nasaruddin umar/net
nasaruddin umar/net
ALAM semesta ialah seÂgala sesuatu selain Allah Swt (kullu ma siwa Allah). Al-Qur’an mengisyaratkan adanya silaturrahim dengan alam raya (makrokosmos) selain sesama umat manuÂsia (mikrokosmos). BersiÂlaturrahim dengan sesama umat manusia sudah lazim, terutama pasca lebaran Idul Fitri, bahkan suÂdah dilembagakan dalam bentuk Halal bi Halal. Akan tetapi bersilaturrahim dengan alam raya sebagai sesama makhluk ciptaan Tuhan (ukhuÂwwah makhluqiyyah), terasa masih langka dan belum terlembagakan. Padahal, Rasulullah teÂlah mencontohkan silaturrahim dan menjalin hubungan keakraban dengan lingkungan sekiÂtarnya, seperti lingkungan alam misalnya taÂnah, air, dan langit, lingkungan hidup seperti fauna dan flora, dan lingkungan makhluk spiriÂtual seperti bangsa jin, malaikat, dan para arÂwah manusia yang telah mendahului kita.
Dalam kamus Tuhan tidak ada istilah 'benda mati'. Istilah benda mati hanya dikenal dalam kaÂmus manusia biasa. Hal ini ditegaskan di dalam Al-Qur'an: "Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada Allah. Dan tak ada suatupun melainkan bertasbih dengan memuÂji-Nya, tetapi kamu sekalian tidak mengerti tasbih mereka". (Q.S. /17:44). Bersilaturrahim dengan merÂeka tidak kalah pentingnya dengan manusia. Gagal membangun silaturrahim dan keakraban dengan makhluk makrokosmos bisa membawa malapetaÂka bagi manusia. Hal ini sudah diingatkan Tuhan di dalam Al-Qur'an: "Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia." (Q.S. 30:41).
Silaturrahim dengan benda-benda mati banÂyak dicontohkan Rasulullah Saw. Antara lain ia melarang keras mencemari air; baik genangan air (al-ma' al-rakid) maupun air yang mengalir (al-ma' al-jari), suara tasbih butiran pasir di tanÂgan Rasulullah, batu keras menjadi lunak saat penggalian Khandak, dan kasus di dinding dan daun pintu yang berbicara kepada Nabi. Hadis lain menceritakan suatu ketika Rasulullah menÂerima pemberian mimbar dari seorang ibu yang terbuat dari kayu untuk menggantikan mimbar tua dari batang korma. Ketika mimbar itu diboÂngkar pada hari Jum'at tiba-tiba batang korma itu menangis seperti bayi. Rasulullah menjelasÂkan: "Batang pohon ini merasa sedih setelah akan ditinggalkan". Dalam Riwayat lain, RasuÂlullah turun dari mimbar dan mengajak berdiaÂlog bekas mimbar itu: "Sekarang kamu boleh memilih antara ditanam di tempatmu semula, kamu dapat tumbuh berkembang seperti sebeÂlumnya, atau ditanam di surga, kamu bisa meÂresap sungai-sungai dan mata air di sana, lalu kamu akan tumbuh dengan baik dan buah-buahmu akan dipetik para kekasih Allah. Apa pilihanmu akan aku laksanakan". Batang korma itu memilih untuk ditanam di surga. Seusai shaÂlat Jum’at salah seorang sahabat memboyong bekas mimbar itu ke rumahnya dengan alasan ini bukan mimbar biasa, mimbar bisa bicara dan akan menjadi penghuni surga. ***
Populer
Rabu, 10 Desember 2025 | 05:53
Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33
Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10
Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37
Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29
Senin, 15 Desember 2025 | 21:49
Selasa, 16 Desember 2025 | 03:15
UPDATE
Sabtu, 20 Desember 2025 | 15:44
Sabtu, 20 Desember 2025 | 15:43
Sabtu, 20 Desember 2025 | 15:12
Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:52
Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:42
Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:22
Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07
Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:06
Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:01
Sabtu, 20 Desember 2025 | 13:38