Berita

Dunia

Indonesia Perlu Menggalang Persatuan Antara Negara Berkembang Dalam Negosiasi Perubahan Iklim

SELASA, 01 DESEMBER 2015 | 16:28 WIB | OLEH: PIUS GINTING

PENINGKATAN suhu bumi telah terjadi sejak Revolusi Industri sejak tahun 1780-an, terutama terkait dengan kegiatan ekonomi negara maju (negara kapitalis kaya).Maka negara berkembang mendesak agar negara maju mengambil tanggung jawab lebih besar dalam mengurangi gas rumah kaca di bumi.Sehingga dikenal prinsip Common But Differentiated Responsibility (Tanggung Bersama dengan Tingkat Berbeda). Pelaksanaan prinsip ini menjadi perdebatan sengit dan hambatan dalam tercapainya kesepakatan dalam Konferensi Perubahan Iklim sebelumnya.

Negara berkembang menginginkan negara maju mengambil tanggung jawab lebih dalam mengatasi perubahan iklim.diantara lewat transfer teknologi untuk mengurangi perubahan iklim, pendanaan dari negara maju bagi negara berkembang untuk beradaptasi dengan perubahan iklim yang telah terjadi.

Amerika Serikat sebagai negara salah satu terbesar pengemisi secara akumulatif menginginkan agar negara berkembang seperti China dan India juga mengurangi emisinya. Telah ada komitmen dari China mengurangi emisinya menjadi 60-65% pada tahun 2030 dibanding tahun 2005.

Namun semua pengurangan ini, berdasarkan analisa komitmen semua negara yang dikenal dengan INDC (Intended Nationally Determined Contributions) belum cukup membuat agar suhu bumi naik dibawah 2 OC. Komitmen yang telah tertuang tersebut kurang dari setengah dari pengurangan emisi yang dibutuhkan  pada tahun 2030. Kendati negara berkembang telah mengambil peran yang adil dalam mengurangi emisinya, menurut kajian organisasi masyarakat sipil.

Negara seperti Indonesia harus terus memperbaiki pengelolaan sumber daya alam di dalam negeri agar melakukan ekonomi yang tidak merusak iklim, seperti kejadian kebakaran lahan tahun ini; dan berhenti menjadi pasar teknologi kotor seperti teknologi pembangkit batubara dari negeri maju, menghentikan pembangunan infrastruktur yang mendorong peningkatan penggunanaan energi paling tinggi emisinya gas rumah kaca, yakni rel kereta api batubara.

Sekaligus, dalam Konferensi Perubahan Iklim di Paris, Presiden Jokowi diharapkan menggalang persatuan diantara negara G77 untuk mendorong negara maju mengambil peran lebih dari yang ada sekarang untuk melakukan tindakan mitigasi dan membantu adapatasi dari dampak perubahan iklim bagi negara berkembang.[***]


*Penulis merupakan kepala Unit Kajian Eksekutif Nasional WALHI


Populer

Duit Sitaan Korupsi di Kejagung Tak Pernah Utuh Kembali ke Rakyat

Senin, 10 Maret 2025 | 12:58

Menag Masih Pelajari Kasus Pelarangan Ibadah di Bandung

Senin, 10 Maret 2025 | 20:00

Polda Metro Didesak Segera Periksa Pemilik MNC Asia Holding Hary Tanoe

Minggu, 09 Maret 2025 | 18:30

Nyanyian Riza Chalid Penting Mengungkap Pejabat Serakah

Minggu, 09 Maret 2025 | 20:58

Usia Pensiun TNI Bakal Diperpanjang, Ketum PEPABRI: Kalau 58 Tahun Kan Masih Lucu-Lucunya

Senin, 10 Maret 2025 | 19:58

KPK Kembali Panggil Pramugari Tamara Anggraeny

Kamis, 13 Maret 2025 | 13:52

Ekonom: Hary Tanoe Keliru Bedakan NCD dan ZCB

Kamis, 13 Maret 2025 | 19:53

UPDATE

Loyalis Jokowi, Jeffrie Geovanie Sangat Tidak Layak Gantikan Menteri BUMN Erick Thohir

Sabtu, 15 Maret 2025 | 11:22

Rapor IHSG Sepekan Lesu, Kapitaliasi Pasar Anjlok Rp215 Triliun

Sabtu, 15 Maret 2025 | 11:07

DJP: Pajak Ekonomi Digital Capai Rp33,56 Triliun hingga Akhir Februari 2025

Sabtu, 15 Maret 2025 | 10:47

Kualitas Hilirisasi Ciptakan Lapangan Kerja Lebih Luas

Sabtu, 15 Maret 2025 | 10:44

Pengacara Klaim Duterte Diculik karena Dendam Politik

Sabtu, 15 Maret 2025 | 10:19

Harga Emas Antam Lebih Murah Hari Ini Usai Cetak Rekor Tertinggi

Sabtu, 15 Maret 2025 | 10:08

Menko Airlangga Ajak Pengusaha Gotong Royong

Sabtu, 15 Maret 2025 | 09:48

Fraksi PAN Salurkan 3.000 Paket Sembako untuk Rakyat

Sabtu, 15 Maret 2025 | 09:47

Universitas Columbia Cabut Gelar Akademik 22 Mahasiswa

Sabtu, 15 Maret 2025 | 09:34

Tanggapi Usulan Menhub, Kadin: Tidak Semua Usaha Bisa Terapkan WFA Saat Mudik

Sabtu, 15 Maret 2025 | 09:13

Selengkapnya