Goncangan ekonomi global saat ini tidak akan berpenÂgaruh signifikan pada kelanjutan pembangunan inÂfrastruktur dalam negeri.
Demikiankeyakinan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/ Kepala Bappenas Sofyan Djalil yang disampaikan kepada Rakyat Merdeka, Jumat (28/8).
Padahal sejumlah pembanguÂnan infrastruktur Indonesia tidak terlepas dari investasi dan pinjaÂman internasional, di antaranya China.
Untuk itu, bekas Menteri Koordinator Perekonomian itu meminta agar Kepala Daerah tidak takut melakukan tender. Para penegak hukum juga diÂminta lebih profesional supaya tidak menghambat pembanguÂnan.
"Orang baru tender sudah dipanggil (penegak hukum), seÂhingga banyak pejabat sekarang tidak melaksanakan apapun," paparnya.
Berikut kutipan selengkapnya;Bukankah devaluasi yuanakan berpengaruh pada kelanjutan pembangunan infrastruktur?Saya pikir sih nggak. Pelemahan yuan itu barangkali bagian dari strategi pemerintah China untuk menciptakan
comÂpetitiveness.Bagaimana dengan investasi mereka?Bantuan internasional dan investasi internasional mereka tidak akan terpengaruhi.
Apa saja proyek infrastruktur dalam negeri yang pernah sukses kerja sama dengan China?Kalau di masa lalu kita punya jembatan Madura (Suramadu), itu adalah kerja sama atau pinÂjaman internasional dari China. Kemudian waduk Jatigede, atau proyek-proyek lain yang juga dikerjakan dari pinjaman internasional dari China. Tapi ke depan kita juga punya alokasi cukup besar angkanya.
Jadi tidak ada pengaruhÂnya?Tidak ada pengaruhnya. Karena China punya resource yang luar biasa besar. Sudah cukup aktif bergerak melakukan inÂvestasi di luar China. Baik investasi
G to G maupun
Pto Patau private. Pemerintah dengan pemerintah atau perusahaan China yang melakukan investasi di berbagai belahan dunia.
Dalam konteks Bappenas, apa yang akan dilakukan unÂtuk memastikan kelangsungan investasi tersebut?Yang kita bicarakan dalam konteks Bappenas adalah
G to G. Itu yang kita masukkan dan mendapatkan jaminan pemerÂintah ke pinjaman pemerintah. Kalau swasta kita ciptakan yang kompetitif dan mereka sangat tertarik, entah itu listrik, inÂfrastruktur dan lain-lain.
Saat ini kondisi rupiah meÂlemah. Bagaimana Anda meÂnyikapinya?Melemahnya rupiah itu kita harus melihat bahwa ini hanya persoalan temporer.
Kenapa Anda yakin ini temÂporer?Karena kalau kita lihat ekonoÂmi dunia sekarang ini ada yang disebut dengan nama
business cycle. Dulu begini (memeragakan grafik naik turun ekonomi dengan jari, red), sekarang makin begini (grafik fluktuasi atau naik turunnya lebih runcing,red). Makanya ada profesor menulis buku yang sangat provokatif, sekarang ini kita harus bersahaÂbat dengan
boom and bust, be friendly with boom and bust.
Alasannya?Karena periode boom and bust terjadi makin sering. Kita memang mengalami penurunan ekonomi pada hari ini. Tapi
recovery-nya akan cepat nanti. Begitu juga ketika kita lagi boom, jangan juga kita lalai. Yang penting struktur ekonomi kita makin hari makin bagus.
Bagaimana dengan kondisi dalam negeri. Banyak kepala daerah kabarnya takut melakuÂkan tender, anggaran ratusan triliun masih mengendap di bank, ini bagaimana?Nah itu yang harus kita kerÂjakan bersama. Maka Presiden memanggil seluruh Gubernur, Kapolda, dan Kajati. ***