. Setelah terkendala isu penyadapan kepala negara dan hukuman mati kepada kurir narkoba, hubungan Australia dengan Republik Indonesia kembali baik dan berjalan seperti biasanya.
Hal itu dikatakan Duta Besar Australia untuk Indonesia, Paul Grigson, saat bertandang ke kantor redaksi Rakyat Merdeka, di Graha Pena, Jakarta, Selasa (10/11). Paul diterima Dewan Kebijakan Redaksi serta para pimpinan Rakyat Merdeka seperti Kiki Iswara, Ratna Susilowati, Ricky Handayani dan Kartika Sari.
Menurut Paul, suhu hubungan diplomatik yang memanas beberapa waktu lalu tidak akan mempengaruhi pencapaian-pencapaian besar yang telah dilakukan kedua negara.
"Jumlah turis baik dari Indonesia ke Australia dan sebaliknya terus bertambah, pertukaran pelajar kita terus meningkat, nilai kerjasama dagang semakin besar. Melihat itu semua bagaimana bisa mengatakan hubungan negara kita buruk?" ungkap Paul.
"Saya lebih setuju menyebut hubungan Indonesia dan Australia naik turun, tetapi tetap dilandasi suatu dasar yang sangat kuat. Lihat saja bagaimana kerjasama pariwisata, pertukaran pelajar dan perdagangan kita tumbuh," tambah pria yang gemar berolahraga ini.
Selain itu, PM Australia yang baru, Malcolm Turnbull, akan menemui Presiden Joko Widodo di Jakarta pada pekan mendatang. Ia menyebut kedatangan Turnbull nanti juga untuk memperkuat hubungan bilateral Indonesia-Australia.
"Selain akan membahas isu-isu umum, kedatangannya (Turnbull) akan lebih banyak bicara bisnis. Dan Presiden Jokowi adalah pebisnis sebelum ia menjadi presiden," kata Dubes yang pernah 7 tahun menjadi jurnalis ini.
Kesimpulan Paul adalah hubungan Indonesia dan Australia memang kerap mengalami perubahan suhu, namun tak akan mengganggu dasar yang sudah dibangun begitu lama dan kokoh. Ia menemukan istilah yang pas untuk menggambarkannya.
"Hubungan Indonesia dan Australia bagaikan pasangan dalam pernikahan," sebutnya.
[ald]