Berita

foto:net

Kasus Kalijodo Siapa Yang Kosro

Puluhan Tahun Dibiarkan, Kini Digusur Paksa
KAMIS, 18 FEBRUARI 2016 | 09:39 WIB | HARIAN RAKYAT MERDEKA

Sejak tahun 1950 kawasan Kalijodo, Jakarta Utara telah eksis menjadi area hiburan malam. Sekarang, setelah puluhan tahun dibiarkan pemerintah, kini daerah itu akan digusur paksa dengan alasan berada di lahan ruang terbuka hijau (RTH). Warga pun menolak penggusuran. Mereka yang bertahan mengaku punya surat-surat sah atas kepemilikan tanah. Sementara pemerintah tetap ingin menggusur dan siap melakukan pemaksaan. Pertanyaannya, siapa yang kosro alias ngawur dalam kasus ini. Pemerintah atau masyarakat?

Hari ini, Pemprov DKI Jakarta langsung melayangkan surat peringatan pertama (SP-1) kepada warga yang tinggal di Kalijodo. Surat itu merupakan keputusan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok usai melakukan rapat dengan instansi terkait. Artinya, setelah SP-1 keluar, maka dalam waktu 11 hari Kalijodo akan dibongkar. Nah, sisa waktu itu merupakan kesempatan warga untuk pergi atau membongkar sendiri bangunan yang dianggap Ahok berdiri di atas RTH.

"Kalau tak membongkar sendiri juga, maka kami bantu bongkar (ditertibkan)," ujar Ahok usai rapat koordinasi di Mapolda Metrojaya, Jakarta, kemarin.


Menilik ke belakang, Kalijodo sudah ramai sejak masa kolonial Belanda, di tahun 1600 daerah pinggiran Kali Angke itu menjadi tempat etnis Tionghoa mencari wanita. Sejarawan JJ Rizal menyebut Kalijodo berasal dari kata 'Kali dan Jodo'. Kali yang berarti sungai, merujuk pada Kali Angke yang memang ada di lokasi itu. Sementara kata 'Jodo' berasal dari tradisi pencarian jodoh yang memang kerap dilakukan di lokasi tersebut.

Memasuki abad 20, Kalijodo berkembang sebagai tempat hiburan yang tidak hanya diincar para pria asal etnis Tionghoa. Kalijodo yang dekat dengan pelabuhan menjadi tempat hiburan bagi para kuli pelabuhan saat kapal bersandar di Sunda Kelapa. Lama kelamaan, Kalijodo terkenal sebagai daerah pelacuran. Apalagi setelah pemerintah menutup lokalisasi pelacuran Kramat Tunggak pada 1999, Kalijodo mendadak tenar.

Momentum penggusuran Kalijodo itu sebenarnya diawali pada kejadian kecelakaan maut pengendara mobil Fortuner dengan pengendara sepeda motor yang menewaskan empat orang di Jalan Daan Mogot, Jakarta Barat, awal bulan ini. Ternyata, pengendara Fortuner itu mengaku sedang dalam kondisi mabuk usai minum bir di tempat hiburan malam kawasan Kalijodo, Jakarta Utara. Nah setelah itulah, ramai wacana penggusuran tempat itu.

Pengamat Tata Kota dari Universitas Trisakti, Nirwono Joga menyatakan, Ahok seperti tidak ingin ketinggalan momentum soal prostitusi untuk mengubah Kalijodo menjadi RTH. Padahal, program RTH sudah ada sejak tahun 2002. "Mumpung masih ada momentumnya, jadi buru-buru digusur," ujar Nirwono, kemarin.

Sebenarnya, bukan prostitusi yang ingin dihilangkan oleh pemerintah. Tetapi, penggusuran Kalijodo yang terbilang sulit. Dalam hal ini, Nirwono menyebut pemerintah dan warga Kalijodo dalam hal ini sama-sama kosro alias ngawur.

Dia menganggap pemerintah membiarkan Kalijodo menjadi tempat prostitusi dan tidak menegakkan aturan RTH yang sudah ada sejak tahun 2002. Sedangkan warganya, dianggap tidak peduli lingkungan dan keukeuh tinggal di daerah rawan banjir. "Jadi, kita komitmen dulu pemerintah sama warga Jakarta mau ngga bebas banjir. Kalau mau, keduanya jangan kosro dong," terangnya.

Menurutnya, kedua pihak harus win-win solution, dalam bersikap saat penggusuran Kalijodo. Pemerintah, harus memperhatikan betul warga Kalijodo seperti pemberian rusun, pekerjaan dan program anak di kawasan itu. "Warga Kalijodo harus disebar 3-5 rusun. Soalnya, kalau ngumpul di satu tempat bisa buat bisnis serupa lagi," katanya. ***

Populer

Mantan Jubir KPK Tessa Mahardhika Lolos Tiga Besar Calon Direktur Penyelidikan KPK

Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

Sarjan Diduga Terima Proyek Ratusan Miliar dari Bupati Bekasi Sebelum Ade Kuswara

Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06

Kejagung Copot Kajari Kabupaten Tangerang Afrillyanna Purba, Diganti Fajar Gurindro

Kamis, 25 Desember 2025 | 21:48

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

8 Jenderal TNI AD Pensiun Jelang Pergantian Tahun 2026, Ini Daftarnya

Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

UPDATE

Investigasi Kecelakaan Jeju Air Mandek, Keluarga Korban Geram ? ?

Sabtu, 27 Desember 2025 | 17:52

Legislator Nasdem Dukung Pengembalian Dana Korupsi untuk Kesejahteraan Rakyat

Sabtu, 27 Desember 2025 | 17:43

Ledakan Masjid di Suriah Tuai Kecaman PBB

Sabtu, 27 Desember 2025 | 16:32

Presiden Partai Buruh: Tidak Mungkin Biaya Hidup Jakarta Lebih Rendah dari Karawang

Sabtu, 27 Desember 2025 | 16:13

Dunia Usaha Diharapkan Terapkan Upah Sesuai Produktivitas

Sabtu, 27 Desember 2025 | 15:26

Rehabilitasi Hutan: Strategi Mitigasi Bencana di Sumatera dan Wilayah Lain

Sabtu, 27 Desember 2025 | 15:07

Pergub dan Perda APBD DKI 2026 Disahkan, Ini Alokasinya

Sabtu, 27 Desember 2025 | 14:52

Gebrakan Sony-Honda: Ciptakan Mobil untuk Main PlayStation

Sabtu, 27 Desember 2025 | 14:24

Kebijakan Purbaya Tak Jauh Beda dengan Sri Mulyani, Reshuffle Menkeu Hanya Ganti Figur

Sabtu, 27 Desember 2025 | 14:07

PAN Dorong Perlindungan dan Kesejahteraan Tenaga Administratif Sekolah

Sabtu, 27 Desember 2025 | 13:41

Selengkapnya