Berita

net

Bisnis

Menteri Lingkungan Norwegia Kunjungi Industri Sawit PT YWA

SABTU, 06 FEBRUARI 2016 | 00:45 WIB | LAPORAN:

Menteri Perubahan Iklim dan Lingkungan Hidup Norwegia Vidar Helgesen mengunjungi perkebunan swasta nasional PT Yudha Wahana Abadi (YWA) di Desa Merapun, Kecamatan Kelay, Kabupaten Berau, Kalimantan Timur.

Dalam kunjungan yang berlangsung Kamis kemarin (4/2) Helgesen dan rombongan didampingi Duta Besar Norwegia untuk Indonesia Stig Traavik.

Turut pula mendampingi bupati-wakil bupati Berau terpilih Muharram dan Agus Tamtomo, perwakilan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, serta manajemen The Nature Conservation. Kunjungan diterima langsung Sutedjo Halim selaku managing director Triputra Agro Persada (TAP) yang merupakan grup induk usaha YWA, juga Disa Suherdis selaku managing director YWA.  


Sutedjo mengatakan, TAP memiliki komitmen kuat dan berkelanjutan yang meliputi kontribusi untuk pembangunan nasional, komitmen memenuhi global mengakui standar keberlanjutan, mendukung komunitas lokal, mencapai kondisi ramah lingkungan, dan selalu berupaya mencapai operasional yang excellence.

"Kunjungan ini penting  bagi industri kelapa sawit agar Menteri Lingkungan Hidup Norwegia melihat dari dekat bahwa perkebunan sawit di Indonesia dikelola dengan komitmen kelestarian lingkungan atau sustainability," ungkapnya kepada redaksi, Jumat (5/2).

Dalam kunjungan itu, TAP juga memaparkan komitmennya untuk pencegahan kebakaran lahan. Karena disadari bahwa pencegahan kebakaran lebih efektif, lebih murah dan sangat membantu penurunan emisi gas rumah kaca. Hal ini penting mengingat pemerintah Norwegia memberi dukungan bagi Indonesia untuk mengurangi emisi gas rumah kaca.

Menurut Sutedjo, Grup TAP termasuk YWA juga memahami pentingnya pengurangan emisi gas. Terkait itu, beberapa hal yang dilakukan adalah manajemen kebakaran. Karena dengan mencegah kebakaran akan memberi dampak besar untuk pengurangan emisi gas rumah kaca.

"Belajar dari kebakaran hutan dan lahan dari tahun-tahun sebelumnya, manajemen pencegahan kebakaran adalah kuncinya. Untuk itu TAP menekankan pada pencegahan kebakaran dan secara aktif mendorong partisipasi masyarakat lokal di sekitar perkebunan," lanjutnya.

Kedua adalah lebih menekankan pada intensifikasi bukan ekspansi atau ekstensifikasi dalam pengelolaan lahan. Hal itu terjadi karena kawasan untuk ekspansi yang sangat terbatas.

"Kami percaya bahwa menerapkan good agriculture practices (GAP) untuk perkebunan kelapa sawit tidak hanya akan meningkatkan produktivitas, juga akan mengurangi biaya dan ramah terhadap lingkungan," jelas Sutedjo.

Terakhir, Grup TAP berkomitmen untuk zero waste. Dalam hal ini, dengan berencana membangun unit biogas dan kompos di salah satu anak perusahaan di Kalimantan Tengah sebagai pilot project.

Sementara itu Disa Suherdis menambahkan, Indonesia adalah penghasil CPO (minyak sawit) terbesar di dunia dan menjadi sumber penghasilan bagi jutaan rakyat.

"Sebanyak 43 persen dari kebun sawit di Indonesia dimiliki petani swadaya yang sangat penting untuk perekonomian masyarakat. Karenanya, sustainability adalah keniscayaan agar industri ini menjadi berkelanjutan," bebernya.

Kehadiran perkebunan dan pengolahan kelapa sawit seperti YWA di Kabupaten Berau tentunya dapat membantu perekonomian daerah, seperti pembangunan infrastruktur, pendidikan, dukungan terhadap adat dan kesehatan masyarakat.

Sebagai bagian dari TAP group, YWA mengacu pada kerangka kerja yang meliputi perhatian kepada 3P, yakni profit (laba), people (manusia) dan planet (lingkungan) yang menjadi dasar dalam pelaksanaan sustainability perkebunan dan pabrik pengolahan sawit yang dikelola secara baik.

Kehadiran bupati dan wakil bupati Berau terpilih dalam menyambut kunjungan delegasi Norwegia juga menjadi pertanda pentingnya industri sawit yang dikelola dengan baik bagi Kabupaten Berau. [wah]

Populer

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

Kejagung Ancam Tak Perpanjang Tugas Jaksa di KPK

Sabtu, 20 Desember 2025 | 16:35

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

Tamparan bagi Negara: WNA China Ilegal Berani Serang Prajurit TNI di Ketapang

Sabtu, 20 Desember 2025 | 09:26

UPDATE

DAMRI dan Mantan Jaksa KPK Berhasil Selamatkan Piutang dari BUMD Bekasi

Selasa, 23 Desember 2025 | 14:12

Oggy Kosasih Tersangka Baru Korupsi Aluminium Alloy Inalum

Selasa, 23 Desember 2025 | 14:09

Gotong Royong Penting untuk Bangkitkan Wilayah Terdampak Bencana

Selasa, 23 Desember 2025 | 14:08

Wamenkum: Restorative Justice Bisa Diterapkan Sejak Penyelidikan hingga Penuntutan

Selasa, 23 Desember 2025 | 14:04

BNI Siapkan Rp19,51 Triliun Tunai Hadapi Libur Nataru

Selasa, 23 Desember 2025 | 13:58

Gus Dur Pernah Menangis Melihat Kerusakan Moral PBNU

Selasa, 23 Desember 2025 | 13:57

Sinergi Lintas Institusi Perkuat Ekosistem Koperasi

Selasa, 23 Desember 2025 | 13:38

Wamenkum: Pengaturan SKCK dalam KUHP dan KUHAP Baru Tak Halangi Eks Napi Kembali ke Masyarakat

Selasa, 23 Desember 2025 | 13:33

Baret ICMI Serahkan Starlink ke TNI di Bener Meriah Setelah 15 Jam Tempuh Medan Ekstrim

Selasa, 23 Desember 2025 | 13:33

Pemerintah Siapkan Paket Diskon Transportasi Nataru

Selasa, 23 Desember 2025 | 13:31

Selengkapnya