Berita

Menambah Kemacetan, Reklamasi Ala Ahok Tindakan Bodoh

JUMAT, 29 APRIL 2016 | 08:54 WIB | LAPORAN: ZULHIDAYAT SIREGAR

Proyek reklamasi yang ideal sebaiknya diperuntukkan bagi kawasan industri terpadu. Jadi, dalam satu kawasan selain ada pusat industri, juga terkoneksi dengan pelabuhan dan bandara.

"Bukan untuk membangun kawasan privat komersil, yang hanya merusak ekosistem pantai dan habitat mangrove," ujar anggota Komisi VI DPR Bambang Haryo Soekartono pagi ini, Jumat (29/4).

Dengan membangun kawasan industri terpadu, kepadatan lalu lintas logistik ke kawasan industri menurun.


"Produk barang kita pun bisa bersaing, karena ongkos logistiknya murah dan cepat. Selama ini, logistik dari pelabuhan harus dikirim ke Tangerang, Bekasi, dan Karawang. Padahal, ongkos logistik di darat sangat mahal. Semakin panjang akses logistik, semakin tidak aman dan mahal," ungkap Bambang.

Politikus Gerindra dari dapil Jatim I ini mencontohkan, di Osaka, Jepang dan Shanghai, Tiongkok, pelabuhannya terintegrasi dengan kawasan industri. Jaraknya pun 3 kilometer dari pantai. [Baca: Reklamasi Mestinya Berjarak 3 Km Dari Bibir Pantai]

Bahkan, di Hongkong jaraknya 8 kilometer. "Inilah yang paling ideal dan bijak dari proyek reklamasi yang dilakukan," ujarnya.

Di hampir semua negara di dunia, tambah Bambang, kawasan industrinya dibangun di pinggir pantai. "Saran saya, kembalikan saja proyek reklamasi ke fungsi publik. Reklamasi ini bagus kalau memang peruntukkannya bagus. Saya bukan tidak setuju reklamasi, sepanjang benar cara mereklamasinya dengan tidak merusak habitat dan tidak dipakai untuk kebutuhan privat,” jelasnya.

Bambang menyarankan, jika Gubernur DKI ingin membangun kawasan hunian, sebaiknya ke selatan, barat, atau timur Jakarta yang lahannya masih luas. Sangat tidak bijak menurut Bambang, bila membangun kawasan hunian dengan mereklamasi pantai utara Jakarta.

"Apa yang dilakukan Ahok dengan mereklamasi pantai utara Jakarta adalah tindakan bodoh, karena akan memperparah titik kemacetan ke arah utara Jakarta," pungkasnya. [zul]

Populer

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

Tamparan bagi Negara: WNA China Ilegal Berani Serang Prajurit TNI di Ketapang

Sabtu, 20 Desember 2025 | 09:26

Tunjuk Ara di Depan Luhut

Senin, 15 Desember 2025 | 21:49

Makin Botak, Pertanda Hidup Jokowi Tidak Tenang

Selasa, 16 Desember 2025 | 03:15

UPDATE

Bawaslu Usul Hapus Kampanye di Media Elektronik

Minggu, 21 Desember 2025 | 11:26

Huntap Warga Korban Bencana Sumatera Mulai Dibangun Hari Ini

Minggu, 21 Desember 2025 | 11:25

OTT Jaksa Jadi Prestasi Sekaligus Ujian bagi KPK

Minggu, 21 Desember 2025 | 11:11

Trauma Healing Kunci Pemulihan Mental Korban Bencana di Sumatera

Minggu, 21 Desember 2025 | 10:42

Lula dan Milei Saling Serang soal Venezuela di KTT Mercosur

Minggu, 21 Desember 2025 | 10:35

Langkah Muhammadiyah Salurkan Bantuan Kemanusiaan Luar Negeri Layak Ditiru

Minggu, 21 Desember 2025 | 10:24

Jadi Tersangka KPK, Harta Bupati Bekasi Naik Rp68 Miliar selama 6 Tahun

Minggu, 21 Desember 2025 | 09:56

Netanyahu-Trump Diisukan Bahas Rencana Serangan Baru ke Fasilitas Rudal Balistik Iran

Minggu, 21 Desember 2025 | 09:32

Status Bencana dan Kritik yang Kehilangan Arah

Minggu, 21 Desember 2025 | 08:55

Cak Imin Serukan Istiqomah Ala Mbah Bisri di Tengah Kisruh PBNU

Minggu, 21 Desember 2025 | 08:28

Selengkapnya