Perbedaan dan persamaan adalah ketentuan tuhan yang sudah baku, namun perbedaan tersebut bukan halangan untuk kehidupan. Prinsipnya adalah tidak memaksakan yang berbeda dan yang beda tidak boleh disamakan.
Demikian disampaika anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) KH. Hasyim Muzadi, saat menjadi keynote speaker pada 15 th Annual International Conference on Islamic Studies (AICIS), Manado, Sulawesi Utara, Jumat (4/9).
Dikatakannya, walaupun teologi dan ritual tiap agama berbeda, namun ada nilai universal dalam agama yang menganjurkan kebaikan dan kebersamaan, hal itu diiimplementasikan seperti dalam kebersamaan untuk membangun bangsa.
Menurut Hasyim, islam adalah agama luhur dan rahmatan lil 'alamin, namun mendapatkan cap buruk. Hal ini disebabkan karena adanya kesalahpemahaman terhadap agama, sehingga berujung pada religion is misunderstood among followers. Minimnya pengetahuan tentang agama menyebabkan misunderstanding among follower yang menyebabkan misderundestood religion.
Hasyim menegaskan, moderasi berbeda dengan liberalisasi dan fundamentalisasi. Kunci moderasi adalah toleransi justifikasi. Toleransi mengandung arti mengerti orang lain namun belum tentu melakukan keyakinan orang tersebut, adapun justifikasi adalah membenarkan sesuatu yang seseorang yakini. Hal ini mirip satu sama lainnya, tetapi beda satu dengan yang lain.
Di dalam pelaksanaannya, moderasi tidak hanya menyangkut keimanan dan kemanusiaan, juga membuahkan hukum yang mengikat. Hukum tersebut dibagi dalam dua bentuk, yaitu hukum Allah (sunnatullah) dan hukum yang dikondisikan sesuai dengan kesepakatan bersama.
"Bukti dari moderasi di Indonesia adalah Umat Islam menerima Pancasila sebagai dasar agama, bukti bahwa yang lihat adalah esensi nilai agama yang sudah tercantum pada Pancasila, bukan tekstual agama yang dimunculkan," terang Hasyim.
Dalam tataran sosiologis, yang paling esensial dari moderasi adalah moderasi tidak mengenal lokasi dan waktu. Karena memiliki prinsip mengambil semua kebaikan dari pihak mana pun dan menghindari dan meninggalkan keburukan dalam bentuk apapun.
"Dalam Islam inilah yang melahirkan amar makruf nahi munkar," tutupnya.
[dem]