Berita

yurisman laia/net

Nusantara

Perekrutan Pendamping Desa Jangan Diskriminatif Pada Putra Daerah

SENIN, 30 MEI 2016 | 21:40 WIB | LAPORAN: ALDI GULTOM

RMOL. Kebijakan Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, Transmigrasi (Kemendes PDTT), dalam program pendampingan desa dinilai mengandung langkah diskriminatif.

Sejumlah kelompok masyarakat dan anggota legislatif daerah mengeluhkan sistem perekrutan
Pendamping desa. Perekrutan pendamping desa dimulai dari 4 sampai 16 Mei 2016 dengan sistem registrasi online.

Wakil Ketua Ormas Pospera Sumut yang juga Anggota DPRD Kabupaten Nias Selatan, Yurisman Laia, mengatakan, perekrutan bermasalah terlihat dari beberapa indikasi. Pertama, ujian seleksi tertulis tanggal 28 Mei 2016 berlokasi di Kampus USU, Medan. Sementara pengumuman peserta yang ikut seleksi baru diberitakan tanggal 26 Mei sore sekitar jam 17.00. Menurutnya, hal ini terkesan dipaksakan karena waktu yang mempet dan lokasi yang jauh.

Wakil Ketua Ormas Pospera Sumut yang juga Anggota DPRD Kabupaten Nias Selatan, Yurisman Laia, mengatakan, perekrutan bermasalah terlihat dari beberapa indikasi. Pertama, ujian seleksi tertulis tanggal 28 Mei 2016 berlokasi di Kampus USU, Medan. Sementara pengumuman peserta yang ikut seleksi baru diberitakan tanggal 26 Mei sore sekitar jam 17.00. Menurutnya, hal ini terkesan dipaksakan karena waktu yang mempet dan lokasi yang jauh.

"Bahkan kawan-kawan dari kepulauan dipastikan tidak semua tersampaikan kabar dengan waktu yang terdesak belum lagi transportasi yang minim," jelas Yurisman, Senin (30/5).

Ia juga mengungkapkan adanya indikasi kebocoran soal ujian dan jawabannya lewat pesan singkat SMS. Kabarnya, soal dan jawaban itu bersumber dari parpol tertentu meski belum bisa dibuktikan.

Akibat dari pengumuman ujian seleksi yang kelihatannya tergesa-gesa dan tidak melihat kondisi Kepulauan Nias yang jauh dari lokasi ujian, dipastikan putra-putri Kepulauan Nias mengalami kerugian.

Dia menghitung bahwa rata rata mengeluarkan biaya Rp 1,5 juta per orang untuk kebutuhan pulang pergi. Mereka yang sudah pergi ke Medan pada 28 Mei 2016 walupun tidak sempat ujian ada sekitar 300 orang. Jika kemudian 300 orang ini dikali Rp 1,5 juta perorang maka terjadi kerugian sebesar Rp 450 juta.

"Mereka yang ke Medan adalah yang sempat mendengar ujian seleksi. Mungkin di tempatnya jaringan internet bagus dan mungkin kebetulan dia pakai HP android," katanya.

Yurisman meminta Forkompida se Kepulauan Nias bersama beberapa Ketua DPRD Kepulauan Nias menyurati Kemendes agar ujian seleksi pendamping desa diulang. Khusus ujian untuk peserta dari Kepulauan Nias agar dilaksanakan di Pulau Nias.

Sementara itu, Perwakilan DPP Pospera yang juga Presidium Persatuan Nasional Aktivis 98 (PENA 98) DKI Jakarta, Fendy Mugni, menyarankan agar perekrutan pendampingan desa tetap mengutamakan para putra daerah. Sehingga pelaksanaan tugas pendampingan terhadap aparatur desa dan masyarakat lebih maksimal.

"Bagi saya putra daerah yang lebih mengetahui seluk beluk permasalahan di wilayahnya, " singkatnya.

Menurutnya pemerintah juga harus memberi peluang kerja kepada penduduk setempat sebagai upaya memperkecil pengangguran.

Sebeumnya, Menteri Dalam Negeri, Tjahjo Kumolo, meminta dan berharap agar pendamping desa dari kalangan masyarakat setempat. Sebab, mereka harus lebih memahami kondisi wilayah baik dari segi budaya, agama, kebiasaan, dan adat istiadat.

Tjahjo menjelaskan, pendamping desa ini bertanggung jawab terhadap perangkat desa, khususnya bagaimana pemerintah desa bisa memahami tugas yang diemban.

Data terakhir dari aliansi 12.000 pendamping desa yang tergabung dalam Barisan Nasional Pendamping Desa (BNPD), ada 16 pemerintah provinsi yang bersurat ke presiden terkait kisruh pendamping desa. Ke-16 provinsi itu antara lain provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, Bali, NTT, Sumatra Barat, Lampung, Jambi, Aceh, Riau, Banten, Maluku, Sumatra Selatan, Sumatra Utara, Jatim, Kalimantan Barat dan Sumatra Barat. Selain Tim Sekretariat Negara, Ombudsman Republik Indonesia (ORI) sebelumnya juga telah memanggil Menteri Desa, PDT dan Transmigrasi, Marwan Jafar.

Panggilan itu dilaksanakan sebagai tindaklanjut atas banyaknya laporan masyarakat mengenai karut marut penerimaan pendamping desa yang dilaksanakan pada tahun 2015. [ald]

Populer

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

Kejagung Ancam Tak Perpanjang Tugas Jaksa di KPK

Sabtu, 20 Desember 2025 | 16:35

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

Tamparan bagi Negara: WNA China Ilegal Berani Serang Prajurit TNI di Ketapang

Sabtu, 20 Desember 2025 | 09:26

UPDATE

DAMRI dan Mantan Jaksa KPK Berhasil Selamatkan Piutang dari BUMD Bekasi

Selasa, 23 Desember 2025 | 14:12

Oggy Kosasih Tersangka Baru Korupsi Aluminium Alloy Inalum

Selasa, 23 Desember 2025 | 14:09

Gotong Royong Penting untuk Bangkitkan Wilayah Terdampak Bencana

Selasa, 23 Desember 2025 | 14:08

Wamenkum: Restorative Justice Bisa Diterapkan Sejak Penyelidikan hingga Penuntutan

Selasa, 23 Desember 2025 | 14:04

BNI Siapkan Rp19,51 Triliun Tunai Hadapi Libur Nataru

Selasa, 23 Desember 2025 | 13:58

Gus Dur Pernah Menangis Melihat Kerusakan Moral PBNU

Selasa, 23 Desember 2025 | 13:57

Sinergi Lintas Institusi Perkuat Ekosistem Koperasi

Selasa, 23 Desember 2025 | 13:38

Wamenkum: Pengaturan SKCK dalam KUHP dan KUHAP Baru Tak Halangi Eks Napi Kembali ke Masyarakat

Selasa, 23 Desember 2025 | 13:33

Baret ICMI Serahkan Starlink ke TNI di Bener Meriah Setelah 15 Jam Tempuh Medan Ekstrim

Selasa, 23 Desember 2025 | 13:33

Pemerintah Siapkan Paket Diskon Transportasi Nataru

Selasa, 23 Desember 2025 | 13:31

Selengkapnya