Berita

ilustrasi/net

Bisnis

Pertamina Lakukan Kejahatan Nyata Kepada Rakyat

JUMAT, 22 JANUARI 2016 | 20:13 WIB | LAPORAN:

RMOL. Aksi jual BBM bersubsidi dengan harga lebih tinggi dari harga konsumsi untuk sektor industri yang diduga dilakukan oleh Pertamina merupakan kejahatan negara kepada rakyat.

Pengamat ekonomi dan politik dari UIN Syarif Hidayatullah, Pangi Syarwi mengatakan, Pertamina seharusnya menyesuaikan kondisi harga minyak dunia dan kondisi daya beli masyarakat yang sedang melemah.

"Ini tidak boleh terjadi. Ini bentuk yang benar-benar nyata kejahatan negara pada rakyatnya. Logikanya terbalik, solar untuk industri yang semestinya lebih mahal dari pada solar subsidi. Ini tentu tidak boleh dibiarkan,” kata dia dalam perbincangan dengan redaksi, Jumat (22/1).


Menurut dia, Pertamina seharusnya sudah mendapat untung besar dari margin minyak mentah kemudian di olah negara sebagi bagian dari cost produksi.

"Bagaimana ceritanya kemudian Pertamina mengambil keuntungan dari masyarakat yang sebetulnya sudah jauh dapat keuntungan (margin) yang amat besar dari biaya produksi,” tegasnya.

Seperti diketahui, harga Means of Platts Singapore (MOPS) untuk jenis solar saat ini sudah menyentuh harga USD40 per barel, yang artinya jika dirupiah dan diliterkan, harga keekonomian solar berdasarkan MOPS adalah Rp3.500/liter (belum termasuk biaya pengangkutan dan pajak)

Ongkos kirim katakanlah USD3 per barel (Rp300/liter) dan PPN 10 persen (Rp380/liter) ditambah PBBKB 5 persen (Rp190/liter) maka semestinya harga solar non subsidi di Indonesia berkisar di harga Rp4.370-Rp4.500 per liter.

Tapi kenyataannya harga Solar subsidi sampai saat ini Rp5.750 per liternya (Harga keekonomian: Rp6.750 per liter) ada selisih harga Rp2.380 dari harga keekonomian (selisih Rp1.380 dari harga subsidi).

Tentunya Pertamina meraup keuntungan besar dari masyarakat. Dengan kondisi begini juga sangat tidak menutup kemungkinan ada pihak yang berani menjual harga solar non subsidi di bawah harga solar subsidi.

Seperti yang pernah terjadi pada bulan Agustus 2015 lalu yang saat itu harga solar subsidi di SPBU dijual dengan harga Rp6.900 per liter, PT AKR Corporindo Tbk, justru menjual solar industri di level Rp 6.400 per liter, lebih murah Rp 500 per liter. [sam]

Populer

Mantan Jubir KPK Tessa Mahardhika Lolos Tiga Besar Calon Direktur Penyelidikan KPK

Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

8 Jenderal TNI AD Pensiun Jelang Pergantian Tahun 2026, Ini Daftarnya

Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17

UPDATE

Ekonom: Pertumbuhan Ekonomi Akhir Tahun 2025 Tidak Alamiah

Jumat, 26 Desember 2025 | 22:08

Lagu Natal Abadi, Mariah Carey Pecahkan Rekor Billboard

Jumat, 26 Desember 2025 | 21:46

Wakapolri Kirim 1.500 Personel Tambahan ke Lokasi Bencana Sumatera

Jumat, 26 Desember 2025 | 21:45

BNPB: 92,5 Persen Jalan Nasional Terdampak Bencana Sumatera Sudah Diperbaiki

Jumat, 26 Desember 2025 | 21:09

Penerapan KUHP Baru Menuntut Kesiapan Aparat Penegak Hukum

Jumat, 26 Desember 2025 | 20:37

Ancol dan TMII Diserbu Ribuan Pengunjung Selama Libur Nataru

Jumat, 26 Desember 2025 | 20:26

Kebijakan WFA Sukses Dongkrak Sektor Ritel

Jumat, 26 Desember 2025 | 19:56

Dua Warga Pendatang Yahukimo Dianiaya OTK saat Natal, Satu Tewas

Jumat, 26 Desember 2025 | 19:42

21 Wilayah Bencana Sumatera Berstatus Transisi Darurat

Jumat, 26 Desember 2025 | 19:32

Jangan Sampai Aceh jadi Daerah Operasi Militer Gegara Bendera GAM

Jumat, 26 Desember 2025 | 18:59

Selengkapnya