Polemik pertemuan Ketua DPR Setya Novanto dan Wakil Ketua DPR Fadli Zon dengan calon Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, dinilai sengaja dibesar-besarkan.
Apalagi sampai menarik-narik nama Bos MNC Group yang juga Ketua Umum DPP Perindo, Hary Tanoesoedibjo, dalam perdebatan tersebut.
"Saya menangkap ada kesengajaan untuk dibesar-besarkan sebagai bagian dari pengalihan isu atas derasnya kritik terhadap buruknya kinerja pemerintah hari ini," ungkap Sekjen DPP Perindo Ahmad Rofiq (Jumat, 11/9).
"Dan bahkan isu ini sengaja dimanfaatkan untuk memobilisasi wacana atas pentingnya pergantian pimpinan DPR," sambung Rofiq.
Padahal menurutnya, tidak ada yang salah di balik pertemuan tersebut. Karena sesuatu yang lumrah pimpinan lembaga negara bertemu dengan pengusaha atau tokoh tokoh politik dari negara lain dalam rangka menjalin hubungan yang positif.
"Apalagi Donal Trump saat ini sebagai kandidat capres terkuat di Partai Republik. Di sisi lain Trump sebagai pengusaha dunia yang sangat penting sekali bagi Indonesia yang sedang mengalami keterpurukan ekonomi," cetus Rofiq.
Politikus muda ini menambahkan pertemuan dua pimpinan DPR dengan Trump tersebut tidak membawa misi bisnis pengusaha media yang karib disapa HT itu. Mengingat hubungan HT dan Trump sudah terjalin sekian lama dan Trump telah berinvestasi ke MNC group.
"Seharusnya para elite itu berterima kasih ke Pak HT karena dalam situasi krisis seperti ini atas perorangan dan group mampu membawa investor dunia untuk masuk di Indonesia," imbuhnya.
Apalagi, masih kata Rofiq, dalam situasi krisis saat ini semua elit politik seharusnya melakukan pendekatan politik akal sehat. "Semua harus berpikir untuk kepentingan rakyat Indonesia. Menjadi pemimpin jangan adigang, adigung, adiguna," demikian Ahmad Rofiq.
[zul]