Berita

said abdullah/net

Politik Angaran Pemerintah Sulit Wujudkan Nawacita

SELASA, 26 APRIL 2016 | 21:20 WIB | LAPORAN:

Fraksi PDI Perjuangan DPR RI menilai politik anggaran pemerintahan masih jauh dari agenda Nawacita sehingga sulit mewujudkan cita-cita Trisakti Bung Karno.

Untuk itu, pemerintah harus melakukan evaluasi menyeluruh atas pengalokasian anggaran dengan nomenklatur yang lebih jelas, rutin dan pembangunan (fisik dan non fisik) sehingga lebih mudah dalam melakukan pengawasan.

"Kami minta agar porsi anggaran untuk pembangunan ekonomi rakyat diperbesar.  Ini penting guna mendekatkan agenda Nawacita,” ujar Wakil Ketua Badan Anggaran (Banggar) DPR, Said Abdullah di Jakarta, Selasa (26/4).

Dia mengatakan, APBN mempunyai nilai strategi bagi terwujudnya program pemerintah yang terangkum dalam program Nawacita. Karena itu, anggaran harus diprioritaskan untuk memenuhi kebutuhan dasar rakyat.

Sayangnya, jelas dia lagi, sejauh ini APBN masih belum bersentuhan dengan tujuan untuk memakmurkan rakyat.  Pasalnya, anggaran lebih banyak berorientasi pada kerja rutin tahunan pemerintah dan merespon situasi makro ekonomi yang memiliki sifat jangka pendek.

Dampaknya menurut Said, APBN tidak mampu mengurangi angka kemiskinan, bahkan rakyat miskin jumlahnya  terus bertambah. "Padahal, kalau program Nawacita ini benar-benar berjalan maka cita-cita Trisaksi Bung Karno akan terwujud dan bangsa Indonesia akan menjadi raksasa ekonomi di dunia,” tuturnya

Selama ini jelas politisi senior PDI Perjuangan ini, setiap kenaikan APBN selalu dibarengi dengan peningkatan anggaran belanja rutin. Pola semacam ini harus dirubah sehingga anggaran yang tersedia benar-benar dialokasikan untuk rakyat.

"Dalam 10 terakhir,  nomenklatur anggaran kementrian/ lembaga hanya belanja aparatur dan belanja modal. Padahal dalam belanja modal masih ada belanja barang milik K/L. Dampaknya, pembangunan yang berorientasi rakyat kecil sekali,” terangnya.

Semestinya ujar Said, para menteri betul-betul memahami agenda Nawacita sebagai visi dan misi presiden.  Artinya, setiap peningkatan anggaran tidak serta merta menaikkan biaya rutin (operasional kantor) tapi justru anggaran pembangunan untuk masyarakatlah yang diutamakan.  

"Mencermati alokasi anggaran yang sangat besar pada keperluan Belanja Rutin khususnya untuk operasional kant0r maka kami meminta indicator kinerja yang terukur oleh setiap Kementrian dalam urusan pelayanan public,” jelas anggota Komisi XI DPR ini.

Dia melihat, belanja pembangunan non fisik seperti kegiatan pendidikan, pelatihan, penyuluhan dan pendampingan, juga mendapatkan porsi yang besar dalam APBN.

Berdasarkan data, dari total anggaran sebesar Rp 57,12 Triliun di Kementerian Agama (Kemenag), porsi terbesarnya justru dipakai untuk belanja rutin sebesar Rp 33,4 Triliun (58,47persen). Sedangkan anggaran untuk pembangunan sebesar Rp 23,7 Triliun (41,53 persen). "Alokasi anggaran pembangunan non fisik sebesar Rp 22 Triliun (38,53persen) dan pembangunan fisik hanya sebesar Rp 1,7 Triliun (2,99 persen),” terangnya.

Demikian juga di Kementrian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi, alokasi anggaran dalam APBN sebesar Rp 8,6 Triliun. Dari angka ini, sebesar Rp 1,2 Triliun (13,45 persen) dipergunakan untuk belanja rutin. Sementara untuk pembangunan anggaran yang dialokasikan mencapai Rp 7,4 Triliun (86,55 persen).  "Pembangunan non fisik mencapai Rp 6,3 Triliun (73,49%) dan anggaran pembangunan fisik mencapai Rp 1,1 Triliun (13,07 persen).

Namun agar pemanfaatan anggaran efektif maka FPDI Perjuangan meminta agar setiap kegiatan pembangunan non fisik harus disertai pendamping. Syaratnya, pendamping harus berkualitas sehingga dapat mengarahkan kegiatan menjadi tepat sasaran, tepat manfaat dan berdampak kemajuan.

"Kegiatan pembangunan non fisik yang pada umumnya menjadikan masyarakat sebagai sasaran kegiatannya perlu disertai dengan target dampak kemajuan yang akan dicapai melalui kegiatan pendidikan, pelatihan, penyuluhan dan pendampingan,” terangnya.

Populer

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Kaki Kanan Aktor Senior Dorman Borisman Dikubur di Halaman Rumah

Kamis, 02 Mei 2024 | 13:53

Bey Pastikan Kesiapan Pelaksanaan Haji Jawa Barat

Rabu, 01 Mei 2024 | 08:43

Bocah Open BO Jadi Eksperimen

Sabtu, 27 April 2024 | 14:54

Pj Gubernur Jabar Minta Pemkab Garut Perbaiki Rumah Rusak Terdampak Gempa

Senin, 29 April 2024 | 01:56

Pj Gubernur Jabar Ingin Persiapan Penyelenggaraan Ibadah Haji Sempurna

Kamis, 02 Mei 2024 | 03:58

Telkom Buka Suara Soal Tagihan ‘Telepon Tidur’ Rp9 Triliun Pertahun

Kamis, 25 April 2024 | 21:18

UPDATE

Misi Dagang ke Maroko Catatkan Transaksi Potensial Rp276 Miliar

Minggu, 05 Mei 2024 | 09:51

Zita Anjani Bagi-bagi #KopiuntukPalestina di CFD Jakarta

Minggu, 05 Mei 2024 | 09:41

Bapanas: Perlu Mental Berdikari agar Produk Dalam Negeri Dapat Ditingkatkan

Minggu, 05 Mei 2024 | 09:33

Sadiq Khan dari Partai Buruh Terpilih Kembali Jadi Walikota London

Minggu, 05 Mei 2024 | 09:22

Studi Privat Dua Hari di Taipei, Perdalam Teknologi Kecantikan Terbaru

Minggu, 05 Mei 2024 | 09:14

Kekuasaan Terlalu Besar Cenderung Disalahgunakan

Minggu, 05 Mei 2024 | 09:09

Demi Demokrasi Sehat, PKS Jangan Gabung Prabowo-Gibran

Minggu, 05 Mei 2024 | 09:04

Demonstran Pro-Palestina Lakukan Protes di Acara Wisuda Universitas Michigan

Minggu, 05 Mei 2024 | 08:57

Presidential Club Patut Diapresiasi

Minggu, 05 Mei 2024 | 08:37

PKS Tertarik Bedah Ide Prabowo Bentuk Klub Presiden

Minggu, 05 Mei 2024 | 08:11

Selengkapnya