Berita

syahrul efendi dasopang

Publika

Akar Terorisme Adalah Ketidakpuasan, Barat Harus Introspeksi

SENIN, 23 NOVEMBER 2015 | 03:56 WIB

BELAKANGAN ini berita terorisme dari sekelompok yang mengatasnamakan Daulah Islamiyah (Dais) atau yang dikenal secara luas di Indonesia dengan nama ISIS menggegerkan dunia. Hal itu karena kemampuan aksi serangan mereka di luar prediksi yang digelar secara cepat dan beruntun menyasar kepentingan negara-negara besar, seperti Rusia dan Prancis.

Hasil dari situasi ini menimbulkan pemahaman pada publik dunia bahwa serangan Dais dapat menjangkau area manapun di dunia ini. Hasil selanjutnya ialah tersisa pertanyaan yang tak terjawab: mengapa serangan Dais muncul dan untuk maksud apa?

Sebenarnya masalah terorisme internasional yang melanda kepentingan negara-negara besar dunia berakar dari ketidakpuasan atas tatanan dunia yang berlangsung dewasa ini, ditambah dengan sikap, perilaku dan tindakan yang juga tidak memuaskan dari umumnya negara-negara penentu seperti Amerika Serikat dan negara-negara besar Eropa terhadap dunia, khususnya terhadap umat Islam.


Kelakuan korup dan suka menindas dari negara-negara penentu tersebut menyulut perlawanan dari sekelompok umat Islam yang berani mengambil sikap dan tindakan. Lama kelamaan muncullah kesadaran dengan sendirinya sehingga timbullah tuntutan akan perlunya kehadiran tatanan alternatif dunia dengan parameter Islam sebagai solusi final atas tatanan dunia yang korup yang telah berjalan dua abad.

Jadi kalau Barat dan elit-elit pengikut Barat terguncang oleh serangan dari sekelompok umat Islam seperti peristiwa penghancuran gedung WTC, penghancuran pesawat Rusia dan serangan terhadap kota Paris baru-baru ini, maka seharusnya respon yang mereka hadirkan adalah introspeksi diri dan menyadari akan hasil dari keadaan dan tatanan yang mereka ciptakan selama ini yang membawa ketidakpuasan bagi umat manusia.

Karena yang berani adalah sekelompok dari umat Islam, maka hal itu harusnya mereka pandang sebagai isyarat bahwa ketidakpuasan itu sudah berada pada ambang batas yang tidak dapat ditolerir. Sekiranya langkah introspeksi diri itu yang mereka tempuh, dunia tidak perlu terjebak lama dalam kekalutan dan ancaman. Jadi masalahnya, pada sikap dan tindakan negara-negara Barat penentu dunia tersebut.

Hendaknya disadari bahwa dunia yang berlangsung sekarang ini adalah dunia yang korup, menindas, rusak secara moral dan hanya dikontrol oleh segelintir elit yang korup di berbagai belahan dunia. Dari Indonesia hingga Irlandia, situasinya sama. Dari Zambia hingga Amerika, situasinya sama korupnya. Situasi yang diciptakan hanya untuk melayani segelintir elit bisnis dan politik.

Oleh sebab itu, menumpas perlawanan atas kekorupan dunia tersebut hanya akan mempercanggih bentuk-bentuk dan metode perlawanan. Dunia harusnya meyadari bagaimana dari Al-Qaida yang bersifat jejaring berubah lebih kuat dan canggih menjadi Daulah Islamiyah (Dais) yang bersifat entitas negara.

Di Indonesia, karena sikap toleransi yang tinggi dari masyarakat atas tatanan dan perilaku korup oleh elit-elit bisnis dan politiknya, maka gejolak ketidakpuasan belum terjadi secara membahayakan bagi elit-elit korup tersebut.

Drama skandal minta saham Freeport oleh elit politik dan bisnis Indonesia, masih diperlakukan sebagai drama yang senantiasa menghiasi akhir pekan hidup masyarakat yang dinikmati bergitu saja, bukan dikutuk apalagi dihukum secara langsung oleh masyarakat sendiri. Mungkin masyarakat Muslim Indonesia masih memerlukan waktu untuk dapat tersinggung atas tatanan korup yang mendera mereka. [***]

Syahrul Efendi Dasopang

Mantan Ketua Umum PB HMI

Populer

Masih Sibuk di Jogja, Pimpinan KPK Belum Tahu OTT di Lampung Tengah

Selasa, 09 Desember 2025 | 14:21

Pura Jadi Latar Film Porno, Hey Bali: Respons Aparat Dingin

Selasa, 09 Desember 2025 | 21:58

Kebun Sawit Milik POSCO Lebih dari Dua Kali Luas Singapura

Senin, 08 Desember 2025 | 19:12

Mahfud MD soal Bencana Sumatera: Menyuruh Pejabat Mundur Tidak Relevan

Rabu, 10 Desember 2025 | 05:53

Bangun Jembatan Harapan

Minggu, 07 Desember 2025 | 02:46

Distribusi Bantuan di Teluk Bayur

Minggu, 07 Desember 2025 | 04:25

Bahlil Minta Maaf Usai Prank Presiden Prabowo

Selasa, 09 Desember 2025 | 18:00

UPDATE

Kreditur Tak Boleh Cuci Tangan: OJK Perketat Aturan Penagihan Utang Pasca Tragedi Kalibata

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:15

Dolar Melemah di Tengah Data Tenaga Kerja AS yang Variatif

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:00

Penghormatan 75 Tahun Pengabdian: Memori Kolektif Haji dalam Buku Pamungkas Ditjen PHU

Rabu, 17 Desember 2025 | 07:48

Emas Menguat Didorong Data Pengangguran AS dan Prospek Pemangkasan Suku Bunga Fed

Rabu, 17 Desember 2025 | 07:23

Bursa Eropa Tumbang Dihantam Data Ketenagakerjaan AS dan Kecemasan Global

Rabu, 17 Desember 2025 | 07:01

Pembatasan Truk saat Nataru Bisa Picu Kenaikan Biaya Logistik

Rabu, 17 Desember 2025 | 06:46

Dokter Tifa Kecewa Penyidik Perlihatkan Ijazah Jokowi cuma 10 Menit

Rabu, 17 Desember 2025 | 06:35

Lompatan Cara Belajar

Rabu, 17 Desember 2025 | 06:22

Jakarta Hasilkan Bahan Bakar Alternatif dari RDF Plant Rorotan

Rabu, 17 Desember 2025 | 06:11

Dedi Mulyadi Larang Angkot di Puncak Beroperasi selama Nataru

Rabu, 17 Desember 2025 | 05:48

Selengkapnya