurutnya, andai semua data pangan yang dibuat lembaga negara efektif dan berfungsi, pasti tidak akan terjadi masalah pangan yang laten. Selama ini harga bahan makanan dinaikkan dengan alasan stok kurang. Padahal data pemerintah mengatakan sebaliknya.


"Ketika dimainkan pedagang, seolah stok kurang, padahal cukup. Karena pemerintah jaga pencitraan, maka saat itu terjadi lobi dan negosiasi. Ketika itu para petani dan peternak berdasi datang ke lobi hotel untuk lobi kuota impor. Itulah mafia pangan," jelasnya.

Dia tegaskan, Jokowi harus hentikan praktik kotor itu. Caranya, ubah sistem impor pangan.

"Bukan dengan kuota, tapi tarif. Siapa yang bisa jual daging 60 ribu per kilo maka dia akan pegang impor," ujarnya.

"Misalnya, si Badu dikasih peluang impor setelah mekanisme terbuka.Pemerintah harus minta, dengan kuota 10 ribu ton, daging sapi di pasar mesti Rp 60 ribu per kilogram," urainya.

Menurut Ismed, dasar ia mengatakan itu cukup jelas. Harga daging sapi di Australia saja cuma Rp 43 ribu per kilogram. Kalau dibawa ke Indonesia, harganya mungkin menjadi Rp 55 ribu. Dan ketika tiba di pasar, bisa dijual Rp 60 ribu per kilogram.

"Singapura saja yang tidak punya lahan peternakan bisa menjual Rp 55 ribu.
Kuncinya ada pada Presiden Jokowi apakah bisa mewujudkan Nawacita? Sejauh ini pemerintah masih jalankan praktik Orde Baru, perburuan rente," jelasnya. [ald] 

Populer

Mantan Jubir KPK Tessa Mahardhika Lolos Tiga Besar Calon Direktur Penyelidikan KPK

Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

Sarjan Diduga Terima Proyek Ratusan Miliar dari Bupati Bekasi Sebelum Ade Kuswara

Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06

Kejagung Copot Kajari Kabupaten Tangerang Afrillyanna Purba, Diganti Fajar Gurindro

Kamis, 25 Desember 2025 | 21:48

8 Jenderal TNI AD Pensiun Jelang Pergantian Tahun 2026, Ini Daftarnya

Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

UPDATE

Kepuasan Publik Terhadap Prabowo Bisa Turun Jika Masalah Diabaikan

Minggu, 28 Desember 2025 | 13:46

Ini Alasan KPK Hentikan Kasus IUP Nikel di Konawe Utara

Minggu, 28 Desember 2025 | 13:17

PLN Terus Berjuang Terangi Desa-desa Aceh yang Masih Gelap

Minggu, 28 Desember 2025 | 13:13

Gempa 7,0 Magnitudo Guncang Taiwan, Kerusakan Dilaporkan Minim

Minggu, 28 Desember 2025 | 12:45

Bencana Sumatera dan Penghargaan PBB

Minggu, 28 Desember 2025 | 12:27

Agenda Demokrasi Masih Jadi Pekerjaan Rumah Pemerintah

Minggu, 28 Desember 2025 | 12:02

Komisioner KPU Cukup 7 Orang dan Tidak Perlu Ditambah

Minggu, 28 Desember 2025 | 11:45

Pemilu Myanmar Dimulai, Partai Pro-Junta Diprediksi Menang

Minggu, 28 Desember 2025 | 11:39

WN China Rusuh di Indonesia Gara-gara Jokowi

Minggu, 28 Desember 2025 | 11:33

IACN Ungkap Dugaan Korupsi Pinjaman Rp75 Miliar Bupati Nias Utara

Minggu, 28 Desember 2025 | 11:05

Selengkapnya