Nasib karya seni khas Maluku yang adalah budaya turun menurun dari masyarakat Tanimbar, Tenun Ikat Tanimbar, cukup memprihatinkan.
Walau kaya potensi, namun ada tantangan tak ringan untuk menunjukkan pesona Tenun Ikat Tanimbar.
Penenun lokal, khususnya di Kabupaten Maluku Tenggara Barat (MTB) kini mulai meninggalkan budidaya dan produksi ikat tenun seiring persepsi bahwa peluang ekonomi yang diberikan dari tenun ikat kian tak menentu dan kurang menjanjikan. Hal ini diperparah dengan akses pasar yang terbatas.
Dari sisi perkembangannya, tenun ikat Tanimbar sedikit tertingal dengan tenun-tenun lain yang sudah lama tersohor terutama dari sisi kualitas dan akses pasar.
Gambaran situasi di atas membuat INPEX sebagai perusahaan Minyak dan Gas yang beroperasi di MTB, menjadikan pelatihan pengembangan tenun ikat Tanimbar sebagai salah satu program unggulan investasi sosial. Sejak 2013, INPEX menggandeng sejumlah perancang busana terkenal antara lain Samuel Wattimena dan Wignyo Rahadi guna memberikan pelatihan kapasitas penenun Tanimbar agar mampu menghasilkan warna tenun yang lebih bervariasi dan kualitas tenun yang mempunyai daya jual.
Wignyo mengatakan, pelatihan secara berkelanjutan tersebut mampu meningkatkan, kreativitas dan kompetensi penenun di Tanimbar dalam hal pewarnaan dan pengembangannya.
"Kini saatnya karya-karya penenun Tanimbar yang telah berkembang pesat itu ditampilkan ke publik. Event fashion show menjadi pilihan yang paling bagus," katanya, menjelang Fashion Show Tenun Ikat Tanimbar yang akan diadakan besok (Jumat, 3/6) di Gedung Kesenian MTB, Saumlaki.
Fashion Show Tenun Ikat Tanimbar yang pertama ini digelar berkat kerjasama INPEX dengan Dinas Koperasi dan UKM MTB, dan diharapkan akan muncul event-event yang semakin mengangkat visibilitas tenun ikat Tanimbar di tingkat nasional, memberikan rasa bangga serta memberi dampak ekonomi yang nyata bagi warga MTB.
Senior Manager Communication and Relations INPEX Corporation, Usman Slamet, mengatakan, kain tenun ikat Tanimbar memiliki daya tarik tersendiri. Dengan motif dan warnanya yang variatif dan elegan, diharapkan pelatihan yang diberikan memungkinkan tenun ikat Tanimbar untuk dapat dijadikan sebagai produk unggulan dalam dunia fashion modern.
Usman mengungkapkan, melalui inisatif tersebut, kini sudah mulai tampak hasil positif yang mulai terlihat. Usman mencontohkan, dari sisi pembinaan pengrajin lokal, melalui kerjasama antara INPEX dan Dinas Koperasi dan UKM, telah terbentuk kelompok-kelompok binaan secara langsung maupun tidak di sejumlah desa di MTB yang mengikuti pola pelatihan yang diajarkan Samuel dan Wignyo.
Dari sisi bantuan regulasi kebijakan, kini sudah ada peraturan yang mewajibkan penggunaan seragam tenun motif tanimbar bagi PNS di MTB tiap hari Kamis, yang tentunya membantu menggerakkan pasar setempat.
Dari sisi akses pasar, Usman melanjutkan, beberapa model hasil modifikasi desain kain tenun Ikat Tanimbar kini menjadi lirikan para desainer Indonesia untuk ditampilkan. Hal tersebut dibuktikan melalui beberapa pagelaran busana nasional yang menggunakan tenun Tanimbar sebagai motif tenun utamanya.
Bahkan, kini motif tenun Tanimbar terpilih untuk motif seragam Presiden dan kabinetnya, secara bergilir dengan beberapa tenun terkenal dari daerah lainnya.
[ald]