Berita

ilsutasi/net

Publika

Biopori Solusi Dari Kekeringan Yang Melanda

KAMIS, 06 AGUSTUS 2015 | 23:32 WIB

BENCANA kekeringan dan krisis air bersih menjadi topik hangat selama sebulan terakhir ini. Hal ini dipicu oleh berita kekeringan yang terjadi di Bogor, padahal Bogor merupakan daerah yang dikenal dengan curah hujannya yang lebat. Serta kenyataan bahwa Bogor merupakan kawasan yang dipenuhi oleh lahan pepohonan dan hutan yang masih asri. Sejatinya, jika kita melihat dengan kasat mata, maka kita akan berpikir bahwa daerah semacam Bogor mustahil mengalami kekeringan. Tapi kenyataan berkata lain.

Berdasarkan data Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) puncak kemarau di Bogor akan berjalan hingga September dan November. Imbasnya, Bogor akan mengalami kekurangan pasokan air bersih untuk kegiatan mandi, cuci dan kakus (MCK). Tumbuh-tumbuhan dan tanaman petani pun akan mati. Tentunya, Hal ini menuntut kita untuk berpikir kembali, bahwa curah hujan yang lebat dan banyaknya hutan bukanlah garansi untuk terhindar dari kekeringan.

Faktor tanah yang tidak mampu menampung air hujan patut dituduh sebagai salah satu penyebab. Saat hujan turun, air hujan langsung mengalir ke sungai tanpa meresap terlebih dahulu ke dalam tanah. Jika air sudah mengalir ke sungai, maka air akan terkirim ke daerah lain, Jakarta misalnya. Fenomena ini disebut "run off" dalam ilmu pertanahan. Tak jarang, fenomena run off akan menyebabkan kekeringan saat musim kemarau, serta akan menyebabkan banjir saat musim hujan.


Prof. Kamir R Brata, seorang peneliti dari Institut Pertanian Bogor (IPB) menemukan sebuah teknologi alami untuk mengatasi fenomena run off. Teknologi tersebut disebut "Biopori". Berbekal dengan alat manual sederhana, kita hanya cukup membuat lubang pada tanah dengan diameter kira-kira 20 cm dan kedalaman 2 meter. Kemudian lubang tersebut diisi dengan sampah organik rumah tangga, seperti kertas, sayuran, tulang ikan dan lain-lain. Sekitar 20 hari kemudian, sampah organik akan berubah menjadi mikroba yang mampu memperlebar pori-pori tanah. Dengan  demikian, tanah menjadi gembur dan mampu menyerap air hujan melebihi sebelumnya.

Teknologi ini semacam torn air alami bawah tanah. Saat musim penghujan, banjir tidak akan terjadi karena air akan ditampung di bawah tanah. Sementara saat musim kemarau, kekeringan tidak akan melanda karena persediaan air di dalam tanah masih ada. Berkat penemuaanya, Kamir R Brata memperoleh penghargaan Kalpataru dari Presiden Joko Widodo dalam kategori pembina lingkungan hidup berprestasi pada Hari Lingkungan Hidup 5 Juni 2015 silam di Istana Bogor.

Ibarat pucuk dicinta, ulam pun tiba. Penemuan ini disambut baik oleh jajaran pemuka masyarakat Kota Bogor. Seperti Hazairin Sitepu (CEO Radar Bogor), Gatut Susanta (Mantan Anggota DPRD Kota Bogor) dan pemuka lainnya. Mereka membentuk gerakan lima juta Biopori yang diawali dari wilayah Bogor. Gerakan ini akan disebarluaskan di seluruh wilayah Indonesia. Oleh karena itu, seluruh masyarakat Indonesia harus segera merespon hal ini. Agar negeri kita tercinta terhindar dari bencana kekeringan dan krisis air. [***]

Muflih Hidayat
Penulis adalah Peserta Kuliah Kerja Nyata (KKN) Galaxy dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sekaligus Ketua Umum HMI KOMFUF Cabang Ciputat

Populer

Masih Sibuk di Jogja, Pimpinan KPK Belum Tahu OTT di Lampung Tengah

Selasa, 09 Desember 2025 | 14:21

Pura Jadi Latar Film Porno, Hey Bali: Respons Aparat Dingin

Selasa, 09 Desember 2025 | 21:58

Kebun Sawit Milik POSCO Lebih dari Dua Kali Luas Singapura

Senin, 08 Desember 2025 | 19:12

Mahfud MD soal Bencana Sumatera: Menyuruh Pejabat Mundur Tidak Relevan

Rabu, 10 Desember 2025 | 05:53

Bangun Jembatan Harapan

Minggu, 07 Desember 2025 | 02:46

Distribusi Bantuan di Teluk Bayur

Minggu, 07 Desember 2025 | 04:25

Bahlil Minta Maaf Usai Prank Presiden Prabowo

Selasa, 09 Desember 2025 | 18:00

UPDATE

Kreditur Tak Boleh Cuci Tangan: OJK Perketat Aturan Penagihan Utang Pasca Tragedi Kalibata

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:15

Dolar Melemah di Tengah Data Tenaga Kerja AS yang Variatif

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:00

Penghormatan 75 Tahun Pengabdian: Memori Kolektif Haji dalam Buku Pamungkas Ditjen PHU

Rabu, 17 Desember 2025 | 07:48

Emas Menguat Didorong Data Pengangguran AS dan Prospek Pemangkasan Suku Bunga Fed

Rabu, 17 Desember 2025 | 07:23

Bursa Eropa Tumbang Dihantam Data Ketenagakerjaan AS dan Kecemasan Global

Rabu, 17 Desember 2025 | 07:01

Pembatasan Truk saat Nataru Bisa Picu Kenaikan Biaya Logistik

Rabu, 17 Desember 2025 | 06:46

Dokter Tifa Kecewa Penyidik Perlihatkan Ijazah Jokowi cuma 10 Menit

Rabu, 17 Desember 2025 | 06:35

Lompatan Cara Belajar

Rabu, 17 Desember 2025 | 06:22

Jakarta Hasilkan Bahan Bakar Alternatif dari RDF Plant Rorotan

Rabu, 17 Desember 2025 | 06:11

Dedi Mulyadi Larang Angkot di Puncak Beroperasi selama Nataru

Rabu, 17 Desember 2025 | 05:48

Selengkapnya