Asap kebakaran hutan di Sumatera dan Kalimantan makin menggila. Berdasarkan catatan Humas BNPB SuÂtopo Purwo Nugroho, terhitung sudah setelah dua bulan kabut asap membekap wilayah Sumatera dan KalimanÂtan 43 juta jiwa sudah terpapar dampak negatif asap yang mengandung partikel beracun bagi tubuh manusia.
Operasi pemadaman besar-besaran menggunakan bantuan asing tak menurunkan jumlah titik api. Sebaliknya justru titik-titik api baru bermunculan. Korban meninggal semakin banyak di kalangan bayi, anak balita, dan usia lanjut. Kementerian Kesehatan berjibaku menghÂadapi dampak kesehatan dari bencana itu:
Kondisi kesehatan warga yang terpapar kabut asap semakin parah, bantuan pemerintah dinilai tidak mencuÂkupi, ini bagaimana?
Ya ini sudah darurat kesehaÂtan, tidak bisa dibiarkan. Dari data Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU) yang telah kami terima, bagi kami sekarang telah terjadi darurat kesehatan. Kami minta gubernur tetapkan tangÂgap darurat supaya pemerintah pusat bisa bantu, status darurat kesehatan ditetapkan ketika pemerintah daerah menyatakan perlu dukungan untuk mengatasi masalah di wilayahnya sendiri. Saat itulah, pemerintah pusat wajib mengulurkan bantuan.
Ya ini sudah darurat kesehaÂtan, tidak bisa dibiarkan. Dari data Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU) yang telah kami terima, bagi kami sekarang telah terjadi darurat kesehatan. Kami minta gubernur tetapkan tangÂgap darurat supaya pemerintah pusat bisa bantu, status darurat kesehatan ditetapkan ketika pemerintah daerah menyatakan perlu dukungan untuk mengatasi masalah di wilayahnya sendiri. Saat itulah, pemerintah pusat wajib mengulurkan bantuan.
Saat ini kondisinya bukankah sudah darurat, tapi beÂlum ada bantuan berarti dari pemerintah pusat? Kementerian Kesehatan seÂjauh ini telah mengirimkan bantuan logistik dan tenaga kesehatan guna menanggulangi dampak kesehatan akibat paÂparan asap. Sampai dengan26 Oktober 2015, telah dikirimÂkan 37,806.4 ton bantuan yang terdiri dari obat-obatan, masker, oxygen, MP(Makanan Pendamping) air susu ibu bagi bayi, PMT (Pemberian Makanan Tambahan) bagi ibu hamil. Bantuan tersebut disalurkan ke provinsi Aceh, kepulauan Riau, Sumetera Selatan, Sumatera utara, bangka Belitung, Jambi, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, dan Kalimantan Utara. Sementara untuk tenaga kesehatan telah dikirimkan 2 dokter spesialis anak dan paru/penyakit daÂlam, 2 dokter umum dan 1 perawat masing-masing dari RS. Fatmawati, RSCM, RSPersahabatan, RSSardjito, RS. Karyadi, RS. Hasan Sadikin, RS. Muhamad Husain, RS. Adam Malik, dan RS. Jamil Padang. Semua bantuan yang dikirimkan berasal dari dana operasional Kemenkes. Sedangkan untuk obat-obatan dan sejumlah alat kesehatan diambil dari cadanÂgan Kemenkes. Tim kesehatan dikirim dari berbagai rumah sakit vertikal Kemenkes. Mereka bertugas di kabupaten Pulang Pisau Kalimantan Tengah mulai 25 Oktober 2015 kemarin.
Menurut laporan dari Posko kesehatan di Riau, stok masker sudah habis, ini bagaimana?Kami akan distribusikan kembali 125 ribu masker per kabupaten/kota, di mana ada 97 kabupaten/kota yang akan mendapatkannya.
Bantuan Apa lagi yang suaÂdah disipakan?Saat ini kami telah menyeÂdiakan tenda isolasi yang diÂlengkapi air purifier di Provinsi Kalteng tiga unit, Riau tiga unit, dan Jambi satu unit. Di masing-masing tenda tersebut sudah ada dokter yang siap menangani warga yang membutuhkan peÂlayanan medis.
Selain bantuan medis?Ya selain itu penting juga melakukan edukasi ke masyarakat yang terdampak asap. Untuk itu Pemerintah akan secepatnya membuat film eduÂkasi kesehatan di televisi lokal. Pemerintah juga akan mendisÂtribusikan poster dan pamflet agar warga paham dampak asap terhadap kesehatan.
Karena terbatasnya bantuan pemerintah, berbagai usaha untuk mengatasi masalah perÂnapasan warga di Sumatera dan Kalimantan menggunaÂkan tabung oksigen buatan sendiri. Bagaimana menurut Anda?Dalam hal tersebut saya memÂperingatkan agar masyarakat tidak sembarangan dalam pengÂgunaannya. Secara ilmu kedokÂteran, masyarakat harus hati-hati dengan penggunaan alat bantu pemberian oksigen karena tidak boleh berlebihan. Kalau terlalu berlebihan pemberiannya, misÂalnya pada anak-anak, itu bisa membahayakan paru-parunya. Jadi harus dengan indikasi yang tepat.
Sebaiknya masyarakat meÂminta bantuan tenaga medis, karena pemberian oksigen harus diukur dulu, khususnya untuk anak-anak dan balita yang ukuÂran paru-parunya masih kecil. Sementara itu, bantuan yang kita (pemerintah) berikan dalam benÂtuk tabung oksigen dan oxycan memang sudah sesuai standar, tapi penggunaannya tetap harus diawasi tenaga kesehatan. ***