Berita

ilustrasi/net

Bisnis

BLOK MASELA

Kilang Offshore Sama Dengan Kepentingan Asing

RABU, 24 FEBRUARI 2016 | 20:23 WIB | LAPORAN:

Sikap lamban Presiden Jokowi dalam memutuskan lokasi pembangunan kilang gas abadi Blok Masela, semakin mengkristalkan kecurigaan publik.

"Ada apa. Ada kepentingan apa? Presiden Jokowi sudah bisa mengambil keputusan. Apalagi kuat kehendak masyarakat setempat agar kilang dibangun di darat dan secara logika memang bisa mensejahterakan rakyat ketimbang dibangun di laut lepas," kata peneliti‎ dari‎ Center for Indonesian Political and Social Studies (CIPSS), Hailuki kepada Kantor Berita Politik RMOL,  Rabu (24/2).

Menurut dia, dalam membangun kilang tersebut banyak aspek yang harus dipertimbangkan. Mulai dari aspek efisiensi, resiko dan yang terpenting adalah pemberdayaan lingkungan, serta manfaat buat masyarakat.


"Dari dua opsi yang ada, menurut saya membangun kilang di darat adalah opsi yang tepat. Roda perekonomian rakyat bisa terangkat, ketimbang di laut lepas," ujarnya.

Pengamat dari Universitas Nasional (Unas) ini berharap, presiden Jokowi tidak salah dalam mengambil keputusan seperti pembangunan kereta api cepat Jakarta-Bandung yang tanpa konsep yang matang.

"Semuanya tiba-tiba. Tapi untuk pembangunan kilang gas abadi Blok Masela banyak kajian yang condong ke opsi di darat. Dan ini harus menjadi pertimbangan presiden," ujarnya.

Hailuki juga mengingatkan Presiden Jokowi, tentang materi kampanyenya yang ingin membangun wilayah dari pesisir. Tentunya, efek dari membangun tersebut adalah masyarakat (people).

"Nah, kalau dibangun di laut, apa efek positif yang dirasakan masyarakat setempat. Kalau pada akhirnya presiden memilih opsi di laut, maka kecurigaan publik terjawab kalau dibalik itu semua adalah kepentingan asing. Sama halnya dengan pembangunan kereta api cepat. Artinya pemerintah ditekan oleh kepentingan asing" tambahnya.

Tak itu saja, publik semakin memahami kalau presiden yang mereka harapkan bisa mensejahterakan rakyat, ternyata tidak paham konsep Trisakti dan Nawacita sesungguhnya.

"Semakin kuat kesan kalau program Trisakti dan Nawacita hanya jargon belaka alias dagangan di kampanye saja," demikian Hailuki. [sam]

Populer

Mantan Jubir KPK Tessa Mahardhika Lolos Tiga Besar Calon Direktur Penyelidikan KPK

Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

Sarjan Diduga Terima Proyek Ratusan Miliar dari Bupati Bekasi Sebelum Ade Kuswara

Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06

Kejagung Copot Kajari Kabupaten Tangerang Afrillyanna Purba, Diganti Fajar Gurindro

Kamis, 25 Desember 2025 | 21:48

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

8 Jenderal TNI AD Pensiun Jelang Pergantian Tahun 2026, Ini Daftarnya

Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

UPDATE

Investigasi Kecelakaan Jeju Air Mandek, Keluarga Korban Geram ? ?

Sabtu, 27 Desember 2025 | 17:52

Legislator Nasdem Dukung Pengembalian Dana Korupsi untuk Kesejahteraan Rakyat

Sabtu, 27 Desember 2025 | 17:43

Ledakan Masjid di Suriah Tuai Kecaman PBB

Sabtu, 27 Desember 2025 | 16:32

Presiden Partai Buruh: Tidak Mungkin Biaya Hidup Jakarta Lebih Rendah dari Karawang

Sabtu, 27 Desember 2025 | 16:13

Dunia Usaha Diharapkan Terapkan Upah Sesuai Produktivitas

Sabtu, 27 Desember 2025 | 15:26

Rehabilitasi Hutan: Strategi Mitigasi Bencana di Sumatera dan Wilayah Lain

Sabtu, 27 Desember 2025 | 15:07

Pergub dan Perda APBD DKI 2026 Disahkan, Ini Alokasinya

Sabtu, 27 Desember 2025 | 14:52

Gebrakan Sony-Honda: Ciptakan Mobil untuk Main PlayStation

Sabtu, 27 Desember 2025 | 14:24

Kebijakan Purbaya Tak Jauh Beda dengan Sri Mulyani, Reshuffle Menkeu Hanya Ganti Figur

Sabtu, 27 Desember 2025 | 14:07

PAN Dorong Perlindungan dan Kesejahteraan Tenaga Administratif Sekolah

Sabtu, 27 Desember 2025 | 13:41

Selengkapnya