PT Mattel Indonesia dan PT Jababeka Tbk kembali bekerja sama membangun sekolah lewat program Corporate Social Responsibility (CSR).
Pada Rabu kemarin, Pemerintah Kabupaten Bekasi meresmikan Sekolah Luar Biasa (SLB) Tumbuh Kembang Ceria B-C-D dan Autis bantuan CSR dari kedua perusahaan tersebut di Jalan Anggrek Raya, Perumahan Papan Mas Blok F 25/8, Setiamekar, Tambun Selatan. Sekolah ini akan menampung sekitar 80 siswa berkebutuhan khusus dalam 4 kelas.
Hadir dalam peresmian SLB Tumbuh Kembang Ceria pada Rabu kemarin tersebut, Presiden Direktur PT Jababeka Infrastruktur Tjahjadi Rahardja, Presiden Direktur PT Mattel Indonesia Roy Tandean, SVP FFDC Mfg Mattel TH Soo, dan Kepala Dinas Sosial Kabupaten Bekasi Edi Rochyadi.
Tjahjadi Rahardja mengungkapkan pembangunan SLB ini merupakan bukti komitmen dan kepedulian dari PT Jababeka dan tenant-tenant yang berada di Kawasan Industri Jababeka, khususnya PT Mattel Indonesia, terhadap dunia pendidikan.
"Saya merasa bahagia dan bangga dengan diresmikannya SLB ini, terimakasih atas sumbangsih PT Mattel Indonesia, semoga kedepannya kami bisa terus berkolaborasi dan bekerjasama dengan tenant-tenant di Kawasan Industri Jababeka dalam kegiatan CSR," ujarnya.
Hal senada disampaikan Roy Tandean. Dia menyatakan komitmen dan kepedulian PT Mattel Indonesia dalam dunia pendidikan di Indonesia. Terbukti sejak tahun 2002 PT Mattel Indonesia telah membangun sekolah-sekolah di lingkungan perusahaan maupun diluar lingkungan perusahaan.
"SLB ini merupakan Sekolah Luar Biasa pertama yang kami bangun bekerjasama dengan PT Jababeka Tbk. Sebelumnya sudah ada 14 sekolah yang kami bangun bersama. Semoga dengan fasilitas baru ini proses belajar mengajar bisa berjalan dengan lebih baik dan bisa bemanfaat jangka panjang untuk pendidikan di Kabupaten Bekasi," ungkapnya.
Sementara itu Edi Rochyadi mengatakan bahwa di Kabupaten Bekasi terdapat empat SLB, namun baru satu yang dimiliki langsung oleh Pemkab Bekasi. "Mengenai pembangunan (SLB Tumbuh Kembang Ceria) dari CSR PT Mattel Indonesia dan PT Jababeka Tbk, tapi untuk kurikulum dari dinas pendidikan," ungkapnya.
Edi berharap, orang tua yang memiliki anak berkebutuhan khusus tidak malu untuk mendaftarkan anaknya di sekolah formal. "Jangan sampai mereka nanti menjadi beban negara dan masyarakat. Mereka harus dibentuk agar mandiri," pungkasnya.
[zul]