Berita

Publika

Pelajar Indonesia Siap Go International

SENIN, 10 AGUSTUS 2015 | 18:15 WIB

SEJAK jaman Bung Karno dan Bung Hatta yang merupakan pioneer Perhimpunan Pelajar Indonesia di luar negeri, telah banyak sumbangsih yang diberikan oleh pelajar Indonesia di luar negeri bagi bangsa Indonesia dan masyarakat dunia. Pergerakan pelajar Indonesia di jaman itu telah mampu menggugah dan menggerakan semangat pelajar-pelajar dari negara lainnya untuk bersama-sama bisa terlepas dari genggaman penjajahan.

Meskipun jaman penjajahan teritorial telah berakhir, bukan berarti perjuangan telah berakhir pula. Tantangan besar masih menghadang di depan mata. Untuk itu ada beberapa hal yang mesti dicermati oleh pelajar Indonesia di luar negeri:

Pertama, sebagai mahasiswa hendaknya fokus untuk menjadi yang terbaik di bidang akademik di lingkungannya masing-masing. Pelajar Indonesia secara akademik telah terbukti mampu bersaing dengan pelajar dari negara lainnya. Bahkan tidak jarang menjadi yang terbaik dan mengalahkan mahasiswa lokal dari negara dimana dia melaksanakan studinya. Dengan menanamkan paradigma bahwa diri kita adalah merupakan aset dunia, bukan hanya aset negara saja, maka dengan demikian pelajar Indonesia siap untuk menjadi yang terbaik di dunia dan siap untuk eksis di dunia global.


Kedua, pelajar Indonesia di luar negeri juga merupakan duta-duta bangsa dalam melaksanakan multistage diplomacy. Sebagai duta bangsa mereka diharapkan bisa memberikan citra positif bangsa dimanapun mereka berada. Kegiatan seperti malam budaya Indonesia yang secara rutin dilaksanakan oleh segenap PPI negara dan cabang adalah bagian dari soft diplomacy bangsa Indonesia dalam memperkenalkan budaya Indonesia.

Ketiga, banyak hal yang bisa dipelajari selama berada di luar negeri selain tentunya fokus di bidang akademik. Mereka bisa mempelajari sistem dari sebuah negara dimana mereka berada, sambil melakukan filterisasi sistem mana yang bisa diadopsi oleh bangsa Indonesia, baik itu di bidang teknologi, politik, ekonomi, sosial dan budaya. Perlu diingat bahwa tidak semua yang berasal dari luar negeri adalah lebih baik. Untuk itu diharapkan harus pandai-pandai dalam memilah mana yang bisa diterapkan di tanah air dan mana yang kurang pas.

Keempat, selama berada di luar negeri hendaknya membangun networking seluas-luasnya, baik itu sesama mahasiswa Indonesia yang tergabung dalam PPI, dengan mahasiswa Indonesia di dalam negeri, dengan sesama mahasiswa asing dari mancanegara, dengan mahasiswa lokal, dengan masyarakat komunitas diaspora Indonesia, maupun dengan masyarakat lokal dimana mereka berada. Jangan sampai sudah kuliah di luar negeri tetapi pergaulannya hanya sebatas sesama teman dari Indonesia saja. Sudah saatnya pelajar Indonesia go international.

Kelima, di era globalisasi sekarang ini, setiap individu bisa memberikan kontribusi bagi negara dimanapun mereka berada, tidak mesti semuanya harus kembali ke tanah air. Bangsa Indonesia membutuhkan banyak wakil-wakil nya yang aktif di dunia global, di lembaga-lembaga international, perusahaan-perusahaan terkemuka dunia, maupun di lembaga-lembaga penelitian dan pembangunan di negara-negara maju. Pelajar Indonesia setelah lulus sebaiknya bekerja beberapa tahun di luar negeri untuk mengumpulkan pengalaman dan membangun networking di bidang kerjanya sebelum memutuskan untuk kembali ke tanah air, jika memang hendak kembali untuk berkarir di dalam negeri.

Selamat dan sukses selalu buat segenap pelajar Indonesia di luar negeri, khususnya yang tergabung dalam Perhimpunan Pelajar Indonesia Se Dunia (PPI Dunia) yang baru saja melaksanakan Simposium International PPI Se Dunia di Singapore, 8-9 Agustus 2015, dan dilanjutkan dengan Kongres PPI Se Dunia keesokan harinya 10 Agustus 2015. Masa depan bangsa ada di pundak kalian. [***]

Penulis adalah Ketua PPI Jerman 2010-2013,  Ary Bolu

Populer

Masih Sibuk di Jogja, Pimpinan KPK Belum Tahu OTT di Lampung Tengah

Selasa, 09 Desember 2025 | 14:21

Pura Jadi Latar Film Porno, Hey Bali: Respons Aparat Dingin

Selasa, 09 Desember 2025 | 21:58

Kebun Sawit Milik POSCO Lebih dari Dua Kali Luas Singapura

Senin, 08 Desember 2025 | 19:12

Mahfud MD soal Bencana Sumatera: Menyuruh Pejabat Mundur Tidak Relevan

Rabu, 10 Desember 2025 | 05:53

Bangun Jembatan Harapan

Minggu, 07 Desember 2025 | 02:46

Distribusi Bantuan di Teluk Bayur

Minggu, 07 Desember 2025 | 04:25

Bahlil Minta Maaf Usai Prank Presiden Prabowo

Selasa, 09 Desember 2025 | 18:00

UPDATE

Kreditur Tak Boleh Cuci Tangan: OJK Perketat Aturan Penagihan Utang Pasca Tragedi Kalibata

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:15

Dolar Melemah di Tengah Data Tenaga Kerja AS yang Variatif

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:00

Penghormatan 75 Tahun Pengabdian: Memori Kolektif Haji dalam Buku Pamungkas Ditjen PHU

Rabu, 17 Desember 2025 | 07:48

Emas Menguat Didorong Data Pengangguran AS dan Prospek Pemangkasan Suku Bunga Fed

Rabu, 17 Desember 2025 | 07:23

Bursa Eropa Tumbang Dihantam Data Ketenagakerjaan AS dan Kecemasan Global

Rabu, 17 Desember 2025 | 07:01

Pembatasan Truk saat Nataru Bisa Picu Kenaikan Biaya Logistik

Rabu, 17 Desember 2025 | 06:46

Dokter Tifa Kecewa Penyidik Perlihatkan Ijazah Jokowi cuma 10 Menit

Rabu, 17 Desember 2025 | 06:35

Lompatan Cara Belajar

Rabu, 17 Desember 2025 | 06:22

Jakarta Hasilkan Bahan Bakar Alternatif dari RDF Plant Rorotan

Rabu, 17 Desember 2025 | 06:11

Dedi Mulyadi Larang Angkot di Puncak Beroperasi selama Nataru

Rabu, 17 Desember 2025 | 05:48

Selengkapnya