Pemerintah harus mengkaji kembali kebijakan swasembada berasnya.
Sebab, dalam jangka waktu setahun ini, target mewujudkan swasembada beras tidak akan mungkin berhasil.
Demikian pendapat pengamat ekonomi Institute for Development of Economic and Finance (Indef) Berly Martawardaya dalam diskusi bertema bertema "Menjaga Ingatan: Ekonomi dan Politik 2015" di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu (19/12).
Berly mengatakan, masih ada beberapa tahapan teknis yang harus dibenahi pemerintah terlebih dahulu sebelum masuk ke swasembada beras, seperti perbaikan-perbaikan irigasi, bibit dan distribusi dan pencairan dana yang cepat.
Berly mengatakan, masih ada beberapa tahapan teknis yang harus dibenahi pemerintah terlebih dahulu sebelum masuk ke swasembada beras, seperti perbaikan-perbaikan irigasi, bibit dan distribusi dan pencairan dana yang cepat.
"Setahun itu waktu yang sempit, perbaikan irigasi, bibit dan distribusi itu perlu waktu, apalagi penurunan dana selalu telat. Jadi nggak mungkin swasembada beras bisa selesai tahun ini," kata Berly.
Berly menilai target pemerintah dalam swasembada beras dalam waktu satu tahun justru merugikan rakyat. Menurut kajian yang dilakukan Indef, beber dia, kebijakan menaikkan harga beras merupakan miss management yang berdampak pada naiknya angka kemiskinan
"Tahun ini jumlah kemiskinan naik jadi 852 ribu, sebagian besar karena beras. Hampir 30 persen dari pembelian masyarakat miskin. Kalau beras tidak tercapai, terlalu mahal, ya ini menambah orang miskin di Indonesia," imbuhnya
Lebih lanjut, Berly menjelaskan pemerintah harus punya tahapan dalam mewujudkan swasembada beras. Tak hanya itu, pemerintah juga harus memiliki data yang jelas mengenai target yang akan dicapai.
"Kita punya target tapi kita juga harus punya tahapan, nah target dari pak Jokowi juga tidak tahu apa. Jangan dipaksakan yang akhirnya yang rugi malah rakyatnya sendiri plus datanya nggak benar, datanya cuma proyeksi sehingga masih diragukan faliditasnya, ini harus dievaluasi sehingga tahun depan harus menggunakan data yang valid yang tinggi faliditasnya," tutup Berly
.[wid]