Berita

Politik

Kita Dialihkan Agar Lupa Kejahatan-kejahatan Freeport

JUMAT, 04 DESEMBER 2015 | 12:55 WIB | LAPORAN: ALDI GULTOM

Kasus etik Ketua DPR RI, Setya Novanto, terkait pertemuannya dengan Freeport Indonesia bersama pengusaha minyak M. Riza Chalid, adalah potongan kecil dari perang besar antar geng mafia tambang dan migas di Indonesia.

Pengamat pertambangan dari Indonesian Resources Studies (IRESS), Marwan Batubara, mengatakan, perang antar geng itu terjadi karena Presiden Joko Widodo tidak berani mengambil tanggung jawab dalam dalam hal negosiasi pemerintah dengan PT Freeport Indonesia. (Baca juga:
Payah, Jokowi Mereduksi Tanggung Jawab Urus Freeport Ke Sofyan Djalil)

"Selama ini dia bersembunyi. Kehadiran presiden ini yang kita butuhkan, tapi sekarang masing-masing kan sibuk cari rente. Perang antar geng ini terjadi karena Jokowi-nya enggak ada," tegas Marwan, saat diwawancara beberapa saat lalu (Jumat, 4/12).

"Selama ini dia bersembunyi. Kehadiran presiden ini yang kita butuhkan, tapi sekarang masing-masing kan sibuk cari rente. Perang antar geng ini terjadi karena Jokowi-nya enggak ada," tegas Marwan, saat diwawancara beberapa saat lalu (Jumat, 4/12).

Marwan menuntut pemerintah gigih memperjuangkan kewajiban-kewajiban yang mesti segera dipenuhi Freeport Indonesia, terkait royalti, divestasi, smelter dan kompensasi kerusakan lingkungan hidup di tanah Papua.

Dia berharap pemerintah tidak terkesan "main-main". Apalagi menyangkut royalti yang masuk dalam item penerimaan negara. Soal divestasi dan smelter pun sudah tertera dalam aturan pemerintah. Walau tak mengatur soal lokasi pembangunan smelter, namun secara logika smelter harus dibangun di Papua agar orang Papua mendapat untung lebih banyak.

Marwan menegaskan, kasus pelanggaran etika Setya Novanto tidak ada apa-apanya jika dibandingkan kejahatan-kejahatan Freeport terhadap rakyat di Papua dan bangsa Indonesia.

"Kita seperti dialihkan agar lupa terhadap kejahatan-kejahatan Freeport. Pemerintah tidak maksimal dalam negosiasi, malah membiarkan IPO (initial public offering)," sesal Marwan. [ald]

Populer

Mantan Jubir KPK Tessa Mahardhika Lolos Tiga Besar Calon Direktur Penyelidikan KPK

Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26

Kejagung Copot Kajari Kabupaten Tangerang Afrillyanna Purba, Diganti Fajar Gurindro

Kamis, 25 Desember 2025 | 21:48

Sarjan Diduga Terima Proyek Ratusan Miliar dari Bupati Bekasi Sebelum Ade Kuswara

Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

8 Jenderal TNI AD Pensiun Jelang Pergantian Tahun 2026, Ini Daftarnya

Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

UPDATE

Bangunan di Jakarta Bakal Diaudit Cegah Kebakaran Maut Terulang

Senin, 29 Desember 2025 | 20:13

Drama Tunggal Ika Teater Lencana Suguhkan Kisah-kisah Reflektif

Senin, 29 Desember 2025 | 19:53

Ribuan Petugas Diturunkan Jaga Kebersihan saat Malam Tahun Baru

Senin, 29 Desember 2025 | 19:43

Markus di Kejari Kabupaten Bekasi Mangkir Panggilan KPK

Senin, 29 Desember 2025 | 19:35

DPP Golkar Ungkap Pertemuan Bahlil, Zulhas, Cak Imin, dan Dasco

Senin, 29 Desember 2025 | 19:25

Romo Mudji Tutup Usia, PDIP Kehilangan Pemikir Kritis

Senin, 29 Desember 2025 | 19:22

Kemenkop Perkuat Peran BA dalam Sukseskan Kopdes Merah Putih

Senin, 29 Desember 2025 | 19:15

Menu MBG untuk Ibu dan Balita Harus Utamakan Pangan Lokal

Senin, 29 Desember 2025 | 19:08

Wakapolri Groundbreaking 436 SPPG Serentak di Seluruh Indonesia

Senin, 29 Desember 2025 | 19:04

Program Sekolah Rakyat Harus Terus Dikawal Agar Tepat Sasaran

Senin, 29 Desember 2025 | 18:57

Selengkapnya