. ‎Pantun identik dengan budaya Melayu. Sehingga dalam perhelatan politik pun pembacaan pantun menjadi hal yang lazim.
Hal ini juga ditemukan saat rapat kerja daerah DPD PDIP Provinsi Riau. Hal yang membedakan, Sekjen DPP PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto menciptakan tiga pantun secara mendadak.
‎Sebelum Hasto membuka rakerda, Ketua Panitia dilanjutkan Plt Gubernur Riau, mengawali sambutan.‎ Melihat dua sambutan itu diakhiri pantun, Hasto pun secara kilat menciptakan dua pantun di handphone yang dipegangnnya.
Rakerda PDI Perjuangan Provinsi Riau kali ini pantas dikenang/ Karena Pak Gubernur berkenan datang/‎ Tali silaturahim ini akan semakin terbentang/‎ Dengan ekspresi kebudayaan melayu yang begitu agung dan membuat kita tercengang‎
"Ini benar kan, yang penting akhiran pantun sama. Ini diakhiri ng semua," ucap Hasto yang disambut dengan gelak tawa peserta rakerda, dan melanjutkan dengan pantun kedua.
‎Bung Karno sungguh terpesona oleh keanekaragaman kebudayaan Indonesia yang begitu menawan/ Kita pun tergerakkan untuk mewujudkannya pada politik yang berkeadaban/‎ Hari ini kader-kader PDI Perjuangan Provinsi Riau tak henti-hentinya meneguhkan/‎ Komitmennya membangun Riau yang berkebudayaan/
‎Sebelum membuka Rakerda, Hasto berdialog dengan Ketua Lembaga Adat Melayu. Dia mengatakan panitia rakerda yang menjembatani dialog tersebut, menyiapkan pantun bagi Hasto.
"Tapi pantun itu saya baca gak cocok. Akhirnya, saya pun ‎mendadak menciptakan pantun untuk disampaikan kepada pengurus Lembaga Adat Melayu," beber Hasto.
Hatiku senang datang ke Pekanbaru/‎ Mohon maaf datang dengan waktu terburu-buru/‎ Suatu kehormatan dapat bertemu para tokoh Lembaga Adat Melayu/‎ Melalui kebudayaan kita bersatu/‎
Al Azhar yang didampingi sejumlah pengurus Lembaga Adat Melayu Riau pun bertepuk tangan atas pantun yang dibacakan Hasto tersebut. [ysa]