Tahun 2016 tahun yang penuh tantangan bagi sektor pertanian, satu diantaranya adalah mulai efektifnya implementasi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA).
Ketua Umum Himpunan Kerukunan Tani Indonesia, Fadli Zon, mengatakan perlunya mendorong dan memastikan kesiapan sektor pertanian menghadapi MEA.
"Kata kunci dalam MEA adalah daya saing. Jika komoditas pertanian tidak punya daya saing, Indonesia dibanjiri produk luar dan hanya menjadi pasar. Di sisi lain, produk kita tidak laku di pasar luar," kata Fadli dalam keterangannya kepada redaksi (Senin, 4/1).
Menurut dia ada tiga hal yang perlu diperhatikan terkait kesiapan sektor pertanian. Pertama, regulasi baik pusat maupun daerah yang pro pertanian. Kedua, infrastruktur pertanian di sentra produksi. Ketiga, program pembinaan.
Tantangan lain, katanya, hadir dari faktor alam seperti perubahan iklim. Faktor perubahan pola curah hujan yang seringkali mengakibatkan kekeringan dan banjir, juga penting untuk diantisipasi dengan strategi mitigasi dan adaptasi.
"Kita harus belajar dari kejadian 2015. Jika tidak, bukan hanya kualitasnya yang tidak ada daya saing, namun juga kuantitasnya akan berkurang signifikan," kata Fadli yang juga wakil ketua DPR RI.
Dengan menyentuh masalah mendasar, kata Fadli, sektor pertanian bisa lebih siap lagi menghadapi MEA. Pemerintah, katanya, harus serius mengembangkan desa penangkar benih, terutama di luar jawa. Desa dengan dana APBN harus dapat menjadi pemenuh kebutuhan usaha tani terhadap benih untuk berproduksi sehingga roda perekonomian desa berputar semakin lancar.
Permasalahan klasik distribusi pupuk, sebut Fadli, harus dituntaskan. HKTI memandang lebih tepat TNI-Polri, dengan kemampuan utama yang dimilikinya, dilibatkan dalam pengawasan dan penindakan hukum dalam distribusi pupuk sehingga tidak langka, harga terjangkau, dan tepat waktu.
"Posisi mengawasi distribusi pupuk di lapangan, menjadikan TNI-Polri tepat guna dan semakin mendukung upaya khusus (Upsus) pemerintah disektor pertanian menjadi tepat," tukasnya.
[dem]