Berita

Agus Martowardojo/net

Wawancara

WAWANCARA

Agus Martowardojo: Kondisi Saat Ini Berbeda Sekali dengan Krisis Moneter 1998

KAMIS, 03 SEPTEMBER 2015 | 08:55 WIB | HARIAN RAKYAT MERDEKA

Sejumlah pelaku bisnis belum bisa tidur nyenyak karena nilai tukar rupiah masih bertengger di kisaran Rp 14.000-an per dolar Amerika Serikat (AS). Mereka mulai dihantui mimpi buruk saat krisis moneter 1998.

Pasalnya, dilihat dari simu­lasi stress test yang dilakukan Centre of Bank Crisis (CBC), posisi ekonomi Indonesia nyaris di tepi jurang. Jika nilai tukar rupiah ambrol hingga Rp 15 ribu per dolar AS dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia merosot hingga 20 persen, maka hasilnya adalah salah satu perusahaan asuransi bakal gulung tikar.

Kemudian ada tiga bank kelas menengah terancam kolaps apa­bila nilai tukar rupiah menembus angka Rp 16.000 per dolar AS.


Menanggapi hal itu, Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo kepada Rakyat Merdeka meyakinkan bahwa pondasi ekonomi Indonesia saat ini jauh lebih kuat dari krisis 1998. Tingkat depresiasi nilai tukar rupiah terhadap dolar pun masih tergolong rendah, yakni 12,9 persen dibandingkan negara lain seperti Brazil (year to date) yang mencapai 33 persen. Sedangkan Turki 24 persen, dan Malaysia 21 persen.

Berikut kutipan selengkapnya:

Kenapa Anda yakin kondisi saat ini berbeda dengan krisis moneter 1998?
Beda sekali. Kita sekarang dalam kondisi yang baik.

Apa dasarnya kondisi seka­rang lebih baik?
Pada 1997-1998 Perbankan kita itu lemah neracanya, modalnya kecil, NPL(Non Perfoming Loan)-nya besar. Sekarang kita lihat modalnya, capital adequacy ratio-nya di atas 20 persen.

Selain itu?
Kita lihat dari transaksi ber­jalan, tadinya impor jauh lebih besar dari ekspor. Bahkan sam­pai 9 miliar dolar ASlebih de­fisitnya. Sekarang sudah turun di kuartal kedua menjadi 4 miliar dolar AS. Jadi transaksi berjalan, defisitnya membaik.

Bagaimana dengan neraca perdagangan?
Neraca perdagangan tahun lalu masih defisit. Sekarang Januari sampai Juli, surplus. Secara umum, fundamental ekonomi kita menuju kondisi yang lebih baik. Tapi memang pertumbuhan ekonomi kita kena dampak dari harga komoditas yang terus masih turun di dunia dan pertumbuhan ekonomi dunia yang melemah.

Ditambah dengan ASyang mau naikkan tingkat bunga, Tiongkok mendevaluasi. Ini adalah kondisi ekstern yang memang mesti kita hadapi dengan baik.

Dalam kondisi seperti ini, pasti ada peningkatan kredit bermasalah?
Kredit bermasalah kalau pun ada peningkatan, tapi secara gross hanya 2,6, secara netto hanya 1,4. Dilihat dari sini kon­disi kita dalam keadaan baik. Kita mesti waspada dengan perkembangan dunia dan itu akan bisa kita lewati.

Dana asing yang masuk ke Indonesia juga merosot?
Memang di pasar modal masih ada tekanan karena terjadi capi­tal outflow. Kita juga perhatikan sebetulnya dana dari asing yang masuk ke Indonesia tahun ini masih bagus karena masuk kira-kira year to date itu Rp 45 triliun.

Tapi kalau setahun yang lalu di periode yang sama kan masuk Rp 150 triliun, sehingga masuknya dana memang berkurang.

Secara umum, bagaimana BI menyikapi kondisi saat ini?
BI masih sangat mewaspadai perkembangan eksternal kita, kondisi AS, Tiongkok, harga komoditi yang turun, terus prediksi negara-negara berkem­bang yang ekonominya banyak terkoreksi.

Membuat kita harus menjaga moneter, kita tetap prudent dan konsisten agar kita punya makro ekonomi yang tetap stabil.

Bagaimana dengan data Asosiasi Pengusaha Indonesia bahwa sekitar 50 ribu buruh sudah dilakukan Pemutusan Hubungan Kerja?

Oh, justru perusahaan-peru­sahaan itu kita dorong untuk selalu memperhatikan prinsip kehati-hatian dalam melaku­kan pinjaman. Mungkin pe­rusahaan itu pendapatannya rupiah, tapi minjamnya valuta asing.  ***

Populer

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

Kejagung Ancam Tak Perpanjang Tugas Jaksa di KPK

Sabtu, 20 Desember 2025 | 16:35

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

Tamparan bagi Negara: WNA China Ilegal Berani Serang Prajurit TNI di Ketapang

Sabtu, 20 Desember 2025 | 09:26

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

UPDATE

Laksdya Erwin Tinjau Distribusi Bantuan di Aceh Tamiang

Selasa, 23 Desember 2025 | 03:55

Jembatan Merah Putih

Selasa, 23 Desember 2025 | 03:40

Kongres Perempuan 1928 Landasan Spirit Menuju Keadilan Gender

Selasa, 23 Desember 2025 | 03:13

Menko AHY Lepas Bantuan Kemanusiaan Lewat KRI Semarang-594

Selasa, 23 Desember 2025 | 02:55

Membeli Damai dan Menjual Perang

Selasa, 23 Desember 2025 | 02:32

Komdigi Gandeng TNI Pulihkan Infrastruktur Komunikasi di Aceh

Selasa, 23 Desember 2025 | 02:08

Rocky Gerung: Kita Minta Presiden Prabowo Menjadi Leader, Bukan Dealer

Selasa, 23 Desember 2025 | 01:45

DPRD Minta Pemkot Bogor Komitmen Tingkatkan Mutu Pendidikan

Selasa, 23 Desember 2025 | 01:27

Kebijakan Mualem Pakai Hati Nurani Banjir Pujian Warganet

Selasa, 23 Desember 2025 | 01:09

Pemilihan Kepala Daerah Lewat DPRD Bikin Pemerintahan Stabil

Selasa, 23 Desember 2025 | 00:54

Selengkapnya